dirasa belum lengkap, dan hambatan struktural dalam satu lembaga juga dengan acaman seperti kapal asing yang lebih unggul, wabah penyakit yang bisa
menyerang personil patroli tiap saat hingga tumpang tindih antar lembaga pengawasan seharunya menjadi kesadaran tersendiri bagi lembaga. Mereka harus
lebih sering melihat kekurangan dan ancaman yang ada apabila selama ini sehingga mereka akan cenderung untuk menguatkan internal kelambagaan.
Hasil dari matriks SWOT dan keempat macam strategi secara umum diatas didapatkan sembilan rekomendasi strategi alternatif sebagai berikut:
1 Penguatan dan memfasilitasi masyarakat terhadap peningkatan peran aktif kelompok masyarakat pengawas POKMASWAS atau sejenisnya untuk
membantu pelaksanaan pengawasan sesuai dengan kondisi di lapang; 2 Peningkatan kerjasama regional dan internasional dalam menghapuskan
illegal fishing dan destruktive fishing;
3 Menambah jumlah kapal patroli dan penambahan teknologi canggih; 4 Membuat seluruh tata aturan dengan berbagai pihak yang diperlukan untuk
mencapai pengawasan yang optimum; 5 Menjamin kebutuhan ikan pada pasar nasional maupun internasional
dengan cara menjalankan kesepakatan yang sudah ada; 6 Meningkatkan
kemampuan kapal
dan personil
patroli serta
mengoptimalkan penggunaan sarana lain yang sudah ada seperti VMS, alat komunikasi dll;
7 Melakukan penjelasan kembali mengenai tupoksi masing-masing lembaga pengawasan;
8 Menguatkan internal masing-masing lembaga agar dapat menjalankan tugasnya dengan optimal.
4.3.2 Matriks Quantitative Strategic Planning Management QSPM
Analisis digunakan untuk menentukan prioritas strategi alternatif yang paling baik dalam mencapai efektifitas penegakan hukum. Matriks QSPM dapat
dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Matriks Quantitative Strategic Planning Management QSPM
Faktor Bobot
Strategi Alternatif I
II III
IV V
VI VII
VIII S
AS WS
AS WS
AS WS
AS WS
AS WS
AS WS
AS WS
AS WS
S1 0,095
4 0,38
4 0,38
4 0,38
2 0,19
4 0,38
4 0,38
1 0,095
3 0,285
S2 0,105
4 0,42
4 0,42
2 0,21
2 0,21
1 0,105
4 0,42
2 0,21
2 0,21
S3 0,105
3 0,315
4 0,42
2 0,21
2 0,21
1 0,105
3 0,315
1 0,105
1 0,105
S4 0,115
3 0,345
4 0,46
3 0,345
4 0,46
4 0,46
2 0,23
4 0,46
1 0,115
S5 0,1
2 0,2
2 0,2
4 0,4
3 0,3
4 0,4
4 0,4
4 0,4
1 0,1
W W1
0,958 2
1,916 4
3,832 4
3,832 2
1,916 2
1,916 1
0,958 1
0,958 4
3,832 W2
0,085 3
0,255 2
0,17 4
0,34 1
0,085 1
0,085 4
0,34 1
0,085 4
0,34 W3
0,09 3
0,27 3
0,27 4
0,36 3
0,27 3
0,27 3
0,27 1
0,09 4
0,36 W4
0,11 2
0,22 4
0,44 4
0,44 4
0,44 3
0,33 1
0,11 2
0,22 4
0,44 W5
0,098 2
0,196 1
0,098 1
0,098 4
0,392 2
0,196 1
0,098 2
0,196 4
0,392 O
O1 0,127
1 0,127
4 0,508
4 0,508
4 0,508
4 0,508
1 0,127
1 0,127
1 0,127
O2 0,125
4 0,5
1 0,125
1 0,125
1 0,125
1 0,125
1 0,125
1 0,125
2 0,25
O3 0,129
2 0,258
4 0,516
4 0,516
1 0,129
3 0,387
3 0,387
1 0,129
1 0,129
T T1
0,125 1
0,125 4
0,5 2
0,25 1
0,125 1
0,125 4
0,5 1
0,125 2
0,25 T2
0,12 1
0,12 4
0,48 1
0,12 1
0,12 1
0,12 4
0,48 1
0,12 2
0,24 T3
0,124 2
0,248 3
0,372 1
0,124 3
0,372 1
0,124 4
0,496 3
0,372 2
0,248 T4
0,129 2
0,258 2
0,258 1
0,129 4
0,516 2
0,258 2
0,258 4
0,516 1
0,129 T5
0,122 2
0,244 4
0,488 3
0,366 2
0,244 5
0,61 2
0,244 1
0,122 2
0,244 Total
6,397 9,937
8,753 6,612
6,504 6,138
4,455 7,796
Prioritas VI
I II
IV V
VII VIII
III Sumber : Pengolahan data primer
Berikut merupakan uraian singkat strategi pengembangan berdasarkan matriks QSPM beserta uraian singkat mengenai kebijakan yang dapat
dilaksanakan untuk efektifitas penegakan hukum berdasarkan Tabel 16, antara lain:
1 Meningkatan kerjasama regional dan internasional dalam menghapuskan illegal fishing
dan destruktive fishing. 1 Aktif berperan serta dalam organisasi pengelolaan perikanan regional
regional fisheries
management organzaition,
RFMO maupun
internasional untuk fokus pada topik memberantas illegal fishing dan destruktive fishing.
2 Meratifikasi konvensi pembentukan RFMO yang berada di wilayah perairan Indonesia dan ZEEI, seperti WCPFC Western and Central
Pacific Fisheries Commission 2 Menambah jumlah kapal patroli dan penambahan teknologi canggih.
1 Meningkatkan armada kapal patroli dari segi jumlah hingga dapat memberikan pengawasan pada seluruh perairan Indonesia dan ZEEI.
