Matriks Quantitative Strategic Planning Management QSPM

dirasa belum lengkap, dan hambatan struktural dalam satu lembaga juga dengan acaman seperti kapal asing yang lebih unggul, wabah penyakit yang bisa menyerang personil patroli tiap saat hingga tumpang tindih antar lembaga pengawasan seharunya menjadi kesadaran tersendiri bagi lembaga. Mereka harus lebih sering melihat kekurangan dan ancaman yang ada apabila selama ini sehingga mereka akan cenderung untuk menguatkan internal kelambagaan. Hasil dari matriks SWOT dan keempat macam strategi secara umum diatas didapatkan sembilan rekomendasi strategi alternatif sebagai berikut: 1 Penguatan dan memfasilitasi masyarakat terhadap peningkatan peran aktif kelompok masyarakat pengawas POKMASWAS atau sejenisnya untuk membantu pelaksanaan pengawasan sesuai dengan kondisi di lapang; 2 Peningkatan kerjasama regional dan internasional dalam menghapuskan illegal fishing dan destruktive fishing; 3 Menambah jumlah kapal patroli dan penambahan teknologi canggih; 4 Membuat seluruh tata aturan dengan berbagai pihak yang diperlukan untuk mencapai pengawasan yang optimum; 5 Menjamin kebutuhan ikan pada pasar nasional maupun internasional dengan cara menjalankan kesepakatan yang sudah ada; 6 Meningkatkan kemampuan kapal dan personil patroli serta mengoptimalkan penggunaan sarana lain yang sudah ada seperti VMS, alat komunikasi dll; 7 Melakukan penjelasan kembali mengenai tupoksi masing-masing lembaga pengawasan; 8 Menguatkan internal masing-masing lembaga agar dapat menjalankan tugasnya dengan optimal.

4.3.2 Matriks Quantitative Strategic Planning Management QSPM

Analisis digunakan untuk menentukan prioritas strategi alternatif yang paling baik dalam mencapai efektifitas penegakan hukum. Matriks QSPM dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Matriks Quantitative Strategic Planning Management QSPM Faktor Bobot Strategi Alternatif I II III IV V VI VII VIII S AS WS AS WS AS WS AS WS AS WS AS WS AS WS AS WS S1 0,095 4 0,38 4 0,38 4 0,38 2 0,19 4 0,38 4 0,38 1 0,095 3 0,285 S2 0,105 4 0,42 4 0,42 2 0,21 2 0,21 1 0,105 4 0,42 2 0,21 2 0,21 S3 0,105 3 0,315 4 0,42 2 0,21 2 0,21 1 0,105 3 0,315 1 0,105 1 0,105 S4 0,115 3 0,345 4 0,46 3 0,345 4 0,46 4 0,46 2 0,23 4 0,46 1 0,115 S5 0,1 2 0,2 2 0,2 4 0,4 3 0,3 4 0,4 4 0,4 4 0,4 1 0,1 W W1 0,958 2 1,916 4 3,832 4 3,832 2 1,916 2 1,916 1 0,958 1 0,958 4 3,832 W2 0,085 3 0,255 2 0,17 4 0,34 1 0,085 1 0,085 4 0,34 1 0,085 4 0,34 W3 0,09 3 0,27 3 0,27 4 0,36 3 0,27 3 0,27 3 0,27 1 0,09 4 0,36 W4 0,11 2 0,22 4 0,44 4 0,44 4 0,44 3 0,33 1 0,11 2 0,22 4 0,44 W5 0,098 2 0,196 1 0,098 1 0,098 4 0,392 2 0,196 1 0,098 2 0,196 4 0,392 O O1 0,127 1 0,127 4 0,508 4 0,508 4 0,508 4 0,508 1 0,127 1 0,127 1 0,127 O2 0,125 4 0,5 1 0,125 1 0,125 1 0,125 1 0,125 1 0,125 1 0,125 2 0,25 O3 0,129 2 0,258 4 0,516 4 0,516 1 0,129 3 0,387 3 0,387 1 0,129 1 0,129 T T1 0,125 1 0,125 4 0,5 2 0,25 1 0,125 1 0,125 4 0,5 1 0,125 2 0,25 T2 0,12 1 0,12 4 0,48 1 0,12 1 0,12 1 0,12 4 0,48 1 0,12 2 0,24 T3 0,124 2 0,248 3 0,372 1 0,124 3 0,372 1 0,124 4 0,496 3 0,372 2 0,248 T4 0,129 2 0,258 2 0,258 1 0,129 4 0,516 2 0,258 2 0,258 4 0,516 1 0,129 T5 0,122 2 0,244 4 0,488 3 0,366 2 0,244 5 0,61 2 0,244 1 0,122 2 0,244 Total 6,397 9,937 8,753 6,612 6,504 6,138 4,455 7,796 Prioritas VI I II IV V VII VIII III Sumber : Pengolahan data primer Berikut merupakan uraian singkat strategi pengembangan berdasarkan matriks QSPM beserta uraian singkat mengenai kebijakan yang dapat dilaksanakan untuk efektifitas penegakan hukum berdasarkan Tabel 16, antara lain: 1 Meningkatan kerjasama regional dan internasional dalam menghapuskan illegal fishing dan destruktive fishing. 1 Aktif berperan serta dalam organisasi pengelolaan perikanan regional regional fisheries management organzaition, RFMO maupun internasional untuk fokus pada topik memberantas illegal fishing dan destruktive fishing. 2 Meratifikasi konvensi pembentukan RFMO yang berada di wilayah perairan Indonesia dan ZEEI, seperti WCPFC Western and Central Pacific Fisheries Commission 2 Menambah jumlah kapal patroli dan penambahan teknologi canggih. 1 Meningkatkan armada kapal patroli dari segi jumlah hingga dapat memberikan pengawasan pada seluruh perairan Indonesia dan ZEEI. 2 Optimalisasi penggunaan teknologi yang sudah ada agar tepat guna di bidang pengawasan. 3 Tetap mengembangkan penelitian mengenai teknologi agar dapat bersaing dengan perkembangan teknologi negara lain. 3 Menguatkan internal masing-masing lembaga agar dapat menjalankan tugasnya dengan optimal. 