Perikanan, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, Kesepakatan Bersama antara Departemen Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia No: 10KBDep.KP2003 atau No.Pol: B4042VIII2003 tentang Penegakan Hukum
di Bidang Kelautan dan Perikanan, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.13MEN2005 tentang Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana
di Bidang Perikanan, dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.11MEN2006 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor PER.13MEN2005 tentang Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perikanan.
Lembaga-lembaga penegak hukum dan beberapa dasar hukum yang ada belum berlaku optimal. Lembaga belum menjalankan fungsinya dengan baik, dan
dasar hukum belum dijalankan dengan optimal oleh lembaga penegak hukum. Berdasarkan paparan tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul
”Analisis Hukum dan Kelembagaan Penegakan Hukum di Bidang Perikanan”.
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang menjadi dasar pada penelitian ini antara lain: 1 Bagaimana tugas pokok dan fungsi kelembagaan penegakan hukum di bidang
perikanan? 2 Apakah terdapat tumpang tindih kewenangan antar lembaga penegak hukum di
bidang perikanan berdasarkan landasan hukumnya? 3 Apa yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam menciptakan penegak hukum
yang efektif di bidang perikanan?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Mengetahui tugas pokok dan fungsi kelembagaan penegakan hukum di bidang
perikanan; dan 2 Menganalisis tumpang tindih kewenangan antar lembaga penegak hukum di
bidang perikanan berdasarkan landasan hukumnya; dan 3 Memberikan rekomendasi untuk mewujudkan penegakan hukum yang efektif.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak penegak hukum dibidang perikanan mengenai
strategi yang tepat untuk pengawasan perikanan: 1 Manfaat bagi pemerintah diharapkan penelitian ini dapat menjadi pertimbangan
dalam menyusun kebijakan penegakan hukum di bidang perikanan; 2 Manfaat bagi dunia pendidikan diharapkan penelitian ini dapat menjadi
pertimbangan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengawasan perikanan; dan
3 Manfaat bagi peneliti diharapkan penelitian ini dapat menjadi pengetahuan baru bagi peneliti.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Kelembagaan
Kelembagaan dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai hal ikhwal tentang lembaga, baik lembaga eksekutif pemerintah, lembaga judikatif
peradilan, lembaga legislatif pembuat undang-undang, lembaga swasta maupun lembaga masyarakat. Hal penting tentang lembaga tersebut meliputi
Purwaka 2008: 1 Landasan hukum kelembagaan yang terdiri dari seperangkat peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang tujuan yang hendak dicapai, strategi untuk mencapai tujuan, dan pedoman untuk melaksanakan strategi,
serta kewenangan, tugas pokok dan fungsi lembaga dalam rangka mencapai tujuan;
2 Tujuan yang hendak dicapai, strategi untuk mencapai tujuan, dan pedoman untuk melaksanakan strategi sebagaimana dapat diketahui melalui penafsiran
dan penalaran terhadap landasan hukum disertai dengan landasan hukum yang rasional;
3 Keberadaan atau eksistensi dari kewenangan, tugas pokok dan fungsi lembaga sebagiamana dapat diketahui melalui penafsiran dan penalaran
terhadap landasan hukum dengan argumentasi yang rasional; 4 Sarana dan prasarana untuk melaksanakan kewenangan, tugas pokok dan
fungsi lembaga sebagaimana dapat diketahui melalui penafsiran dan penalaran terhadap landasan hukum disertai dengan argumentasi rasional;
5 Sumberdaya manusia yang dibutuhkan sebagai pelaksana kewenangan, tugas pokok dan fungsi lembaga sebagaimana dapat diketahui melalui penafsiran
dan penalaran terhadap landasar hukum serta dengan argumentasi yang rasional;
6 Sumberdaya manusia memiliki kemampuan untuk menentukan tingkat keberhasilan dari pelaksanaan kewenangan, tugas pokok dan fungsi lembagal;
7 Mekanisme atau kerangka kerja dari pelaksanaan kewenangan, tugas pokok dan fungsi lembaga sebagaimana dapat diketahui melalui penafsiran dan
penalaran terhadap landasan hukum disertai dengan argumentasi yang rasional;
8 Jejaring kerja antar lembaga sebagaimana dapat dipahami melalui penafsiran dan penalaran terhadap lendasan hukum disertai dengan argumentasi yang
rasional; dan 9 Hasil kerja dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi lembaga sebagaimana
dapat diketahui melalui penafsiran dan penalaran terhadap landasan hukum disertai dengan argumentasi yang rasional.
Hal penting tentang lembaga pertama sampai dengan keenam merupakan aspek statik
static aspects dari kelembagaan yang disebut tata kelembagaan, sedangkan hal penting tentang lembaga ketujuh, kedelapan dan kesembilan
merupakan aspek dinamik dynamic aspects dari kelembagaan yang disebut sebagai kerangka kerja atau mekanisme kelembagaan Purwaka 2008.