2 Optimalisasi penggunaan teknologi yang sudah ada agar tepat guna di bidang pengawasan.
3 Tetap mengembangkan penelitian mengenai teknologi agar dapat bersaing dengan perkembangan teknologi negara lain.
3 Menguatkan internal masing-masing lembaga agar dapat menjalankan tugasnya dengan optimal.
1 Merinci jumlah personil patroli dan jumlah kapal serta kemampuannya untuk dibuat sistem pengawasan yang baik, agar seluruh wilayah Indonesia
dapat diawasi. 2 Menempatkan kapal, senjata dan personil
yang mumpuni dalam menggunakannya pada titik rawan terjadi hal paling berbahaya, seperti
baku tembak. 3 Selalu memberikan motivasi kepada personil bahwa pengawasan adalah hal
penting sehingga mereka melakukan kerja dengan optimal. 4 Membuat seluruh tata aturan dengan berbagai pihak yang diperlukan untuk
mencapai pengawasan yang optimum. 1 Melakukan pendataan ulang dan kajian mengenai tata aturan yang sudah
ada. Apabila terdapat tumpang tindih antar satu dengan lembaga lain, maka dapat dilakukan revisi dengan segera.
2 Membuat tata aturan yang dirasa masih kurang setelah melihat pendataan tata aturan sebelumnya.
5 Menjamin kebutuhan ikan pada pasar nasional maupun internasional dengan cara menjalankan kesepakatan yang sudah ada.
1 Membuat pendataan mengenai kebutuhan ikan pada pasar internasional dengan data yang tepat. Pendataan yang tepat ini menjadi penting dalam
usaha mencapai kebutuhan tersebut. 2 Melakukan pendataan kesepakatan mengenai sistem yang harus ada dalam
memenuhi kebutuhan ikan. Setelah itu mengingatkan pada bagian penangkapan, budidaya maupun pengolahan terhadap kesepakatan yang
sudah ada agar tidak terjadi kesalahan dalam proses penanganan yang baik.
6 Penguatan dan memfasilitasi masyarakat terhadap peningkatan peran aktif kelompok masyarakat pengawas POKMASWAS atau sejenisnya untuk
membantu pelaksanaan pengawasan sesuai dengan kondisi di lapang. 1 Memberikan pelatihan-pelatihan mengenai pengawasan perikanan kepada
POKMASWAS guna
menambah kemampuan
untuk membantu
pengawasan. 2 Memberikan fasilitas seperti pos berkumpul dan kapal pengawas kepada
POKMASWAS agar dapat digunakan saat pengawasan. 7 Meningkatkan kemampuan kapal dan personil patroli serta mengoptimalkan
penggunaan sarana lain yang sudah ada seperti VMS, alat komunikasi dll. 1 Melakukan perawatan dan meningkatkan kemampuan dari mesin kapal
yang juga disesuaikan dengan kondisi kapal agar dapat berlayar dengan maksimal.
2 Melakukan pelatihan-pelatihan personil seperti pelatihan penggunaan senjata, dan penggunaan alat komunikasi diatas kapal oleh mentor yang
kompeten secara berkesinambungan. 3 Melakukan pendataan dan mengoptimumkan pengguanaan fasilitas yang
sudah ada seperti VSM. 8 Melakukan penjelasan kembali mengenai tupoksi masing-masing lembaga
pengawasan. 1 Melakukan identifikasi kembali mengenai dasar hukum tentang tupoksi
masing-masing lembaga. 2 Melakukan evaluasi secara berkala mengenai pelaksanaan tupoksi yang
ada.
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang didapatkan pada penelitian ini adalah bahwa tiga lembaga
penegakan hukum yaitu Polair, TNI AL dan PSDKP memiliki tupoksi yang beririsan satu dengan yang lainnya. Polisi memiliki tumpang tindih tupoksi
keamanan dengan TNI AL. Ketiga lembaga memiliki tumpang tindih tupoksi penegakan hukum. Tupoksi ketertiban hanya dimiliki oleh Polisi, begitupun
dengan tupoksi pengawasan hanya dimiliki PSDKP. Lembaga TNI AL juga memiliki tuposi yang berbeda dengan yang lain, antara lain pertahanan, diplomasi,
pembangunan dan pertahanan kekuatan matra laut, dan pemberdayaan wilayah pertahanan laut.
Analisis hukum menjabarkan bahwa pada variabel kewenangan memberikan kewenangan kepada ketiga lembaga penegak hukum. Analisis variabel
kewilayahan secara geografis menjabarkan bahwa TNI AL dan PSDKP berwenang hingga ZEEI sedangkan Polair hanya sampai laut teritorial.
Penelitian memberikan beberapa strategi efektivitas penegakan hukum. Strategi dilihat dari faktor internal dan eksternal lembaga serta diuturkan
berdasarkan prioritas. Strategi antara lain: 1 meningkatan kerjasama regional dan internasional dalam menghapuskan illegal fishing dan destruktive fishing; 2
menambah jumlah kapal patroli dan penambahan teknologi canggih; 3 menguatkan internal masing-masing lembaga agar dapat menjalankan tugasnya
dengan optimal; 4 membuat seluruh tata aturan dengan berbagai pihak yang diperlukan untuk mencapai pengawasan yang optimum; 5 menjamin kebutuhan
ikan pada pasar nasional maupun internasional dengan cara menjalankan kesepakatan yang sudah ada; 6 penguatan dan memfasilitasi masyarakat
terhadap peningkatan
peran aktif
kelompok masyarakat
pengawas POKMASWAS atau sejenisnya untuk membantu pelaksanaan pengawasan
sesuai dengan kondisi di lapang; 7 meningkatkan kemampuan kapal dan personil patroli serta mengoptimalkan penggunaan sarana lain yang sudah ada seperti
VMS, alat komunikasi dan lain-lain; 8 melakukan penjelasan kembali mengenai tupoksi masing-masing lembaga pengawasan.