1 Merinci jumlah personil patroli dan jumlah kapal serta kemampuannya untuk dibuat sistem pengawasan yang baik, agar seluruh wilayah Indonesia dapat diawasi. 2 Menempatkan kapal, senjata dan personil yang mumpuni dalam menggunakannya pada titik rawan terjadi hal paling berbahaya, seperti baku tembak. 3 Selalu memberikan motivasi kepada personil bahwa pengawasan adalah hal penting sehingga mereka melakukan kerja dengan optimal. 4 Membuat seluruh tata aturan dengan berbagai pihak yang diperlukan untuk mencapai pengawasan yang optimum. 1 Melakukan pendataan ulang dan kajian mengenai tata aturan yang sudah ada. Apabila terdapat tumpang tindih antar satu dengan lembaga lain, maka dapat dilakukan revisi dengan segera. 2 Membuat tata aturan yang dirasa masih kurang setelah melihat pendataan tata aturan sebelumnya. 5 Menjamin kebutuhan ikan pada pasar nasional maupun internasional dengan cara menjalankan kesepakatan yang sudah ada. 1 Membuat pendataan mengenai kebutuhan ikan pada pasar internasional dengan data yang tepat. Pendataan yang tepat ini menjadi penting dalam usaha mencapai kebutuhan tersebut. 2 Melakukan pendataan kesepakatan mengenai sistem yang harus ada dalam memenuhi kebutuhan ikan. Setelah itu mengingatkan pada bagian penangkapan, budidaya maupun pengolahan terhadap kesepakatan yang sudah ada agar tidak terjadi kesalahan dalam proses penanganan yang baik. 6 Penguatan dan memfasilitasi masyarakat terhadap peningkatan peran aktif kelompok masyarakat pengawas POKMASWAS atau sejenisnya untuk membantu pelaksanaan pengawasan sesuai dengan kondisi di lapang. 1 Memberikan pelatihan-pelatihan mengenai pengawasan perikanan kepada POKMASWAS guna menambah kemampuan untuk membantu pengawasan. 2 Memberikan fasilitas seperti pos berkumpul dan kapal pengawas kepada POKMASWAS agar dapat digunakan saat pengawasan. 7 Meningkatkan kemampuan kapal dan personil patroli serta mengoptimalkan penggunaan sarana lain yang sudah ada seperti VMS, alat komunikasi dll. 1 Melakukan perawatan dan meningkatkan kemampuan dari mesin kapal yang juga disesuaikan dengan kondisi kapal agar dapat berlayar dengan maksimal. 2 Melakukan pelatihan-pelatihan personil seperti pelatihan penggunaan senjata, dan penggunaan alat komunikasi diatas kapal oleh mentor yang kompeten secara berkesinambungan. 3 Melakukan pendataan dan mengoptimumkan pengguanaan fasilitas yang sudah ada seperti VSM. 8 Melakukan penjelasan kembali mengenai tupoksi masing-masing lembaga pengawasan. 1 Melakukan identifikasi kembali mengenai dasar hukum tentang tupoksi masing-masing lembaga. 2 Melakukan evaluasi secara berkala mengenai pelaksanaan tupoksi yang ada. 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang didapatkan pada penelitian ini adalah bahwa tiga lembaga penegakan hukum yaitu Polair, TNI AL dan PSDKP memiliki tupoksi yang beririsan satu dengan yang lainnya. Polisi memiliki tumpang tindih tupoksi keamanan dengan TNI AL. Ketiga lembaga memiliki tumpang tindih tupoksi penegakan hukum. Tupoksi ketertiban hanya dimiliki oleh Polisi, begitupun dengan tupoksi pengawasan hanya dimiliki PSDKP. Lembaga TNI AL juga memiliki tuposi yang berbeda dengan yang lain, antara lain pertahanan, diplomasi, pembangunan dan pertahanan kekuatan matra laut, dan pemberdayaan wilayah pertahanan laut. Analisis hukum menjabarkan bahwa pada variabel kewenangan memberikan kewenangan kepada ketiga lembaga penegak hukum. Analisis variabel kewilayahan secara geografis menjabarkan bahwa TNI AL dan PSDKP berwenang hingga ZEEI sedangkan Polair hanya sampai laut teritorial. Penelitian memberikan beberapa strategi efektivitas penegakan hukum. Strategi dilihat dari faktor internal dan eksternal lembaga serta diuturkan berdasarkan prioritas. Strategi antara lain: 1 meningkatan kerjasama regional dan internasional dalam menghapuskan illegal fishing dan destruktive fishing; 2 menambah jumlah kapal patroli dan penambahan teknologi canggih; 3 menguatkan internal masing-masing lembaga agar dapat menjalankan tugasnya dengan optimal; 4 membuat seluruh tata aturan dengan berbagai pihak yang diperlukan untuk mencapai pengawasan yang optimum; 5 menjamin kebutuhan ikan pada pasar nasional maupun internasional dengan cara menjalankan kesepakatan yang sudah ada; 6 penguatan dan memfasilitasi masyarakat terhadap peningkatan peran aktif kelompok masyarakat pengawas POKMASWAS atau sejenisnya untuk membantu pelaksanaan pengawasan sesuai dengan kondisi di lapang; 7 meningkatkan kemampuan kapal dan personil patroli serta mengoptimalkan penggunaan sarana lain yang sudah ada seperti VMS, alat komunikasi dan lain-lain; 8 melakukan penjelasan kembali mengenai tupoksi masing-masing lembaga pengawasan. 