Penggunaan Lahan Topografi Kondisi Biofisik Situ Gintung 1 Lokasi, Luas, Batas dan Aksesbilitas

Alur jalan yang dapat digunakan untuk mencapai lokasi bendungan sebagai berikut, dari arah Bogor mengikuti angkutan umum Merdeka-Parung hingga ke pasar Parung kemudian mengikuti angkot Parung-Ciputat hingga Plaza atau Pasar Ciputat, lalu mengikuti jalur Angkutan Kota trayek S10 yang menuju ke Lebak Bulus dan berhenti di gang ke arah situ, lalu jalan kaki sekitar 5 hingga 10 menit ke tanggul situ atau dengan mengunakan jasa transportasi ojeg. Sementara itu, dari arah Jakarta setelah tiba di Terminal Lebak Bulus dapat juga mengikuti jalur angkutan umum S10 hingga ke gang Situ Gintung kemudian berjalan kaki selama 5 hingga 10 menit atau menggunakan jasa ojeg untuk mencapai bendungan. Selain mengikuti jalur angkutan S10, dapat pula mengikuti jalur angkutan D15 Pamulang-Lebak bulus atau 106 Parung-Lebak bulus lalu berhenti di Jalan Gunung Indah, kemudian berjalan kaki sekitar 20 menit atau menggunakan jasa ojeg untuk mencapai bendungan.

4.2.2. Penggunaan Lahan

Berdasarkan data dari Kelurahan Cirendeu tahun 2006, luas Kelurahan Cirendeu sebesar 319,5 Ha. Lahan di kelurahan ini digunakan untuk berbagai macam keperluan seperti untuk pemukiman sebesar 252,3 Ha, kuburan 2 Ha, lahan pertanian 5 Ha, taman 4,5 Ha luas taman, 35,7 Ha perkantoran dan prasarana umum seluas 20 Ha. Daerah observasi memiliki luas sebesar 96,7 Ha dengan menggunakan batas jalan yakni sebelah utara berbatasan dengan Jalan Ir.H.Juanda, sebelah barat berbatasan dengan Jalan Kertamukti, sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Tarumanegara dan sebelah timur berbatasan dengan Jalan Gunung Indah Raya. Lahan di daerah observasi ini digunakan sebagai pemukiman, ISCI lapangan olah raga, area pendidikan yakni UIN dan Tk Tunas Matahari, tempat wisata dan kebun Gambar 10 . Kawasan Situ Gintung mengalami perubahan penggunaan lahan sehingga penutupan lahannya juga berubah. Perubahan ini dapat dilihat dalam peta penutupan penutupan lahan 1934 dan 2007. Dengan membandingkan penutupan lahan antara tahun 1934 dan 2007 Gambar 11 dan 12 terlihat bahwa area bervegetasi seperti kebun dan sawah menyempit sedangkan area pemukiman meluas. Luasan kebun dan sawah pada tahun 1934 mencapai 59.2 dari luas area sedangkan pada tahun 2007 sawah sudah tidak ada dan luas kebun hanya 11.9 dari luas area. Pemukiman pada tahun 1934 hanya 4 namun pada tahun 2007 telah mencapai 57.7. Pembangunan pemukiman pada tahun 1934 hanya berada di sebelah selatan situ namun di tahun 2007 pemukiman ini telah mengelilingi situ bahkan telah melewati garis sempadan situ Gambar 10. Penggunaan lahan tahun 2011 Lap. olah raga Gambar 11. Peta penutupan lahan landcover tahun 1934 Gambar 12. Peta penutupan lahan landcover tahun 2007

4.2.3. Topografi

Kota Tangerang Selatan sebagian besar merupakan dataran rendah dengan topografi yang relatif datar. Kemiringan tanah rata-rata 0-3 dan ketinggian wilayahnya antara 0-25 m dpl. Kemiringan tanah di wilayah ini dapat dibagi menjadi dua yakni daerah dengan kemiringan 0-3 dan daerah dengan kemiringan 3-8. Daerah dengan kemiringan 0-3 meliputi Kecamatan Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Pamulang, Kecamatan Serpong dan Kecamatan Serpong Utara. Daerah dengan kemiringan 3-8 meliputi Kecamatan Pondok Aren dan Kecamatan Setu Gambar 13. Sumber: Bappeda Tangerang Selatan Gambar 13 . Peta topografi Kota Tangerang Selatan. Situ Gintung merupakan lembah aliran Sungai Pesangrahan. Bentuknya berupa cekungan yang memanjang dari selatan ke utara dengan daerah yang lebih tinggi punggungan di bagian selatan. Kemudian, di atas punggungan tersebut terbebani tanggul dan konstruksi pelimpah yang terbuat dari pasangan batu. Pada waktu itu, penambahan beban tanggul dimaksudkan untuk memperoleh kapasitas tampungan yang lebih besar sekitar 2.000.000 m 3 . Bentuk tanah daerah yang terkena bencana berupa daerah yang relative datar. Daerah hilir berupa lembah relatif bergelombang lemah yang dibatasi oleh lereng terjal tanggul situ.

4.2.4. Hidrologi