5.2 Saran Saran dari penelitian adalah dapat menjadi dasar bagi pengambilan
keputusan berkaitan dengan pengawasan dan penelitian lanjutan mengenai konflik kewenangan baik pada pengawasan di laut maupun saat penyidikan.
DAFTAR PUSTAKA
David FR. 2003. Strategic Management, Concepts and cases, 10th ed. New Jersey: Pearson Education Inc. 461 hal
[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan. 2005. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor PER.13MEN2005
tentang Forum
Koordinasi Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perikanan. Jakarta: DKP.
[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan. 2006. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.11MEN2006 tentang Perubahan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor PER.13MEN2005 tentang Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perikanan. Jakarta: DKP.
[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan. 2003. Kesepakatan Bersama antara Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dengan Kepolisian
Negara Republik Indonesia No: 10KBDep.KP2003 atau No.Pol: B4042VIII2003 tentang Penegakan Hukum di Bidang Kelautan dan
Perikanan. Jakarta: DKP. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Kelautan dan Perikanan
Dalam Angka 2011. Jakarta: Pusat Data Statistik dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Laporan tahunan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan 2011. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Penerbit PT Grasindo, Jakarta.
Nikijuluw V. 2008. Blue Water Crime. Jakarta: PT. Pusaka Cidesindo. Paonganan
Y. 2010.
Babak Baru
Pertahanan Laut.
http:indomaritimeinstitute.org?p=474 [5 mei 2010]. Polair. 2012. Sejarah Polair. http:www.polair.or.idindex.phporganisasi-polisi-
airsejarah-polair [2 April 2012]. Polair. 2012. Tugas Pokok. http:www.polair.or.idindex.phporganisasi-polisi-
airtugas-pokok [2 April 2012]. Polair. 2012.
Visi misi. http:www.polair.or.idindex.phporganisasi-polisi-
airvisi-dan-misi [2 April 2012]
Purwaka TH. 2008. Hukum dan Kelembagaan Kelautan: Pengembangan Etalase Kelautan di Kepulauan Bangka Belitung. Jakarta: Fakultas Hukum.
Universitas Katolik Indonesia. Atma Jaya-Jakarta. Januari 2008. Purwaka TH. 2008. Model Analisis Pengembangan Kapasitas Kelembagaan.
Jakarta: Fakultas Hukum. Universitas Katolik Indonesia. Atma Jaya-Jakarta. Januari 2008.
Rangkuti F. 2005. Analisis SWOT: Teknik Membelah Kasus Bisnis. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan.
Jakarta: Republik Indonesia. Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Nomor 43 tahun 2008 tentang
Wilayah Negara. Jakarta: Republik Indonesia. Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Tentara
Nasional Indonesia. Jakarta: Republik Indonesia. Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang
Perikanan. Jakarta: Republik Indonesia. Republik Indonesia. 2002. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia. Jakarta: Republik Indonesia. Republik Indonesia. 1983. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona
Ekonomi Ekslusif Indonesia. Jakarta: Republik Indonesia. Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. PT. Pustaka
Binaman Pressindo: Jakarta Saaty TL. 2001. Decision Making For Leaders. Forth edition, University of
Pittsburgh, RWS Publication. Supriadi dan Alimuddin. 2011. Hukum Perikanan di Indonesia. Jakarta: Sinar
Grafika Jakarta Supratomo G. 2011. Hukum Acara Pidana dan Hukum Pidana di Bidang
Perikanan. Jakarta: Rineka Cipta Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Alamat Polair daerah tingkat provinsi di seluruh Indonesia No.
Polair Alamat
1. Aceh
Jl. Indra Budiman No.15 Lampulo Banda Aceh 2.
Sumatera Utara Jl. Taman Makam Pahlawan No.1 Belawan
Sumatera Utara 3.
Sumatera Barat Jl. Raya Padang Painan KM 16 Bumus Padang
Sumatera Barat 4.
Riau Jl. Diponegoro No.462 Tg. Batu, Riau
5. Bengkulu
Jl. Ir.
Rustandi Sugianto
Pulaubay No.11
Bengkulu 6.
Jambi Jl. Raden Mataher No.3 Jambi
7. Lampung
Jl. Sudirman No.1 Pelabuhan Panjang Bandar Lampung
8. Sumatera Selatan
Jl. Mayor Zen Sel Lais Palembang Sumatera Selatan
9. Metrojaya
Jl. Pelabuhan Pos 3 Pondok Dayung Tg. Priok Jakarta Utara
10. Jawa Barat
Jl. Perniagaan No.8 Pelabuhan Cirebon Jawa Barat
11. Jawa Tengah
Jl. Amirang No.1 Semarang Jawa Tengah 12.
Daerah Istimewa Jl. Lingkar Utara Condong Catur Yogyakarta
Yogyakarta 13.
Jawa Timur Jl. Intan No.1 Tg. Perak Surabaya Jawa Timur
14. Bali
Jl. Raya Pelabuahan Benoa Denpasar, Bali 15.
Nusa Tenggara Timur Jl. Timtim No.37 Kupang Nusa Tenggara Timur
16. Nusa Tenggara Barat
Jl. Majapahit Mataram Nusa Tenggara Barat 17.
Kalimantan Barat Jl. Khatulistiwa No.300 Pontianak Kalimantan
Barat 18.
Kalimantan Tengah Jl. HM Arrsyad KM 15 Sampit Kalimantan
Tengah 19.
Kalimantan Selatan Jl.
Teluk Tiram
Laut No.6
Banjarmasin Kalimantan Selatan
20. Kalimantan Timur
Jl. A.W. Syahrani No.1 Balikpapan Kalimantan Timur
21. Sulawesi Utara
Jl. Tarsius No.1 Tanduk Rusa Bitung Sulawesi Utara
22. Sulawesi Tengah
Jl. Samudra No.10 Laiba Wani Palu Sulawesi Tengah
23. Sulawesi Selatan
Jl. Perintis No.15 Suppa Kabupaten Pinrang 24.