5.2 Saran Saran dari penelitian adalah dapat menjadi dasar bagi pengambilan keputusan berkaitan dengan pengawasan dan penelitian lanjutan mengenai konflik kewenangan baik pada pengawasan di laut maupun saat penyidikan. DAFTAR PUSTAKA David FR. 2003. Strategic Management, Concepts and cases, 10th ed. New Jersey: Pearson Education Inc. 461 hal [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan. 2005. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.13MEN2005 tentang Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perikanan. Jakarta: DKP. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan. 2006. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.11MEN2006 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.13MEN2005 tentang Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perikanan. Jakarta: DKP. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan. 2003. Kesepakatan Bersama antara Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia No: 10KBDep.KP2003 atau No.Pol: B4042VIII2003 tentang Penegakan Hukum di Bidang Kelautan dan Perikanan. Jakarta: DKP. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Kelautan dan Perikanan Dalam Angka 2011. Jakarta: Pusat Data Statistik dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Laporan tahunan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan 2011. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Penerbit PT Grasindo, Jakarta. Nikijuluw V. 2008. Blue Water Crime. Jakarta: PT. Pusaka Cidesindo. Paonganan Y. 2010. Babak Baru Pertahanan Laut. http:indomaritimeinstitute.org?p=474 [5 mei 2010]. Polair. 2012. Sejarah Polair. http:www.polair.or.idindex.phporganisasi-polisi- airsejarah-polair [2 April 2012]. Polair. 2012. Tugas Pokok. http:www.polair.or.idindex.phporganisasi-polisi- airtugas-pokok [2 April 2012]. Polair. 2012. Visi misi. http:www.polair.or.idindex.phporganisasi-polisi- airvisi-dan-misi [2 April 2012] Purwaka TH. 2008. Hukum dan Kelembagaan Kelautan: Pengembangan Etalase Kelautan di Kepulauan Bangka Belitung. Jakarta: Fakultas Hukum. Universitas Katolik Indonesia. Atma Jaya-Jakarta. Januari 2008. Purwaka TH. 2008. Model Analisis Pengembangan Kapasitas Kelembagaan. Jakarta: Fakultas Hukum. Universitas Katolik Indonesia. Atma Jaya-Jakarta. Januari 2008. Rangkuti F. 2005. Analisis SWOT: Teknik Membelah Kasus Bisnis. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan. Jakarta: Republik Indonesia. Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Nomor 43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara. Jakarta: Republik Indonesia. Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia. Jakarta: Republik Indonesia. Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan. Jakarta: Republik Indonesia. Republik Indonesia. 2002. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Jakarta: Republik Indonesia. Republik Indonesia. 1983. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia. Jakarta: Republik Indonesia. Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. PT. Pustaka Binaman Pressindo: Jakarta Saaty TL. 2001. Decision Making For Leaders. Forth edition, University of Pittsburgh, RWS Publication. Supriadi dan Alimuddin. 2011. Hukum Perikanan di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika Jakarta Supratomo G. 2011. Hukum Acara Pidana dan Hukum Pidana di Bidang Perikanan. Jakarta: Rineka Cipta Jakarta. LAMPIRAN Lampiran 1 Alamat Polair daerah tingkat provinsi di seluruh Indonesia No. Polair Alamat 1. Aceh Jl. Indra Budiman No.15 Lampulo Banda Aceh 2. Sumatera Utara Jl. Taman Makam Pahlawan No.1 Belawan Sumatera Utara 3. Sumatera Barat Jl. Raya Padang Painan KM 16 Bumus Padang Sumatera Barat 4. Riau Jl. Diponegoro No.462 Tg. Batu, Riau 5. Bengkulu Jl. Ir. Rustandi Sugianto Pulaubay No.11 Bengkulu 6. Jambi Jl. Raden Mataher No.3 Jambi 7. Lampung Jl. Sudirman No.1 Pelabuhan Panjang Bandar Lampung 8. Sumatera Selatan Jl. Mayor Zen Sel Lais Palembang Sumatera Selatan 9. Metrojaya Jl. Pelabuhan Pos 3 Pondok Dayung Tg. Priok Jakarta Utara 10. Jawa Barat Jl. Perniagaan No.8 Pelabuhan Cirebon Jawa Barat 11. Jawa Tengah Jl. Amirang No.1 Semarang Jawa Tengah 12. Daerah Istimewa Jl. Lingkar Utara Condong Catur Yogyakarta Yogyakarta 13. Jawa Timur Jl. Intan No.1 Tg. Perak Surabaya Jawa Timur 14. Bali Jl. Raya Pelabuahan Benoa