Faktor Internal Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Situ Gintung Berdasarkan Analisis SWOT

4.7.1 Faktor Internal

Faktor internal ditinjau dari aspek kekuatan strength dan kelemahan weakness. Kekuatan strength yang dimiliki kawasan tersebut adalah 1 badan air masih ada, 2 bendungan baru telah dibangun kembali sehingga fungsi situ sebagai resapan air tetap terjaga, 3 situ masih memiliki sempadan yang bersifat alami, 4 kawasan tersebut potensial untuk dijadikan area rekseasi atau wisata. Sementara itu kelemahannya weakness adalah 1 di daerah sempadan terdapat area terbangun, 2 tidak adanya pendanaan yang khusus dan rutin dalam pengelolaan situ, dan 3 tidak adanya pengawasan dan pemantauan langsung terhadap kondisi situ yang dilakukan secara berkala Pada saat ini badan air masih ada dan bendungan telah berdiri kembali sehingga fungsi situ sebagai daerah resapan air dapat bertahan. Situ masih memiliki sempadan alami tetapi pada sempadan ini juga telah terjadi perubahan alih fungsi lahan menjadi area terbangun. Setelah kejadian bencana dan telah direkonstruksi kawasan ini masih memiliki elemen-elemen yang penting yakni badan air, bendungan dan Mesjid Jabalur Rahman. Berdasarkan penilaian dengan criteria Mackinnon dalam Hendry 2008 terhadap elemen-elemen ini, kawasan tersebut potensial untuk dijadikan area rekreasi atau wisata. Laksono 2010 mengungkapkan kelemahan dalam pengelolaan lankap Situ Gintung yakni tidak adanya pendanaan yang khusus dan rutin, dan tidak adanya pengawasan dan pemantauan langsung terhadap kondisi situ yang dilakukan secara berkala. 4.7.2.Faktor Eksternal Faktor ekternal ditinjau dari aspek peluang opportunity dan ancaman treaths. Peluang opportunity kawasan ini adalah 1 pemerintah mengeluarkan peraturan untuk melindungi kawasan, 2 adanya tindakan revitalisasi yang dilakukan oleh pemerintah, 3 adanya kebutuhan ruang terbuka hijau RTH dari masyarakat, dan 4 adanya kepedulian masyarakat terhadap keberlanjutan situ. Sementara itu ancaman threats terhadap keberlanjutan kawasan ini yakni 1 perubahan fungsi lahan disekitar situ, 2 Lanskap sekeliling situ berupa pemukiman yang membuang air limbah dan sampah rumah tangga ke dalam situ, 3ketidakpatuhan masyarakat terhadap peraturan pemerintah, dan 4 belum adanya zonasi kawasan lindung dalam RTRW Kota Tangerang Selatan. Pemerintah telah melakukan upaya pelestarian dengan mengeluarkan peraturan-peraturan seperti Keputusan Presiden No 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung menyebutkan bahwa sempadan situ adalah kawasan yang harus dilindungi dari interversi manusia berkisar 50-100 m dari bibir situ. Selain itu, pemerintah juga melakukan tindakan pelestarian secara nyata yakni dengan merevitalisasi situ. Adanya kebutuhan ruang terbuka hijau RTH dari masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara masyarakat dapat diajak untuk ikut dalam melestarikan situ seperti kegiatan reboisasi dan membentuk kelompok peduli Situ Gintung. Wirausahawan yang berada disekitar situ berharap agar kawasan tersebut dibuka sebagai tempat wisata atau tempat rekreasi sehingga banyak orang yang datang dan penghasilan mereka bertambah Ancaman terbesar bagi kelestarian situ adalah terjadinya perubahan fungsi lahan disekitar situ. Konversi lahan yang tinggi akan mempercepat pendangkalan dan penyusutan lahan situ sehingga situ tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Konversi lahan terbesar adalah perubahan lahan menjadi pemukiman, pembuangan limbah dan sampah rumah tangga ke dalam situ dapat mengancam keberadaan situ karena menurunkan kualitas air situ dan mengganggu ekosistem Situ Gintung . Pembangunan pemukiman hingga garis sempadan situ menunjukan bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap peraturan pemerintah. Hal ini dapat disebabkan karena masyarakat tidak tahu batas area yang boleh dipergunakan sebab tidak ada batas nyata di kawasan. Dalam kompilasi data untuk penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan belum terdapat zonasi pelestarian untuk kawasan lindung.

4.8. Usulan Pelestarian