Sulawesi Tenggara Jl. Bhayangkara Bahari Kendari
25. Maluku
Jl. Wolter Mongonsidi Lateri III Ambon 26.
Banten Jl. Yos Sudarso No.99 Banten
27. Bangka Belitung
Jl. Yos Sudarso Pelabuhan Pangkal Balan Pangkal Pinang Bangka Belitung
Lanjutan lampiran 1 Alamat Polair daerah di seluruh Indonesia No.
Polair Alamat
28. Kepulauan Riau
Jl. RE Martadinata Sekupang Batam 29.
Gorontalo Jl. Mayor Dula Kota Gorontalo
30. Maluku Utara
Jl. Komplek Pelabuhan A Yani Ternate Maluku Utara
31. Papua
Jl. Samratulangi No.08 Jayapura Sumber: www.polair.or.id
14. Dinas Perikanan Propinsi Jawa
16. Dinas Kelautan dan Perikanan
18. Dinas Kelautan dan Perikanan
19. Dinas Kelautan dan Perikanan
Lampiran 2 Dinas Perikanan dan Kelautan tingkat provinsi di seluruh Indonesia No.
Nama Dinas Alamat
Dinas Kelautan dan Perikanan Jl. Tengku Malam No.7 Kuta
1. Propinsi Nanggroe Aceh
Alam Banda Aceh 23121 Kotak Darussalam
2. Dinas Kelautan dan Perikanan
Propinsi Sumatera Utara 3.
Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera Barat
4. Dinas Kelautan dan Perikanan
Propinsi Sumatera Selatan 5.
Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Riau
6. Dinas kelautan dan Perikanan
Propinsi Kepulauan Riau 7.
Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Bengkulu
8. Dinas Kelautan dan Perikanan
Propinsi Jambi 9.
Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Lampung
10. Dinas Peternakan Perikanan dan
Kelautan Propinsi DKI Jakarta 11.
Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat
12. Dinas Kelautan dan Perikanan
Propinsi DI Yogyakarta 13.
Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Tengah
Pos 124 Jl. Sei Batugingging No. 6
Medan, Sumatera Utara 25128 Jl. Koto Tinggi No. 9II PO BOX
42, Padang 25128 Jl. Pangeran Ratu, Jakabaring
Palembang knn Jl. Patimura No. 6 PO BOX
1052Pekan Baru 28131 Jl. R.E. martadinata Tanjung
Pinang 29125 Jl. Cendana No.61 Bengkulu
38228 Jl. MT. Haryono No.9 Telanai
Pura, Jambi Jl. Drs. Warsito No. 76 Bandar
Lampung Teluk Betung 35215 Jl. Gunung Sahari Raya No. 11 Lt.
8 Jakarta Pusat Jl. Wastu Kencana No.17
Bandung 40117 Dinas Kelautan dan Perikanan
Propinsi DI Yogyakarta Jl. Imam Bonjol 134 Semarang,
Jawa Tengah 50132 Timur
Jl. Jend. A. Yani 152B Surabaya 15.
Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Maluku
Jl. DR. Siwabessy No.16 PO BOX 75 Ambon 97117
Propinsi Maluku Utara Jl. Tuna Raya No. 6 Sofifi
17. Dinas Kelautan dan Perikanan
Propinsi Sulawesi Utara Jl. Komp. Pertanian Kalasey PO
BOX 1038, Manado 95013 Propinsi Sulawesi Tenggara
Jl. Balaikota No. 4 Kendari 93111 Propinsi Sulawesi Tengah
Jl. Undata no. 7 Palu 94111 20.
Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sulawesi Selatan
21. Dinas Kelautan dan Perikanan
Propinsi Kalimantan Selatan Jl. Bajimanasa No. 12 Ujung
Pandang Bautoloe Makassar 90126
Jl. Jend. Sudirman No. 9 Banjarbaru 70713
25. Dinas Kelautan dan Perikanan
26. Dinas Kelautan dan Perikanan
33. Dinas Kelautan dan Perikanan
Lanjutan lampiran 2 Dinas Perikanan dan Kelautan tingkat provinsi di seluruh Indonesia
No. Nama Dinas
Alamat 22.
Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kalimantan Timur
23. Dinas Kelautan dan Perikanan
Propinsi Kalimantan Barat 24.
Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kalimantan Tengah
Jl. Kesuma Bangsa No. 1 Samarinda 75001
Jl. Sutan Sahrir No. 16 PO BOX 17
Pontianak 78116 Jl. Brigjen Katamso No. 2 PO
BOX 41, Palangkaraya 73112 Propinsi Bali
Jl. Pattimura No. 77 Denpasar Propinsi NTB
Jl. Semanggi No. 8 Mataram 8125 27.
Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi NTT
28. Dinas Kelautan dan Perikanan
Propinsi Sulawesi Barat 29.
Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kep. Bangka Belitung
30. Dinas Kelautan dan Perikanan
Propinsi Banten 31.
Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo
32. Dinas Kelautan dan Perikanan
Propinsi Papua Jl. Sangkar Mas Nunbaun Sabu
Kupang Jl. Cut Nya Dien No. 13 Mamuju
91511 Jl. Komp. Perkantoran Kep. Babel
Kec.Bukit Intan Pakalpinang Jln. Jenderal Sudirman Ruko
Glodok Blok F 1-5 Kota Serang Baru, Serang-Banten
Jl. M.H. Thamrin No. 170 Kota Gorontalo
Jl. Sulawesi No.6-8 Dok VII PO BOX 1604, Jaya Pura 99116
Propinsi Papua Barat Jl. Merdeka no. 7B Manokwari
Sumber: www.kkp.go.id
Lampiran 3 UPT Satker dan Pos PSDKP No.
UPT Satker
Pos 1.
Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan
dan Perikanan Jakarta 1. Muara Angke
Cilincing P.Pramuka -
Kepulauan Seribu Muara Kamal
2. Lempasing Kuala Taladas –
Tulang Bawang 3. Pelabuhan Ratu
Cidaun – Cianjur Garut
4. Karangantu Pulo Kale, Terate
dan P.Panjang Labuan
Kab.Tanggerang Lebak
5. Kejawanan Blanakan
Karongsong Eretan
6. Pekalongan Wonokerto
7. Tegal Sari Brebes
Pelabuhan Tegal Tanjung Sari –
Pemalang 8. Cilacap
Kebumen Sadeng DIY
9. Juwana Karimun Jawa
Sarang Karanganyar
Tasik Agung Banyutowo – Pati
Jobokunto – Jepara Morodemak
10. Batang Kendal
Roban 11. Banyuwangi
Muncar 12. Surabaya
Gresik Sumenep
Sampang 13. Prigi
Malang Tulung Agung
14. Brondong Tuban
15. Probolinggo - 16. Bawean -
17. Benoa -
Lanjutan lampiran 3 UPT Satker dan Pos PSDKP No.
UPT Satker
Pos 1.
Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan
dan Perikanan Jakarta
2. Pengkalan Pengawasan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Bitung
18. Pengambengan - 19. Kupang
Atapupu – Belu Atabua
20. Larantuka Ende
Maumere 21. Labuan Lombok -
Tobelo Donggala
Parigi Mountong Banggai
Malibago – Bolsel Banggai Kepualuan
Labuan Uki – Bolmang
Amurang – Minahasa Selatan
Belang – Minahasa Tenggara
Tumumpang Manado
Likupang Kema
Mamuju Utara Mamuju
Majene Polewali Mandar
Palopo Kota Balikpapan
Samarinda Kota Botang
1. Bagho Tahuna - 2. Melanguane
P.Karatung Beo
Salibabu 3. Makassar
Selayar Sinjai
Bone Pangkajene
Kepulauan Jeneponto
4. Gorontalo Pahuwanto
Boalemo 5. Kwandang
Toli Toli
Lanjutan lampiran 3 UPT Satker dan Pos PSDKP No.
UPT Satker
Pos 2.
Pengkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan
dan Perikanan Bitung
3. Stasiun Pengawasan
Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Pontianak
6. Kendari Bau Bau
Pasarwajo Wakatobi
Kolaka Torobulu
7. Ternate Halmahera Utara
Goto 8. Bacan -
9. Tarakan Derawan
Sebatik – Nunukan Kab.Bulungan
Kab.Berau 10. Banjarmasin
Kotabaru Batu Licin
Muara Kintap Entikong
Badau Sajingan
Jagoibabang P.Maya
Sungai Rengas Sungai Kakap
Kuala Mempawah Jakabarig –
Palembang Sungsang Banyuasin
Sungai Lumpur – Kabu – Paten OKI
1. Pemangkat Singkawang
2. Teluk Batang Pangkalanbun
3. Tanjung Balai -
Karimun 4. Moro
- 5. Batam
- 6. Tarempa
- 7. Natuna Ranai
- 8. P.Kijang Bintan
- 9. Sungai Liat
Pangkal Balam PPI Sadai
Kurau Muntok
10. Tanjung Pinang -
Lanjutan lampiran 3 UPT Satker dan Pos PSDKP No.
UPT Satker
Pos 4.
Stasiun Pengawasan Sumberdaya Kelautan
dan Perikanan Belawan 1. Sabang
Lampulo
2. Tanjung Balai Asahan
Serdang Bedagai Sabang
Idi Aceh Selatan
Aceh Besar Bagansiapi – api
P.Jemur Panipahan
Sinaboi Batubara
Indagiri Hilir Bengkalis
3. Sibolga P.Telo
Pandan – Tapanuli Tengah
Barus Mandaling Natal
Sorkam Barat 4. Bungus
Sikakap Carocok Tarusan
Muara Padang Air Bangis
5. Kuala Tungkal Nipah Panjang
6. Panjung Pandan Manggar
Gantung 7. P.Bali Bengkulu
- 5.
Stasiun Pengawasan Sumberdaya Kelautan
dan Perikanan Tual 1. Ambon
Banda Masohi
Bula Tulehu
2. Merauke Wanam
3. Sorong Kab.Sorong
Sorong Selatan Raja Ampat
4. Biak -
5. Jayapura -
6. Wimro Manokwari
7. Kimaan -
8. Kaimana Timika
9. Avonah -
10. Fak-fak
Dobo Asmat
Sumber: KKP 2012
Lampiran 4 Jumlah personil patroli pada kapal PSDKP tahun 2007 hingga 2011 No.
Nama Kapal 2007
2008 2009
2010 2011
1. KP. Barracuda 001
8 9
9 8
10 2.
KP. Barracuda 001 8
8 9
9 11
3. KP. Hiu 001
11 12
13 14
13 4.
KP. Hiu 002 10
11 14
14 13
5. KP. Hiu 003
10 12
14 13
14 6.
KP. Hiu 004 13
11 13
13 14
7. KP. Hiu 005
11 12
14 14
12 8.
KP. Hiu 006 11
12 12
13 15
9. KP. Hiu 007
11 11
13 13
13 10.
KP. Hiu 008 10
11 12
13 15
11. KP. Hiu 009
11 12
12 13
14 12.
KP. Hiu 010 10
12 13
13 14
13. KP. Hiu Macan 001
14 15
18 19
18 14.
KP. Hiu Macan 002 14
15 16
21 19
15. KP. Hiu Macan 003
14 15
18 19
17 16.
KP. Hiu Macan 004 14
15 17
18 18
17. KP. Hiu Macan 005
15 17
20 20
18. KP. Hiu Macan 006
16 20
20 19.
KP. Todak 001 9
9 8
9 9
20. KP. Todak 002
8 9
10 10
9 21.
KP. Takalamungan 9
10 10
11 13
22. KP. Padaido
9 10
10 10
10 23.