Denpasar, Bali 15. Nusa Tenggara Timur Jl. Timtim No.37 Kupang Nusa Tenggara Timur 16. Nusa Tenggara Barat Jl. Majapahit Mataram Nusa Tenggara Barat 17. Kalimantan Barat Jl. Khatulistiwa No.300 Pontianak Kalimantan Barat 18. Kalimantan Tengah Jl. HM Arrsyad KM 15 Sampit Kalimantan Tengah 19. Kalimantan Selatan Jl. Teluk Tiram Laut No.6 Banjarmasin Kalimantan Selatan 20. Kalimantan Timur Jl. A.W. Syahrani No.1 Balikpapan Kalimantan Timur 21. Sulawesi Utara Jl. Tarsius No.1 Tanduk Rusa Bitung Sulawesi Utara 22. Sulawesi Tengah Jl. Samudra No.10 Laiba Wani Palu Sulawesi Tengah 23. Sulawesi Selatan Jl. Perintis No.15 Suppa Kabupaten Pinrang 24. Sulawesi Tenggara Jl. Bhayangkara Bahari Kendari 25. Maluku Jl. Wolter Mongonsidi Lateri III Ambon 26. Banten Jl. Yos Sudarso No.99 Banten 27. Bangka Belitung Jl. Yos Sudarso Pelabuhan Pangkal Balan Pangkal Pinang Bangka Belitung Lanjutan lampiran 1 Alamat Polair daerah di seluruh Indonesia No. Polair Alamat 28. Kepulauan Riau Jl. RE Martadinata Sekupang Batam 29. Gorontalo Jl. Mayor Dula Kota Gorontalo 30. Maluku Utara Jl. Komplek Pelabuhan A Yani Ternate Maluku Utara 31. Papua Jl. Samratulangi No.08 Jayapura Sumber: www.polair.or.id 14. Dinas Perikanan Propinsi Jawa 16. Dinas Kelautan dan Perikanan 18. Dinas Kelautan dan Perikanan 19. Dinas Kelautan dan Perikanan Lampiran 2 Dinas Perikanan dan Kelautan tingkat provinsi di seluruh Indonesia No. Nama Dinas Alamat Dinas Kelautan dan Perikanan Jl. Tengku Malam No.7 Kuta 1. Propinsi Nanggroe Aceh Alam Banda Aceh 23121 Kotak Darussalam 2. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera Utara 3. Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera Barat 4. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera Selatan 5. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Riau 6. Dinas kelautan dan Perikanan Propinsi Kepulauan Riau 7. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Bengkulu 8. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Jambi 9. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Lampung 10. Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta 11. Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat 12. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi DI Yogyakarta 13. Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Tengah Pos 124 Jl. Sei Batugingging No. 6 Medan, Sumatera Utara 25128 Jl. Koto Tinggi No. 9II PO BOX 42, Padang 25128 Jl. Pangeran Ratu, Jakabaring Palembang knn Jl. Patimura No. 6 PO BOX 1052Pekan Baru 28131 Jl. R.E. martadinata Tanjung Pinang 29125 Jl. Cendana No.61 Bengkulu 38228 Jl. MT. Haryono No.9 Telanai Pura, Jambi Jl. Drs. Warsito No. 76 Bandar Lampung Teluk Betung 35215 Jl. Gunung Sahari Raya No. 11 Lt. 8 Jakarta Pusat Jl. Wastu Kencana No.17 Bandung 40117 Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi DI Yogyakarta Jl. Imam Bonjol 134 Semarang, Jawa Tengah 50132 Timur Jl. Jend. A. Yani 152B Surabaya 15. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Maluku Jl. DR. Siwabessy No.16 PO BOX 75 Ambon 97117 Propinsi Maluku Utara Jl. Tuna Raya No. 6 Sofifi 17. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sulawesi Utara Jl. Komp. Pertanian Kalasey PO BOX 1038, Manado 95013 Propinsi Sulawesi Tenggara Jl. Balaikota No. 4 Kendari 93111 Propinsi Sulawesi Tengah Jl. Undata no. 7 Palu 94111 20. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sulawesi Selatan 21. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kalimantan Selatan Jl. Bajimanasa No. 12 Ujung Pandang Bautoloe Makassar 90126 Jl. Jend. Sudirman No. 9 Banjarbaru 70713 25. Dinas Kelautan dan Perikanan 26. Dinas Kelautan dan Perikanan 33. Dinas Kelautan dan Perikanan Lanjutan lampiran 2 Dinas Perikanan dan Kelautan tingkat provinsi di seluruh Indonesia No. Nama Dinas Alamat 22. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kalimantan Timur 23. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kalimantan Barat 24. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kalimantan Tengah Jl. Kesuma Bangsa No. 1 Samarinda 75001 Jl. Sutan Sahrir No. 16 PO BOX 17 Pontianak 78116 Jl. Brigjen Katamso No. 2 PO BOX 41, Palangkaraya 73112 Propinsi Bali Jl. Pattimura No. 77 Denpasar Propinsi NTB Jl. Semanggi No. 8 Mataram 8125 27. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi NTT 28. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sulawesi Barat 29. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kep. Bangka Belitung 30. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Banten 31. