Lanjutan Tabel 4. Kualitas air Situ Gintung
No Parameter
Satuan Baku mutu
Hasil Pengukuran Lokasi
A Lokasi B Likasi
C 3
Besi Fe
mgl 0,3 1,96 1,69 8,47
4 Deterjen
MBAS mgl 0,2
0,453 0,385 0,275 5
Flourida F mgl 1,5
0,093 0,039 0,05 6 Fosfat
Ortho PO4-
P mgl 1
0,32 0,361 0,1 7
Fosfat Total
PO4-P mgl -
0,433 0,157 0,232 8
Kadmium Cd mgl 0,01
0,004 0,004 0,004 9
BOD mgl
6 7,4 8,3 20,2 10
COD mgl
50 18,1 21,4 53,6 11
Kromium Cr mgl 0,05
0,018 0,018 0,018 12
Mangan Mn mgl 0,1
0,007 0,007 0,007 13
Nitrat NO3-N
mgl 20 0,09 0,08 0,09
14 Nitrit
NO3-N mgl
0,06 0,054 0,06 0,047
15 Seng
Zn mgl 0,05
0,007 0,007 0,007 16
Tembaga Cu mgl 0,02
0,016 0,016 0,016 17
Timbal Pb mgl
0,03 0,021
0,021 0,021
18 Klorida
mgl 0,03 26,4 25,2 24,5
Sumber: Penelitian dan Pengembangan Sumber daya Air keterangan :
Lokasi A: Saluran UIN sebelum Situ Gintung. Lokasi B: Saluran sebelum Situ Gintung.
Lokasi C: Saluran setelah Situ Gintung
4.2.5. Iklim
Suhu rata-rata bulanan kawasan Situ Gintung berdasarkan Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah II yang diukur dari stasiun Pondok Betung.
Suhu rata-rata Ciputat dari Januari 2000-Desember 2009 berkisar antara 26,64ºC- 28,3ºC. Suhu rata-rata terendah 26,64 ºC
terjadi pada bulan Febuari dan suhu
rata-rata tertinggi 28,3 ºC terjadi pada bulan Oktober.
Berdasarkan data kelembaban udara kawasan Situ Gintung dapat dilihat bahwa kelembaban udara rata-rata tahunan tercatat antara 71,4-86,4.
Kelembaban minimum 71,4 terjadi pada bulan September, sedangkan kelembaban maksimum 86,4 terjadi pada bulan Februari.
Penyinaran matahari bulanan rata-rata yang terjadi berkisar antara 16,7 hingga 63,7.
Curah hujan merupakan salah satu faktor yang dianggap menyebabkan kerusakan tanggul Situ Gintung. Curah hujan yang terjadi sepanjang tahun
memiliki rata-rata sebesar 335 mmbulan. Disekitar Desa Cirendeu terdapat empat pos hujan yakni pos hujan Pondok Betung, Krukut Hulu, Lebak Bulus, dan Pintu
Air Ciputat. Posisi kempat pos hujan ini dapat dilihat pada Gambar 15.
Sumber: Dinas PU
Gambar 15. Lokasi pos hujan sekitar Situ Gintung.
4.2.6 Geologi
Kondisi geologi Kota Tangerang Selatan umumnya adalah batuan alluvium, yang terdiri dari batuan lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan
bongkah. Berdasarkan klasifikasi dari United Soil Classification System, batuan ini mempunyai kemudahan dikerjakan atau workability yang baik sampai sedang,
unsur ketahanan terhadap erosi cukup baik oleh karena itu wilayah Kota Tangerang Selatan cukup layak untuk kegiatan perkotaan Bappeda,2010.
Jenis tanah dan batuan di kawasan Situ Gintung dipengaruhi oleh proses geologi yang terjadi disekitarnya seperti kegiatan gunung api di selatan dan
kondisi morfologi yang melandai ke arah utara serta proses pasang surut di masa lalu. Kawasan Situ Gintung terbentuk oleh endapan fluvial yang membawa
material gunung berapi dari Gunung Salak, Gunung Pangrango dan Gunung Dago. Pengaruh pasang surut ditandai oleh endapan yang mengandung organik.
Karakteristik jenis tanah pada tubuh tanggul berupa lempung lanaunan, kaku stiff, mempunyai plastisitas yang tinggi dan berwarna merah kecoklatan.
Sedangkan tanah dibawah tanggul berupa lempung lanauan, hasil pelapukan lahar, kaku stiff, mempunyai plastisitas yang tinggi mengandung bahan organik dan
bekas akar-akar tumbuhan dan warnanya coklat kehitaman. Dibawahnya adalah kolongmerat berlapuk sedang yang terselang-seling dengan batu pasir lanauan,
tersementasi buruk hingga sedang, berlapis-lapis dan mudah tergerus. Jenis batuannya terdiri dari batu pasir tufan dan kolongmerat atau kipas
aluvium Qav dan aluvium Qa. Hal ini dapat terlihat dari Gambar 16. Satuan batu pasir tufan dan kolongmerat atau kipas aluvium Qav adalah endapan yang
dipengaruhi oleh kegiatan gunung berapi pada masa Pleistosen. Diduga satuan ini berada pada umur Pleistosen akhir atau lebih muda. Satuan ini terhampar sangat
luas dari selatan hingga ke utara dan memiliki ketebalan mencapai 300 m. Sedangkan Aluvium Qa merupakan endapan yang terdiri dari lempung, pasir,
krikil kerakal dan bongkah. Endapan ini meliputi endapan pantai, sungai dan rawa.
Sumber: Bappeda Tangerang Selatan
Gambar 16. Kondisi geologi
4.2.7. Vegetasi dan Satwa