KP. Catamaran 1202 6
5 5
7 24.
KP. Hiu Macan Tutul 001 0 20
22 21
25. KP. Akar Bahar
6 7
Sumber: KKP 2011
Lampiran 5 Daftar kapal PSDKP dan lokasi penempatannya No.
Nama Kapal Penempatan
1. KP. Baracuda 001
Jakarta 2.
KP. Baracuda 002 Jakarta
3. KP. Hiu 001
Jakarta 4.
KP. Hiu 002 Bitung
5. KP. Hiu 003
Jakarta 6.
KP. Hiu 004 Jakarta
7. KP. Hiu 005
Bitung 8.
KP. Hiu 006 Jakarta
9. KP. Hiu 007
Jakarta 10.
KP. Hiu 008 Jakarta
11. KP. Hiu 008
Jakarta 12.
KP. Hiu 010 Jakarta
13. KP. Hiu Macan 001
Jakarta 14.
KP. Hiu Macan 002 Jakarta
15. KP. Hiu Macan 003
Jakarta 16.
KP. Hiu Macan 004 Jakarta
17. KP. Hiu Macan 005
Jakarta 18.
KP. Hiu Macan 006 Jakarta
19. KP. Todak 01
Bitung 20.
KP. Todak 02 Bitung
21. KP. Takalamongan
Bitung 22.
KP. Padaido Bitung
23. KP. Kamla 1202
Jakarta 24.
KP. Hiu Macan Tutul 001 Bitung
25. KP. Akar Bahar
Bitung 26.
KP. Marlin 1 Speed Boat Bali
27. KP. Marlin 2 Speed Boat
Bali 28.
KP. Marlin 3 Speed Boat Cilacap
29. KP. Marlin 4 Speed Boat
Muna 30.
KP. Marlin 5 Speed Boat Kota Baru
31. KP. Marlin 6 Speed Boat
Lombok 32.
KP. Marlin 7 Speed Boat Banjarmasin
33. KP. Marlin 8 Speed Boat
Bima 34.
KP. Marlin 9 Speed Boat Jakarta
35. KP. Marlin 10 Speed Boat
Makasar 36.
KP. Marlin 11 Speed Boat Manokwari
37. KP. Marlin 12 Speed Boat
Wondama 38.
KP. Marlin 13 Speed Boat Kaimana
39. KP. Marlin 14 Speed Boat
Timika 40.
KP. Marlin 15 Speed Boat Nabire
41. KP. Marlin 16 Speed Boat
Pengkep 42.
KP. Marlin 17 Speed Boat Sambas
43. KP. Marlin 18 Speed Boat
Padang 44.
KP. Marlin 19 Speed Boat Bulungan
45. KP. Marlin 20 Speed Boat
Pontianak
Lanjutan lampiran 5 Daftar kapal PSDKP dan lokasi penempatannya No.
Nama Kapal Penempatan
46. KP. Marlin 21 Speed Boat
Sula 47.
KP. Marlin 22 Speed Boat Bangga
48. KP. Marlin 23 Speed Boat
Asmat 49.
KP. Marlin 24 Speed Boat Waropen
50. KP. Marlin 25 Speed Boat
Kalimantan Barat 51.
KP. Marlin 26 Speed Boat Pontianak
52. Dolphin 01 Speed Boat
Kota Bengkulu Utara 53.
Dolphin 02 Speed Boat Sibolga
54. Dolphin 03 Speed Boat
Bitung 55.
Dolphin 04 Speed Boat Jakarta
56. Dolphin 05 Speed Boat
Belawan 57.
Dolphin 06 Speed Boat Tual
58. Dolphin 07 Speed Boat
Biak 59.
Dolphin 08 Speed Boat Tanjung Pandan
60. Dolphin 09 Speed Boat
Tarempa 61.
Dolphin 10 Speed Boat Ranai
62. Dolphin 11 Speed Boat
Ternate 63.
Dolphin 12 Speed Boat Aru
64. Dolphin 13 Speed Boat
Marauke 65.
Dolphin 14 Speed Boat Asahan
66. Dolphin 15 Speed Boat
Jayapura 67.
Dolphin 16 Speed Boat Karimun
68. Dolphin 17 Speed Boat
Tarakan 69.
Dolphin 18 Speed Boat Batam
70. Dolphin 19 Speed Boat
Kendiri 71.
Dolphin 20 Speed Boat Waropen
72. Napoleon 01 Speed Boat
Jayapura 73.
Napoleon 02 Speed Boat Kaimana
74. Dolphin 21 Speed Boat
Satket PSDKP Brodong 75.
Dolphin 22 Speed Boat Satket PSDKP Kejawanan
76. Dolphin 23 Speed Boat
Satket PSDKP Kuala Tungkal 77.
Dolphin 24 Speed Boat Satket PSDKP Moro
78. Dolphin 25 Speed Boat
Satket PSDKP Fak-Fak 79.
Dolphin 26 Speed Boat Satket PSDKP Kwandang
80. Dolphin 27 Speed Boat
Satket PSDKP Ambon 81.
Napoleon 03 Speed Boat Satket PSDKP Pontianak
82. Napoleon 04 Speed Boat
Satket PSDKP Ranai 83.
Napoleon 05 Speed Boat Dinas PSDKP Kab.Flores Timur
84. Napoleon 06 Speed Boat
Dinas PSDKP Kab.Majene 85.
Napoleon 07 Speed Boat Dinas PSDKP Kab.Aceh Barat
86. Napoleon 08 Speed Boat
Satker PSDKP Tarempa 87.
Napoleon 09 Speed Boat Dinas PSDKP Kab.Toli-Toli
88. Napoleon 10 Speed Boat
Dinas PSDKP Prov.Maluku Utara 89.