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo 32. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Papua Jl. Sangkar Mas Nunbaun Sabu Kupang Jl. Cut Nya Dien No. 13 Mamuju 91511 Jl. Komp. Perkantoran Kep. Babel Kec.Bukit Intan Pakalpinang Jln. Jenderal Sudirman Ruko Glodok Blok F 1-5 Kota Serang Baru, Serang-Banten Jl. M.H. Thamrin No. 170 Kota Gorontalo Jl. Sulawesi No.6-8 Dok VII PO BOX 1604, Jaya Pura 99116 Propinsi Papua Barat Jl. Merdeka no. 7B Manokwari Sumber: www.kkp.go.id Lampiran 3 UPT Satker dan Pos PSDKP No. UPT Satker Pos 1. Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Jakarta 1. Muara Angke  Cilincing  P.Pramuka - Kepulauan Seribu  Muara Kamal 2. Lempasing  Kuala Taladas – Tulang Bawang 3. Pelabuhan Ratu  Cidaun – Cianjur  Garut 4. Karangantu  Pulo Kale, Terate dan P.Panjang  Labuan  Kab.Tanggerang  Lebak 5. Kejawanan  Blanakan  Karongsong  Eretan 6. Pekalongan  Wonokerto 7. Tegal Sari  Brebes  Pelabuhan Tegal  Tanjung Sari – Pemalang 8. Cilacap  Kebumen  Sadeng DIY 9. Juwana  Karimun Jawa  Sarang  Karanganyar  Tasik Agung  Banyutowo – Pati  Jobokunto – Jepara  Morodemak 10. Batang  Kendal  Roban 11. Banyuwangi  Muncar 12. Surabaya  Gresik  Sumenep  Sampang 13. Prigi  Malang  Tulung Agung 14. Brondong  Tuban 15. Probolinggo - 16. Bawean - 17. Benoa - Lanjutan lampiran 3 UPT Satker dan Pos PSDKP No. UPT Satker Pos 1. Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Jakarta 2. Pengkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Bitung 18. Pengambengan - 19. Kupang  Atapupu – Belu Atabua 20. Larantuka  Ende  Maumere 21. Labuan Lombok -  Tobelo  Donggala  Parigi Mountong  Banggai  Malibago – Bolsel  Banggai Kepualuan  Labuan Uki – Bolmang  Amurang – Minahasa Selatan  Belang – Minahasa Tenggara  Tumumpang Manado  Likupang  Kema  Mamuju Utara  Mamuju  Majene  Polewali Mandar  Palopo  Kota Balikpapan  Samarinda  Kota Botang 1. Bagho Tahuna - 2. Melanguane  P.Karatung  Beo  Salibabu 3. Makassar  Selayar  Sinjai  Bone  Pangkajene Kepulauan  Jeneponto 4. Gorontalo  Pahuwanto  Boalemo 5. Kwandang  Toli Toli Lanjutan lampiran 3 UPT Satker dan Pos PSDKP No. UPT Satker Pos 2. Pengkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Bitung 3. Stasiun Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Pontianak 6. Kendari  Bau Bau  Pasarwajo  Wakatobi  Kolaka  Torobulu 7. Ternate  Halmahera Utara  Goto 8. Bacan - 9. Tarakan  Derawan  Sebatik – Nunukan  Kab.Bulungan  Kab.Berau 10. Banjarmasin  Kotabaru  Batu Licin  Muara Kintap  Entikong  Badau  Sajingan  Jagoibabang  P.Maya  Sungai Rengas  Sungai Kakap  Kuala Mempawah  Jakabarig – Palembang  Sungsang Banyuasin  Sungai Lumpur – Kabu – Paten OKI 1. Pemangkat  Singkawang 2. Teluk Batang  Pangkalanbun 3. Tanjung Balai - Karimun 4. Moro - 5. Batam - 6. Tarempa - 7. Natuna Ranai - 8. P.Kijang Bintan - 9. Sungai Liat  Pangkal Balam  PPI Sadai  Kurau  Muntok 10. Tanjung Pinang - Lanjutan lampiran 3 UPT Satker dan Pos PSDKP No. UPT Satker Pos 4. Stasiun Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Belawan 1. Sabang Lampulo 2. Tanjung Balai Asahan  Serdang Bedagai  Sabang  Idi  Aceh Selatan  Aceh Besar  Bagansiapi – api  P.Jemur  Panipahan  Sinaboi  Batubara  Indagiri Hilir  Bengkalis 3. Sibolga  P.Telo  Pandan – Tapanuli Tengah  Barus  Mandaling Natal  Sorkam Barat 4. Bungus  Sikakap  Carocok Tarusan  Muara Padang  Air Bangis 5. Kuala Tungkal  Nipah Panjang 6. Panjung Pandan  Manggar  Gantung 7. P.Bali Bengkulu - 5. Stasiun Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Tual 1. Ambon  Banda  Masohi  Bula  Tulehu 2. Merauke  Wanam 3. Sorong  Kab.Sorong  Sorong Selatan  Raja Ampat 4. Biak - 5. Jayapura - 6. Wimro  Manokwari 7. Kimaan - 8. Kaimana  Timika 9. Avonah - 10. Fak-fak  Dobo  Asmat Sumber: KKP 2012 Lampiran 4 Jumlah personil patroli pada kapal PSDKP tahun 2007 hingga 2011 No. Nama Kapal 2007 2008 2009 2010 2011 1. KP. Barracuda 001 8 9 9 8 10 2. KP. Barracuda 001 8 8 9 9 11 3. KP. Hiu 001 11 12 13 14 13 4. KP. Hiu 002 10 11 14 14 13 5. KP. Hiu 003 10 12 14 13 14 6. KP. Hiu 004 13 11 13 13 14 7. KP. Hiu 005 11 12 14 14 12 8. KP. Hiu 006 11 12 12 13 15 9. KP. Hiu 007 11 11 13 13 13 10. KP. Hiu 008 10 11 12 13 15 11. KP. Hiu 009 11 12 12 13 14 12. KP. Hiu 010 10 12 13 13 14 13. KP. Hiu Macan 001 14 15 18 19 18 14. KP. Hiu Macan 002 14 15 16 21 19 15. KP. Hiu Macan 003 14 15 18 19 17 16. KP. Hiu Macan 004 14 15 17 18 18 17. KP. Hiu Macan 005 15 17 20 20 18. KP. Hiu Macan 006 16 20 20 19. KP. Todak 001 9 9 8 9 9 20. KP. Todak 002 8 9 10 10 9 21. KP. Takalamungan 