Struktur kelembagaan dari suatu organisasi kelembagaan terdiri dari dua substruktur utama, yaitu tata kelembagaan dan kerangka kerja atau mekanisme
kelembagaan. Masing-masing substruktur kelembagaan tersebut mengandung komponen-komponen kapasitas potensial potensial capacity, daya dukung
carrying capacity dan daya tampung absorptive capacity Purwaka 2008. Mekanisme kelembagaan adalah tata kelembagaan dalam keadaan bekerja
atau bergerak. Oleh karena itu mekenisme kelembagaan bersifat dinamis, sedang tata kelembagaan bersifat statis. Tata kelembagaan terdiri dari Purwaka 2008:
1 Kapasitas potensial potensial capasity, yaitu kemampuan potensial dari tata kelembagaan yang harus dipenuhi menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku untuk dapat mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Kapasitas potensial mencangkup:
1 Perumusan landasan hukum yang terdiri dari peraturan perundang- undangan yang diberlakukan sebagai aturan main kelembagaan;
2 Penetapan tujuan, perumusan strategi, untuk mencapai tujuan, dan perumusan pedoman untuk melaksanakan strategi, serta perumusan tugas
pokok dan fungsi serta kewenangan dari unsur-unsur kelembagaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3 Penempatan sejumlah sumberdaya manusia yang berkualitas untuk mencapai tujuan yang dibutuhkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; dan 4 Penempatan sumberdaya yang berkualitas untuk mencapai tujuan yang
dibutuhkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2 Daya dukung carrying capacity, yaitu kemampuan tata kelembagaan untuk
mendukung suatu aktivitas tertentu dalam rangka mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Daya dukung kelembagaan meliputi:
1 Upaya penafsiran dan penalaran terhadap utaian tugas pokok dan fungsi, dan landasan hukum kelembagaan yang berlaku, serta usaha pemberian
argumentasi yang rasional terhadap hasil penafsiran dan penalaran tersebut;
2 Penempatan sejumlah sumberdaya manusia sesuai dengan kualifikasi berdasarkan hasil penafsiran, penalaran dan pemberiakn argumentasi
yang rasional; 3 Penempatan sejumlah sumberdaya buatan sesuai dengan kualifikasi
berdasarkan hasil penafsiran, penalaran dan pemberiakn argumentasi yang rasional; dan
4 Pemberian beban tugas pokok dan fungsi sesuai dengan kapasitas terpasang atau kapasitas sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan
yang ditempatkan, serta tujuan yang ingin dicapai. 3 Daya tampung absorptive capasity, yaitu kemampuan menyerap danatau
mengantisipasi setiap perubahan lingkungan yang terjadi tanpa harus mengubah jati diri kelembagaan yang sudah ada. Daya tampung disebut juga
daya lentur kelembagaan meliputi: 1 Upaya penafsiran dan penalaran terhadap perubaha lingkungan yang
terjadi, serta pemberian argumentasi yang rasioanal terhadap hasil penafsiran dan penalaran tersebut; dan
2 Upaya penyerasian, penyelarasan dan penyesuaian antara kondisi kelembagaan yang ada existing condition dan perubahan lingkungan
kelembagaan.
Kerangka kerja atau mekanisme kelembagaan yang merupakan tata kelembagaan dalam keadaan bergerak atau bekerja meliputi Purwaka 2008:
1 Kapasitas potensial
mekanisme kelembagaan
untuk melakukan
dan mengembangkan komunikasi, interaksi dan jejaring kerja kelembagaan, baik
yang bersifat
internal maupun
eksternal, sebagai
perwujudan dari
oprasionalisasi kapasitas potensial tata kelembagaan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung kelembagaan;
2 Operasionalisasi dan optimalisasi daya dukung kerangka kerja atau mekanisme kelembagaan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi;
3 Operasionalisasi dan optimalisasi daya dukung kerangka kerja atau mekanisme kelembagaan dalam mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi
yang berdampak pada organisasi kelembagaan; dan 4 Optimalisasi sisa tata kelembagaan yang belum dikonversikan menjadi
mekanisme kelembagaan
melalui upaya
penafsiran, penalaran
dan argumentasi rasional untuk didaya gunakan menjadi kapasitas potensial, daya
dukung dan daya tampung dalam kerangka interaksi kerangka kerja atau mekanisme kelembagaan yang dinamis.
Menurut Purwaka 2008 kapasitas yang harus ada dalam tata kelembagaan harus dituangkan dalam wujud sebagai berikut:
1 Visi, misi, tujuan dan objek; 2 Bentuk lembaga;
3 Struktur organisasi; 4 Uraian tugas pokok dan fungsi;
5 Kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia yang diperlukan; dan 6 Kualitas dan kuantitas sumberdaya buatan yang diperlukan.
Keberlanjutan suatu kegiatan yang mensyaratkan pentingnya partisipasi banyak pihak, mutlak memerlukan kerangka hukum legal framework, agar
segala sesuatunya berjalan sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Berkaitan dengan kerangka hukum, perlu diperhatikan pentingnya struktur hukum legal
structure , pelaksanaan mandat hukum legal mendate dan penegakan hukum
legal enforcement Purwaka 2008.
2.2 Penegakan Hukum