Tenggiri 01 Speed Boat Dinas PSDKP Prov.Gorontalo
Sumber: KKP 2012
Lampiran 6 Daftar nama kapal, jumlah sejata yang ada di kapal dan ukuran kapal yang dimiliki oleh Polair
No. Klasifikasi, Ukuran Kapal, dan
Jumlah Senjata di Atas Kapal 1.
Klasifikasi A2, Ukuran 80 meter, Jumlah Senjata 3 buah
2. Klasifikasi A3, Ukuran 48 meter,
Jumlah Senjata 3 buah
3. Klasifikasi B2, Ukuran 36 meter,
Jumlah Senjata 2 buah
4. Klasifikasi B3, Ukuran 28 meter,
Jumlah Senjata 1 buah Nama Kapal
KP. Bisma KP. Baladewa
KP. Arjuna KP. Nakula
KP. Sadewa KP. Kresna
KP. Setyaki KP. Antasena
KP. Antareja KP. Gatotkaca
KP. Parikesit KP. Abimanyu
KP. Kepodang KP. Jalak
KP. Manyar KP. Cucak Rawa
KP. Kutilang KP. Bangau
KP. Belibis KP. Pelikan
KP. Punai KP. Tekukur
KP. Pinguin KP. Kakatua
KP. Beo KP. Puyuh
KP. Enggano KP. Gelatik
KP. Perenjak KP. Anis Kembang
KP. Anis Macan KP. Walet
KP. Maleo KP. Elang
KP. Camar KP. Srigunting
KP. Alap-alap KP. Rajawali
KP. Jatayu KP. Cendrawasih
Lanjutan lampiran 6 Daftar nama kapal, jumlah sejata yang ada di kapal dan ukuran kapal yang dimiliki oleh Polair
No. Klasifikasi, Ukuran Kapal, dan
Jumlah Senjata di Atas Kapal 4.
Klasifikasi B3, Ukuran 28 meter, Jumlah Senjata 1 buah
5. Klasifikasi C1, Ukuran 16 meter,
Jumlah Senjata 1 buah
6. Klasifikasi C2, Ukuran 15 meter,
Jumlah Senjata 1 buah Nama Kapal
KP. Merpati KP. Kasuari
KP. Merak KP. Kolibri
KP. Enggang KP. Balam
KP. Murai KP. Albatros
KP. Eider KP. Pipit
KP. Parkit KP. Perkutut
KP. Nuri KP. Kenari
KP. Hayabusa KP. Anis Madu
KP. Taka KP. Sundaicus
KP. Starnaja KP. Elang Laut
KP. Zaitun KP. Kedidi
KP. Bitern KP. Perkakak
KP. Lory KP. Gagak
KP. Sikatan KP. Pelatuk
Sumber: Polair 2012
Lampiran 7 Alokasi Anggaran PSDKP berdasarkan Kegiatan tahun 2011 No.
Kegiatan Alokasi Anggaran
Persentase 1.
Peningkatan Operasional
Pemeliharaan Kapal
Pengawasan 2.
Penyelesaian Tindak
Pidana Kelautan
dan Perikanan
3. Peningkatan
Operasional Pengawasan
Sumberdaya Kelautan
4. Peningkatan
Operasional Pengawasan
Sumberdaya Perikanan
5. Peningkatan
Operasional Pemantauan
Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
dan Pengembangan
Infrastruktur Pengawasan 6.
Dukungan Manajemen dan 143.428.513.000 39,54
15.769.379.000 4,35 14.597.760.000 4,02
26.288.679.000 7,25 63.460.107.000 17,50
99.159.562.000 27,34 Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya Ditjen.PSDKP Total
362.704.000.000 100
Sumber: KKP 2012
Lampiran 8 Jumlah masing-masing tindak pidana perikanan tahun 2007 hingga 2011
No. Jenis tindak pidana perikanan 2007 2008 2009 2010 2011
1. Tanpa izin
65 35
59 45
17 2.
Tanpa izin
dan alat
tangkap 27 11 20 116 39
terlarang 3.
Dokumen tidak lengkap 18
27 17
3 13
4. Alat tangkap terlarang
5 4
4 6
- 5.
Fishing ground 10
1 3
2 5
6. Alat tangkap tidak sesuai izin
SIPI 7.
Dokumen tidak
lengkap dan
8 4 6 - 2 4 5 3 - 5
Fishing ground 8.
Tidak ada transmitter 5
15 4
- -
9. Fishing ground dan alat tangkap
1 1 - - 2 terlarang
10. Pengangkutan ikan transhipment
7 -
2 -
- 11.
Menampung ikan
tidak sesuai
SIKPI 12.
Tanpa keterangan
jenis tindak
- - - - 1 - - - - 2
pidana perikanan 13.
Transhipment dan alat tangkap -
- -
- -
14. Pemalsuan dokumen
- -
- -
- 15.
Pencurian terumbu karang 1
- -
- -
16. Penyetruman ACCU
- -
- -
- 17.
Dokumen tidak lengkap dan tidak - 1 - - -
ada transmitter 18.
Bahan peledakbom 3
- -
- -
19. Tanpa izin dan dokumen palsu
- -
- -
1 20.
Pasir laut tanpa dokumen -
- -
- -
21. Tidak memiliki SLO
- -
- -
1 22.
Bongkar muat tidak sesuai SIPI -
- -
- 1
23. ABK asing tidak sesuai SIPI
1 -
- -
1 Sumber: KKP 2011
ABSTRAK
LUTFI BRILLIANT WANDA, C44080035. Analisis Hukum dan Kelembagaan Penegakan Hukum di Bidang Perikanan. Dibimbing oleh AKHMAD SOLIHIN
dan THOMAS NUGROHO.