9 10 10 11 13 22. KP. Padaido 9 10 10 10 10 23. KP. Catamaran 1202 6 5 5 7 24. KP. Hiu Macan Tutul 001 0 20 22 21 25. KP. Akar Bahar 6 7 Sumber: KKP 2011 Lampiran 5 Daftar kapal PSDKP dan lokasi penempatannya No. Nama Kapal Penempatan 1. KP. Baracuda 001 Jakarta 2. KP. Baracuda 002 Jakarta 3. KP. Hiu 001 Jakarta 4. KP. Hiu 002 Bitung 5. KP. Hiu 003 Jakarta 6. KP. Hiu 004 Jakarta 7. KP. Hiu 005 Bitung 8. KP. Hiu 006 Jakarta 9. KP. Hiu 007 Jakarta 10. KP. Hiu 008 Jakarta 11. KP. Hiu 008 Jakarta 12. KP. Hiu 010 Jakarta 13. KP. Hiu Macan 001 Jakarta 14. KP. Hiu Macan 002 Jakarta 15. KP. Hiu Macan 003 Jakarta 16. KP. Hiu Macan 004 Jakarta 17. KP. Hiu Macan 005 Jakarta 18. KP. Hiu Macan 006 Jakarta 19. KP. Todak 01 Bitung 20. KP. Todak 02 Bitung 21. KP. Takalamongan Bitung 22. KP. Padaido Bitung 23. KP. Kamla 1202 Jakarta 24. KP. Hiu Macan Tutul 001 Bitung 25. KP. Akar Bahar Bitung 26. KP. Marlin 1 Speed Boat Bali 27. KP. Marlin 2 Speed Boat Bali 28. KP. Marlin 3 Speed Boat Cilacap 29. KP. Marlin 4 Speed Boat Muna 30. KP. Marlin 5 Speed Boat Kota Baru 31. KP. Marlin 6 Speed Boat Lombok 32. KP. Marlin 7 Speed Boat Banjarmasin 33. KP. Marlin 8 Speed Boat Bima 34. KP. Marlin 9 Speed Boat Jakarta 35. KP. Marlin 10 Speed Boat Makasar 36. KP. Marlin 11 Speed Boat Manokwari 37. KP. Marlin 12 Speed Boat Wondama 38. KP. Marlin 13 Speed Boat Kaimana 39. KP. Marlin 14 Speed Boat Timika 40. KP. Marlin 15 Speed Boat Nabire 41. KP. Marlin 16 Speed Boat Pengkep 42. KP. Marlin 17 Speed Boat Sambas 43. KP. Marlin 18 Speed Boat Padang 44. KP. Marlin 19 Speed Boat Bulungan 45. KP. Marlin 20 Speed Boat Pontianak Lanjutan lampiran 5 Daftar kapal PSDKP dan lokasi penempatannya No. Nama Kapal Penempatan 46. KP. Marlin 21 Speed Boat Sula 47. KP. Marlin 22 Speed Boat Bangga 48. KP. Marlin 23 Speed Boat Asmat 49. KP. Marlin 24 Speed Boat Waropen 50. KP. Marlin 25 Speed Boat Kalimantan Barat 51. KP. Marlin 26 Speed Boat Pontianak 52. Dolphin 01 Speed Boat Kota Bengkulu Utara 53. Dolphin 02 Speed Boat Sibolga 54. Dolphin 03 Speed Boat Bitung 55. Dolphin 04 Speed Boat Jakarta 56. Dolphin 05 Speed Boat Belawan 57. Dolphin 06 Speed Boat Tual 58. Dolphin 07 Speed Boat Biak 59. Dolphin 08 Speed Boat Tanjung Pandan 60. Dolphin 09 Speed Boat Tarempa 61. Dolphin 10 Speed Boat Ranai 62. Dolphin 11 Speed Boat Ternate 63. Dolphin 12 Speed Boat Aru 64. Dolphin 13 Speed Boat Marauke 65. Dolphin 14 Speed Boat Asahan 66. Dolphin 15 Speed Boat Jayapura 67. Dolphin 16 Speed Boat Karimun 68. Dolphin 17 Speed Boat Tarakan 69. Dolphin 18 Speed Boat Batam 70. Dolphin 19 Speed Boat Kendiri 71. Dolphin 20 Speed Boat Waropen 72. Napoleon 01 Speed Boat Jayapura 73. Napoleon 02 Speed Boat Kaimana 74. Dolphin 21 Speed Boat Satket PSDKP Brodong 75. Dolphin 22 Speed Boat Satket PSDKP Kejawanan 76. Dolphin 23 Speed Boat Satket PSDKP Kuala Tungkal 77. Dolphin 24 Speed Boat Satket PSDKP Moro 78. Dolphin 25 Speed Boat Satket PSDKP Fak-Fak 79. Dolphin 26 Speed Boat Satket PSDKP Kwandang 80. Dolphin 27 Speed Boat Satket PSDKP Ambon 81. Napoleon 03 Speed Boat Satket PSDKP Pontianak 82. Napoleon 04 Speed Boat Satket PSDKP Ranai 83. Napoleon 05 Speed Boat Dinas PSDKP Kab.Flores Timur 84. Napoleon 06 Speed Boat Dinas PSDKP Kab.Majene 85. Napoleon 07 Speed Boat Dinas PSDKP Kab.Aceh Barat 86. Napoleon 08 Speed Boat Satker PSDKP Tarempa 87. Napoleon 09 Speed Boat Dinas PSDKP Kab.Toli-Toli 88. Napoleon 10 Speed Boat Dinas PSDKP Prov.Maluku Utara 89. Tenggiri 01 Speed Boat Dinas PSDKP Prov.Gorontalo Sumber: KKP 2012 Lampiran 6 Daftar nama kapal, jumlah sejata yang ada di kapal dan ukuran kapal yang dimiliki oleh Polair No. Klasifikasi, Ukuran Kapal, dan Jumlah Senjata di Atas Kapal 1. Klasifikasi A2, Ukuran 80 meter, Jumlah Senjata 3 buah 2. Klasifikasi A3, Ukuran 48 meter, Jumlah Senjata 3 buah 3. Klasifikasi B2, Ukuran 36 meter, Jumlah Senjata 2 buah 4. Klasifikasi B3, Ukuran 28 meter, Jumlah Senjata 1 buah Nama Kapal  KP. Bisma  KP. Baladewa  KP. Arjuna  KP. Nakula  KP. Sadewa  KP. Kresna  KP. Setyaki  KP. Antasena  KP. Antareja  KP. Gatotkaca  KP. Parikesit  KP. Abimanyu  KP. Kepodang  KP. Jalak  KP. Manyar  KP. Cucak Rawa  KP. Kutilang  KP. Bangau  KP. Belibis  KP. Pelikan  KP. Punai  KP. Tekukur  KP. Pinguin  KP. Kakatua  KP. Beo  KP. Puyuh  KP. Enggano  KP. Gelatik  KP. Perenjak  KP. Anis Kembang  KP. Anis Macan  KP. Walet  KP. Maleo  KP. Elang  KP. Camar  KP. Srigunting  KP. Alap-alap  KP. Rajawali  KP. Jatayu  KP. Cendrawasih Lanjutan lampiran 6 Daftar nama kapal, jumlah sejata yang