Benda Cagar Budaya ARIFIN.

b. Mengandung bukti-bukti peristiwa penting. 3. Terdapat kaitannya dengan masyarakat atau peristiwa sejarah yang penting dengan berbagai alasan atau latar belakang: a. Peranan sejarah, suatu tempat merupakan lokasi peristiwa penting sebagai bentuk ikatan simbolis antara peristiwa dahulu dan sekarang dalam kehidupan kita. b. Kejamakan. Melestarikan suatu karya sebagai wakil dari suatu kelas, contoh, tipe lanskap tertentu. c. Kelangkaan. Lanskap tersebut merupakan satu-satunya contoh atau perwakilan dari tipe budaya tertentu bahkan mungkin merupakan satu- satunya perwakilan di dunia. d. Keistimewaan. Suatu karya yang memiliki keistimewaan. e. Estetik. Pelestarian karena suatu karya merupakan prestasi khusus dalam suatu gaya sejarah tertentu. f. Memperkuat kedudukan silsilah sejarah kawasan di dekat atau sekitarnya. 4. Mengandung nilai-nilai yang terkait dengan bagunan-bangunan bersejarah, monumen-monumen bangunan dan taman-taman.

2.5 Benda Cagar Budaya

Lanskap sejarah merupakan bagian dari lanskap budaya sehingga lanskap ini juga disebut sebagai benda cagar budaya. Berdasarkan Undang-undang No 5 Tahun 1992, benda cagar budaya adalah benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 lima puluh tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 lima puluh tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Selain itu, benda cagar budaya dapat berupa benda alam yang dianggap mempunyai arti penting bagi sejarah, ilmu penghetahuan dan kebudayaan. Undang-undang No 5 Tahun 1992 ini juga mengatur tentang penguasaaan, pemilikan, penemuan, pencarian, perlindungan, pemeliharaan, pengelolaan, pemafaatan, pengawasan, ketentuan pidana dan ketentuan peralihan. Penguasaan dan pemilikan diatur dalam bab 6 bagian pertama pasal 4 sebagai berikut: a. Semua benda cagar budaya dikuasai oleh Negara. b. Penguasaan benda cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 meliputi benda cagar budaya yang terdapat di wilayah hukum Republik Indonesia. c. Pengembalian benda cagar budaya yang pada saat berlakunya Undang- undang ini berada di luar wilayah hukum Republik Indonesia, dalam rangka penguasaan oleh Negara, dilaksanakan Pemerintah sesuai dengan konvensi internasional. Di pasal 6 Undang-undang No 5 tahun 1992 dikatakan bahwa benda cagar budaya dapat juga dimiliki atau dikuasai oleh setiap orang dengan tetap memperhatikan fungsi sosial dan sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam undang-undang. Benda cagar budaya yang dimaksud adalah benda cagar budaya yang telah dimiliki atau dikuasai secara turun-temurun atau merupakan warisan, atau benda yang jumlahnya cukup banyak dan sebagian telah dimiliki oleh Negara. Perlindungan dan pemeliharaan benda cagar budaya diatur dalam bab 4 pasal 13 Undang-undang No 5 Tahun 1992 yakni: a. Setiap orang yang memiliki atau menguasai benda cagar budaya wajib melindungi dan memeliharanya. b. Perlindungan dan pemeliharaan benda cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 wajib dilakukan dengan memperhatikan nilai sejarah dan keaslian bentuk serta pengamanannya. Pemilik benda cagar budaya yang tidak melakukan perlindungan dan pemeliharaan terhadap benda cagar budaya akan mendapat teguran dari pemerintah dan apabila dalam 90 hari setelah teguran dikeluarkan pemilik tidak berupaya untuk melindungi dan memelihara benda cagar budaya maka pemerintah dapat mengambil alih kewajiban untuk melindungi benda cagar budaya yang bersangkutan. Pengelolaan benda cagar budaya di atur dalam pasal 18 Undang-undang No 5 Tahun 1992. Pengelolaan benda cagar budaya dan situs adalah tanggung jawab pemerintah dan masyarakat, kelompok atau perorangan berperan serta dalam pengelolaan benda cagar budaya dan situs. Menurut undang-undang No. 5 Tahun 1992 pasal 19, benda cagar budaya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan agama, sosial, pariwisata, pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pelaksanaan Undang-undang No. 5 Tahun 1992 diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1993. Pelaksanaan tersebut meliputi aturan tentang kepemilikan, perlindungan, serta pembinaan dan pengawasan benda cagar budaya. Kepemilikan benda cagar budaya siatur dalam bab 2 pasal 2 yakni: a. Perlindungan dan pelestarian benda cagar budaya, benda yang diduga benda cagar budaya, benda berharga yang tidak diketahui pemilikanya baik bergerak maupun tidak bergerak dan situs yang berada di wilayah Republik Indonesia dikuasai oleh Negara. b. Penguasaan sebagaimana yang termasuk dalam ayat 1 meliputi pengaturan terhadap kepemilikan, pendaftaran, perlindungan, pemeliharaaan, penemuan, pencarian, pemanfaatan, pengelolaan, perizinan dan pengawasan. c. Pengaturan dalam ayat 2 diselengarakan berdasarkan ketentuan dalam PP atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sementara itu, perlindungan dan pemelihara benda cagar budaya diatur dalam Bab 4 pasal 23 sebagai berikut: a. Perlindungan dan pemeliharaan benda cagar budaya dilakukan dengan cara penyelamatan, pengamanan, perawatan dan pemugaran. b. Kepentingan perlindungan benda cagar budaya diatur batas-batas situs dan lingkungannya sesuai dengan kebutuhan. c. Batas-batas situs dalam ayat 2 ditetapkan dengan sistem pemintakatan yang terdiri dari mintakat inti, penyangga dan pengembang. Hal-hal mengenai pembinaan dan pengawasan benda cagar budaya diatur dalam bab 6 pasal 41 sebagai berikut: a. Menteri bertanggung jawab atas pembinaan terhadap pengelolaan benda cagar budaya. b. Pembinaan pengelolaan sebagaimana yang dimaksud ayat 1 meliputi: • Pembinaan terhadap pemilik yang meguasai benda cagar budaya berkenaan dengan tata cara perlindungan, pemeliharaan dan pemanfaatan. • Pembinaan peran serta masyarakat dalam upaya pelestarian. c. Pembinaan dapat dilakukan melalui: • Bimbingan dan penyuluhan • Pemberian bantuan tenaga ahli • Peningkatan peran serta masyarakat d. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan pengelolaan benda cagar budaya diatur oleh menteri.

2.6. Pelestarian lanskap Sejarah