Beban Kerja TINJAUAN PUSTAKA

3. Menetapkan standar biaya tenaga kerja dan pengedalian biaya tenaga kerja. 4. Penentuan tingkat upah yang adil dan skema insentif upah efektif. 5. Penyusunan anggaran tenaga kerja. 6. Standarisasi pekerjaan, peralatan, metode dengan menentukan metode terbaik untuk operasi. 7. Perbaikan metode kerja dengan membandingkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan jenis yang sama bekerja di bawah metode yang mungkin berbeda. 8. Tepat perencanaan dan pengendalian biaya yang efektif.

2.6. Beban Kerja

Beban kerja merupakan aspek pokok yang menjadi dasar untuk perhitungan formasi pegawai. Beban kerja perlu ditetapkan melalui program- program unit kerja yang selanjutnya dijabarkan menjadi target pekerjaan untuk setiap jabatan Kep. Men. PAN Nomor : KEP75M.PAN72004. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 140PMK.012006, beban kerja yaitu bobot pekerjaan yang dikatikan pada volume kerja pegawaiunit organisasi dengan norma waktu penyelesaian pekerjaannya yang dinyatakan dalam jumlah satuan pekerjaan. Analisis beban kerja adalah suatu teknik manajemen yang dilakukan secara sistematis untuk memperoleh informasi mengenai tingkat efektifitas dan efisiensi kerja oraganisasi. Sedangkan tujuan dari analisis beban kerja adalah mendapatkan informasi kebutuhan pegawai, tingkat efisiensi kerja dan prestasi kerja unitjabatan yang dilaksanakan secara sistematis, dan bermanfaat dalam penataanpenyempurnaan struktur organisasi, penilaian prestasi kerja, evaluasi pelaksanaan tugas, dan penataan pegawai. Dalam melaksanakan analisis beban kerja diperlukan beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan di lapangan, dan tahap penetapan hasil akhir. 2.6.1 Work Sampling Barnes 1980 menyatakan bahwa work sampling digunakan untuk mengukur aktifitas pegawai dengan menghitung waktu yang digunakan untuk bekerja dan waktu yang tidak digunakan untuk bekerja dalam jam kerja mereka, kemudian disajikan dalam bentuk persentase. Metode work sampling mengamati apa yang dilakukan oleh responden dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian melalui metode ini adalah waktu kegiatan dan kegiatannya bukan siapa yang melakukan kegiatan. Barnes 1980 menyatakan ada tiga kegunaan utama dari work sampling, yaitu : 1. Aktivity and Delay Sampling, yaitu untuk mengukur aktifitas dan penundaan aktifitas dari seorang pekerja. Contohnya adalah dengan mengukur persentase seseorang bekerja dan persentase seseorang tidak bekerja. 2. Performance Sampling, yaitu untuk mengukur waktu yang digunakan untuk bekerja, dan waktu yang tidak digunakan untuk bekerja. 3. Work Measurement, untuk menetapkan waktu standar dari suatu kegiatan. Tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan dalam melakukan survei pekerjaan dengan work sampling di antaranya adalah : 1. Menentukan jenis personil yang akan diteliti. 2. Apabila personil berjumlah banyak, maka perlu dilakukan pemilihan sampel sebagai subjek personal yang akan diamati. 3. Membuat formulir daftar kegiatan. 4. Melatih pelaksanaan peneliti mengenai tata cara pengamatan kerja dengan menggunakan work sampling. Petugas pelaksanaan sebaiknya mempunyai latar belakang pendidikan yang sejenis dengan subjek yang akan diamati untuk mempermudah dalam proses pengamatan. Setiap pelaksana peneliti mengamati lima hingga delapan personil yang sedang bekerja. 5. Pengamatan dilakukan dengan intreval dua sampai 15 menit tergantung karakteristik pekerjaan. Makin tinggi tingkat mobilitas pekerjaan yang diamati maka semakin pendek waktu pengamatan. Semakin pendek jarak pengamatan maka semakin banyak sampel pengamatan yang dapat diamati oleh peneliti, sehingga akurasi penelitian menjadi semakin akurat. Pengamatan dilakukan selama jam kerja. Apabila jenis tenaga yang diteliti berfungsi selama 24 jam maka pengamatan dilaksanakan sepanjang hari.

2.7. Waktu Kerja