ada di kapal dan ukuran kapal yang dimiliki oleh Polair No. Klasifikasi, Ukuran Kapal, dan Jumlah Senjata di Atas Kapal 4. Klasifikasi B3, Ukuran 28 meter, Jumlah Senjata 1 buah 5. Klasifikasi C1, Ukuran 16 meter, Jumlah Senjata 1 buah 6. Klasifikasi C2, Ukuran 15 meter, Jumlah Senjata 1 buah Nama Kapal  KP. Merpati  KP. Kasuari  KP. Merak  KP. Kolibri  KP. Enggang  KP. Balam  KP. Murai  KP. Albatros  KP. Eider  KP. Pipit  KP. Parkit  KP. Perkutut  KP. Nuri  KP. Kenari  KP. Hayabusa  KP. Anis Madu  KP. Taka  KP. Sundaicus  KP. Starnaja  KP. Elang Laut  KP. Zaitun  KP. Kedidi  KP. Bitern  KP. Perkakak  KP. Lory  KP. Gagak  KP. Sikatan  KP. Pelatuk Sumber: Polair 2012 Lampiran 7 Alokasi Anggaran PSDKP berdasarkan Kegiatan tahun 2011 No. Kegiatan Alokasi Anggaran Persentase 1. Peningkatan Operasional Pemeliharaan Kapal Pengawasan 2. Penyelesaian Tindak Pidana Kelautan dan Perikanan 3. Peningkatan Operasional Pengawasan Sumberdaya Kelautan 4. Peningkatan Operasional Pengawasan Sumberdaya Perikanan 5. Peningkatan Operasional Pemantauan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan dan Pengembangan Infrastruktur Pengawasan 6. Dukungan Manajemen dan 143.428.513.000 39,54 15.769.379.000 4,35 14.597.760.000 4,02 26.288.679.000 7,25 63.460.107.000 17,50 99.159.562.000 27,34 Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen.PSDKP Total 362.704.000.000 100 Sumber: KKP 2012 Lampiran 8 Jumlah masing-masing tindak pidana perikanan tahun 2007 hingga 2011 No. Jenis tindak pidana perikanan 2007 2008 2009 2010 2011 1. Tanpa izin 65 35 59 45 17 2. Tanpa izin dan alat tangkap 27 11 20 116 39 terlarang 3. Dokumen tidak lengkap 18 27 17 3 13 4. Alat tangkap terlarang 5 4 4 6 - 5. Fishing ground 10 1 3 2 5 6. Alat tangkap tidak sesuai izin SIPI 7. Dokumen tidak lengkap dan 8 4 6 - 2 4 5 3 - 5 Fishing ground 8. Tidak ada transmitter 5 15 4 - - 9. Fishing ground dan alat tangkap 1 1 - - 2 terlarang 10. Pengangkutan ikan transhipment 7 - 2 - - 11. Menampung ikan tidak sesuai SIKPI 12. Tanpa keterangan jenis tindak - - - - 1 - - - - 2 pidana perikanan 13. Transhipment dan alat tangkap - - - - - 14. Pemalsuan dokumen - - - - - 15. Pencurian terumbu karang 1 - - - - 16. Penyetruman ACCU - - - - - 17. Dokumen tidak lengkap dan tidak - 1 - - - ada transmitter 18. Bahan peledakbom 3 - - - - 19. Tanpa izin dan dokumen palsu - - - - 1 20. Pasir laut tanpa dokumen - - - - - 21. Tidak memiliki SLO - - - - 1 22. Bongkar muat tidak sesuai SIPI - - - - 1 23. ABK asing tidak sesuai SIPI 1 - - - 1 Sumber: KKP 2011 ABSTRAK LUTFI BRILLIANT WANDA, C44080035. Analisis Hukum dan Kelembagaan Penegakan Hukum di Bidang Perikanan. Dibimbing oleh AKHMAD SOLIHIN dan THOMAS NUGROHO. Permasalahan illegal fishing mengakibatkan sektor kelautan dan perikanan Indonesia tidak mampu dimanfaatkan secara optimal. Kerugian dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya aspek ekonomi yakni kerugian secara finansial, aspek sosial berupa penyebaran penyakit berbahaya dan aspek ekologis seperti over fishing dan destructive fishing. Lembaga penegak hukum yang berwenang yang menjadi objek peneltian adalah Polisi Perairan, TNI AL, dan PSDKP. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tugas pokok dan fungsi kelembagaan penegakan hukum di bidang perikanan, menganalisis tumpang tindih kewenangan antar lembaga penegak hukum di bidang perikanan berdasarkan landasan hukumnya, dan memberikan rekomendasi efektifitas penegakan hukum. Penelitian ini menggunakan analisis kelembagaan, analisis hukum dan analisis SWOT. Penelitian menghasilkan bahwa bahwa tiga lembaga penegakan hukum yaitu Polair, TNI AL dan PSDKP menjalankan fungsi penegakan hukum sesuai dengan dasar hukum tersendiri. Variabel kewenangan Polair diamanahkan dengan 4 dasar hukum, TNI dengan 5 dasar hukum, dan PSDKP dengan 3 dasar hukum. Variabel kewilayahan menjabarkan bahwa ketiga lembaga memiliki wewenang berbeda pada wilayah perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, dan ZEEI. Prioritas strategi penegakan hukum dengan dua urutan terbesar dari penelitian adalah peningkatan kerjasama regional dan internasional dalam menghapuskan illegal fishing dan destruktive fishing dan menambah jumlah kapal patroli dan penambahan teknologi canggih. Kata Kunci : illegal fishing, destructive fishing, penegakan hukum, dasar hukum ABSTRACT LUTFI BRILLIANT WANDA, C44080035. Analysis of Legal Institutional and law enforcement in the field of Fisheries. Supervised by AKHMAD SOLIHIN and THOMAS NUGROHO. Problem of