Permasalahan illegal fishing mengakibatkan sektor kelautan dan perikanan Indonesia tidak mampu dimanfaatkan secara optimal. Kerugian dapat dilihat dari
beberapa aspek, diantaranya aspek ekonomi yakni kerugian secara finansial, aspek sosial berupa penyebaran penyakit berbahaya dan aspek ekologis seperti over
fishing
dan destructive fishing. Lembaga penegak hukum yang berwenang yang menjadi objek peneltian adalah Polisi Perairan, TNI AL, dan PSDKP. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui tugas pokok dan fungsi kelembagaan penegakan hukum di bidang perikanan, menganalisis tumpang tindih kewenangan
antar lembaga penegak hukum di bidang perikanan berdasarkan landasan hukumnya, dan memberikan rekomendasi efektifitas penegakan hukum.
Penelitian ini menggunakan analisis kelembagaan, analisis hukum dan analisis SWOT. Penelitian menghasilkan bahwa bahwa tiga lembaga penegakan hukum
yaitu Polair, TNI AL dan PSDKP menjalankan fungsi penegakan hukum sesuai dengan dasar hukum tersendiri. Variabel kewenangan Polair diamanahkan dengan
4 dasar hukum, TNI dengan 5 dasar hukum, dan PSDKP dengan 3 dasar hukum. Variabel kewilayahan menjabarkan bahwa ketiga lembaga memiliki wewenang
berbeda pada wilayah perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, dan ZEEI. Prioritas strategi penegakan hukum dengan dua urutan terbesar dari
penelitian adalah peningkatan kerjasama regional dan internasional dalam menghapuskan illegal fishing dan destruktive fishing dan menambah jumlah kapal
patroli dan penambahan teknologi canggih.
Kata Kunci : illegal fishing, destructive fishing, penegakan hukum, dasar
hukum
ABSTRACT
LUTFI BRILLIANT WANDA, C44080035. Analysis of Legal Institutional and law enforcement in the field of Fisheries. Supervised by AKHMAD SOLIHIN
and THOMAS NUGROHO.
Problem of illegal fishing and marine fisheries sector resulting in Indonesia is unable to be utilized optimally. Losses can be viewed from several
aspects, including economic loss aspect i.e. financially, social aspects of the spread of dangerous disease, and ecological aspects such as over fishing and
destructive fishing. Law enforcement agencies in authority who become the object of this research is Police, TNI AL, and PSDKP. The aims of this research are to
find out main task and function of institutional law enforcement in the fields of fisheries, analyze conflict authority between the law enforcement agency in the
fields of fisheries based on legal basis, and give recommendations the effectiveness of law enforcement. There researchs uses institutional analysis, legal
analysis and SWOT analysis. The result of this research is there are three the law enforcement agency that is Police, TNI AL and PSDKP that carries on the
function of law enforcement in accordance with the legal basis of its own. Variable authority Police is given with four the basic law, TNI AL with 5 the basic
law, and PSDKP with 3 the legal basis. Territoriality variable describe that all three institutions has authority different in the territorial waters of the interior,
the waters of the archipelago, the sea territorial, and ZEEI. Priority strategy law enforcement with two largest order of the research is an increase regional and
international cooperation in eliminating illegal a fishing and destruktive a fishing and increase the number of patrolly boats and the addition of advanced
technology.
Keywords : illegal fishing, destructive fishing, law enforcement, legal basis
1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Persoalan illegal fishing di Indonesia mengakibatkan sektor kelautan dan perikanan tidak mampu dimanfaatkan secara optimal. Apabila dilihat dari segi
ekonomi, kerugian yang diperoleh oleh pemerintah Indonesia cukup besar jumlahnya. Kerugian negara akibat praktik illegal fishing diperkirakan mencapai
Rp 30 triliyun dalam setahun. Handoko 2004 dalam Nikijuluw 2008 mengatakan bahwa jumlah devisa yang hilang akibat perikanan illegal fishing
berkisar 1,9 miliar atau sekitar 19 Triliun Rupian setiap tahunnya. Praktik illegal fishing
juga menimbulkan dampak sosial, yaitu penyebaran virus HIV AIDS. Nelayan asing yang masuk ke perairan Indonesia tidak terdata dengan benar,
mereka masuk dan dapat membawa virus mematikan yang menyebarkannya di wilayah yang mereka singgahi. Secara ekologi terdapat kerugian berupa rusaknya
lingkungan dan ancaman over fishing. Hal ini dikarenakan, pemerintah belum mampu mengontrol praktik-praktik illegal fishing secara efektif.
Terjadinya illegal fishing di wilayah perairan Indonesia dan ZEEI disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya adalah kurangnya sarana dan prasarana
lembaga penegak hukum. Selain itu, penegakan hukum juga dihadapkan pada tumpang tindih kewenangan antar lembaga penegak hukum atau ego-sektoral
penegakan hukum. Penegakan hukum di bidang perikanan melibatkan tiga lembaga sebagaimana yang dimandatkan oleh undang-undang, yaitu Kepolisian,
Tentara Negara Indonesia Angkatan Laut TNI-AL, dan Pengawas Sumberdaya Kelautan dan Periakan Kementerian Kelautan dan Perikanan PSDKP KKP.
Penanganan illegal fishing juga telah dicoba untuk diselesaikan dengan menggunakan beberapa dasar hukum. Dasar hukum tersebut dapat berupa undang-
undang, peraturan menteri dan keputusan menteri. Dasar hukum tersebut antara lain Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
sebagaimana yang telah diubah melalui Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, Kesepakatan Bersama antara Departemen Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia No: 10KBDep.KP2003 atau No.Pol: B4042VIII2003 tentang Penegakan Hukum
di Bidang Kelautan dan Perikanan, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.13MEN2005 tentang Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana
di Bidang Perikanan, dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.11MEN2006 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor PER.13MEN2005 tentang Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perikanan.
Lembaga-lembaga penegak hukum dan beberapa dasar hukum yang ada belum berlaku optimal. Lembaga belum menjalankan fungsinya dengan baik, dan
dasar hukum belum dijalankan dengan optimal oleh lembaga penegak hukum. Berdasarkan paparan tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul
”Analisis Hukum dan Kelembagaan Penegakan Hukum di Bidang Perikanan”.
1.2 Permasalahan