Pelestarian lanskap Sejarah ARIFIN.

Hal-hal mengenai pembinaan dan pengawasan benda cagar budaya diatur dalam bab 6 pasal 41 sebagai berikut: a. Menteri bertanggung jawab atas pembinaan terhadap pengelolaan benda cagar budaya. b. Pembinaan pengelolaan sebagaimana yang dimaksud ayat 1 meliputi: • Pembinaan terhadap pemilik yang meguasai benda cagar budaya berkenaan dengan tata cara perlindungan, pemeliharaan dan pemanfaatan. • Pembinaan peran serta masyarakat dalam upaya pelestarian. c. Pembinaan dapat dilakukan melalui: • Bimbingan dan penyuluhan • Pemberian bantuan tenaga ahli • Peningkatan peran serta masyarakat d. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan pengelolaan benda cagar budaya diatur oleh menteri.

2.6. Pelestarian lanskap Sejarah

Menurut Nurisjah Pramukanto 2001 terdapat beberapa pilihan tindakan teknis pelestarian benda bersejarah yang bisa diupayakan yakni: a. Adaptif use, penggunaan adaptif yakni upaya pelestarian lanskap sejarah dengan mengakomodasikan penggunaan kebutuhan dengan kondisi saat ini. Cara ini dapat mempertahankan dan memperkuat arti sejarah dan juga mempertahankan warisan-warisan sejarah. Selain itu, dapat juga mengintegrasikan lanskap dengan kepentingan penggunaan saat ini. Namun model ini membutukan pengajian yang cermat dan teliti terhadap sejarah penggunaan, pengelolaan, dan faktor-faktor yang berperan dalam lanskap tersebut. b. Rekonstruksi, rekonstruksi merupakan pembangunan kembali suatu lanskap baik secara keseluruhan maupun secara sebagian dari tapak asli. Pembangunan ini dilakukan jika: • Tapak tidak dapat bertahan lebih lama lagi pada kondisi asli atau mulai hancur karena faktor alam. • Lanskap hancur dan kondisi aslinya tidak dapat terlihat • Ada kondisi kesejarahan yang harus ditampilkan. c. Rehabilitas. Rehabilitas adalah upaya pelestarian yang dilakukan dengan mempertimbangkan kenyamanan, lingkungan, sumber daya dan adminitratisi. Kegiatan pelestariannya berupa perbaikan utilitas, fungsi penampilan suatu lanskap, struktur dan sebagainya. d. Restorasi merupakan tindakan pelestarian yang mengembangkan penampilan lanskap pada kondisi aslinya. Restorasi dilakukan dengan pengadaan elemen-elemen yang hilang dan menghilangkan elemen-elemen yang mengganggu kesejarahaan situs. e. Stabilitas, yakni tindakan strategis dengan memperkecil nilai negatif terhadap tapak. Nilai negatif ini dapat berupa gangguan iklim, deteriorientasi dan suksesi alam. f. Konservasi. Konservasi merupakan kegiatan pelestarian yang bertujuan untuk melestarikan apa yang ada pada saat ini, mencegah penggunaan tapak yang tidak sesuai dengan kemampuan dan daya dukung lahan, menggarahkan perkembangan lahan dimasa depan. Tindakan ini dapat memperkuat karakteristik spesifik yang menjiwai lingkungan atau tapak dan menjaga keselarasan antara lingkungan lama dengan pengembangan yang baru yang mendekati perkembangan apresiasi masyarakat. g. Interpretasi adalah upaya pelestarian lanskap secara terpadu dengan mempertimbangkan berbagai kebutuhan dan kepentingan yang akan dihadapi dimasa kini dan mendatang. Interpretasi membutuhkan pengkajian terhadap tujuan desain dan penggunaan lanskap sebelumnya. Desain baru yang dibuat harus bisa memperkuat integrasi nilai historis lanskap dan juga dapat mengintegrasikannya dengan program-program kegiatan tapak yang baru di introduksikan. h. Period setting adalah penciptaan suatu tipe lanskap pada tapak tertentu yang bukan merupakan tapak original atau asli. Usaha ini memperlukan adanya data dan dokumentasi yang dikumpulkan dari tapak dulu yang sama serta pengkajian akan sejarah tapak sebagai pembangunan lanskap tersebut akan sesuai dengan suatu periode yang telah ditentukan sebelumnya. i. Realease adalah tindakan pelestarian yang memperbolehkan adanya suksesi alam dalam lanskap bersejarah. Tindakan pelestarian ini dapat mengurangi dan menghapus arti sejarah dalam lanskap tersebut. j. Replacement yakni pelestarian dengan melakukan subtitusi atas suatu komuniti biotik lainnya. BAB III METODOLOGI

3.1. Lokasi dan Waktu