illegal fishing and marine fisheries sector resulting in Indonesia is unable to be utilized optimally. Losses can be viewed from several aspects, including economic loss aspect i.e. financially, social aspects of the spread of dangerous disease, and ecological aspects such as over fishing and destructive fishing. Law enforcement agencies in authority who become the object of this research is Police, TNI AL, and PSDKP. The aims of this research are to find out main task and function of institutional law enforcement in the fields of fisheries, analyze conflict authority between the law enforcement agency in the fields of fisheries based on legal basis, and give recommendations the effectiveness of law enforcement. There researchs uses institutional analysis, legal analysis and SWOT analysis. The result of this research is there are three the law enforcement agency that is Police, TNI AL and PSDKP that carries on the function of law enforcement in accordance with the legal basis of its own. Variable authority Police is given with four the basic law, TNI AL with 5 the basic law, and PSDKP with 3 the legal basis. Territoriality variable describe that all three institutions has authority different in the territorial waters of the interior, the waters of the archipelago, the sea territorial, and ZEEI. Priority strategy law enforcement with two largest order of the research is an increase regional and international cooperation in eliminating illegal a fishing and destruktive a fishing and increase the number of patrolly boats and the addition of advanced technology. Keywords : illegal fishing, destructive fishing, law enforcement, legal basis 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan illegal fishing di Indonesia mengakibatkan sektor kelautan dan perikanan tidak mampu dimanfaatkan secara optimal. Apabila dilihat dari segi ekonomi, kerugian yang diperoleh oleh pemerintah Indonesia cukup besar jumlahnya. Kerugian negara akibat praktik illegal fishing diperkirakan mencapai Rp 30 triliyun dalam setahun. Handoko 2004 dalam Nikijuluw 2008 mengatakan bahwa jumlah devisa yang hilang akibat perikanan illegal fishing berkisar 1,9 miliar atau sekitar 19 Triliun Rupian setiap tahunnya. Praktik illegal fishing juga menimbulkan dampak sosial, yaitu penyebaran virus HIV AIDS. Nelayan asing yang masuk ke perairan Indonesia tidak terdata dengan benar, mereka masuk dan dapat membawa virus mematikan yang menyebarkannya di wilayah yang mereka singgahi. Secara ekologi terdapat kerugian berupa rusaknya lingkungan dan ancaman over fishing. Hal ini dikarenakan, pemerintah belum mampu mengontrol praktik-praktik illegal fishing secara efektif. Terjadinya illegal fishing di wilayah perairan Indonesia dan ZEEI disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya adalah kurangnya sarana dan prasarana lembaga penegak hukum. Selain itu, penegakan hukum juga dihadapkan pada tumpang tindih kewenangan antar lembaga penegak hukum atau ego-sektoral penegakan hukum. Penegakan hukum di bidang perikanan melibatkan tiga lembaga sebagaimana yang dimandatkan oleh undang-undang, yaitu Kepolisian, Tentara Negara Indonesia Angkatan Laut TNI-AL, dan Pengawas Sumberdaya Kelautan dan Periakan Kementerian Kelautan dan Perikanan PSDKP KKP. Penanganan illegal fishing juga telah dicoba untuk diselesaikan dengan menggunakan beberapa dasar hukum. Dasar hukum tersebut dapat berupa undang- undang, peraturan menteri dan keputusan menteri. Dasar hukum tersebut antara lain Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana yang telah diubah melalui Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, Kesepakatan Bersama antara Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia No: 10KBDep.KP2003 atau No.Pol: B4042VIII2003 tentang Penegakan Hukum di Bidang Kelautan dan Perikanan, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.13MEN2005 tentang Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perikanan, dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.11MEN2006 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.13MEN2005 tentang Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perikanan. Lembaga-lembaga penegak hukum dan beberapa dasar hukum yang ada belum berlaku optimal. Lembaga belum menjalankan fungsinya dengan baik, dan dasar hukum belum dijalankan dengan optimal oleh lembaga penegak hukum. Berdasarkan paparan tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Hukum dan Kelembagaan Penegakan Hukum di Bidang Perikanan”.

1.2 Permasalahan