Variabel kewilayahan Analisis Hukum

Pasal 2 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.11Men2006 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.13MEN2005 tentang Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perikanan mengatakan bahwa forum tersebut mempunyai tugas mensinkronisasikan dan mengkoordinasikan kegiatan penanganan tindak pidana di bidang perikanan yang dilaksanakan oleh masing-masing instansi terkait agar efektif, efisien, dan memenuhi rasa keadilan. Susunan anggota forum dijabarkan pada Pasal 4 dengan Ketua adalah Menteri Kelautan dan Perikanan, Wakil Ketua I adalah Kepala Kepolisian Negera RI, dan Wakil Ketua II adalah Kepala Staf TNI AL. Keputusan Menteri merupakan kesepakatan bersama antara Departemen Kelautan dan Perikanan DKP yang diwakili oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dengan Kepolisian Negara yang diwakili oleh Kepala Kepolisian Negara. Kesepakatan ini didasari bahwa pihak DKP merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaan kegiatan perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan, peningkatan kapasitas kelembagaan dan pemasaran, pemberdayaan pesisir dan pulau-pulau kecil, serta riset kelautan dan perikanan. Sedangkan pihak kepolisian merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum dan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta melindungi kepentingan nasional. Salah satu tujuan dari kesepakatan sebagaimana dituangkan dalam Pasal 1 adalah meningkatkan kooordinasi dan kerjasama dalam rangka pelaksanaan penegakan hukum terhadap tindak pidana yang terkait dengan bidang kelautan dan perikanan di wilayah perairan Indonesia.

4.2.2 Variabel kewilayahan

Variabel kewilayahan juga dilihat dari enam dasar hukum seperti pada variabel kewenangan. Kewilayahan secara geografis menggunakan empat wilayah yaitu perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, dan ZEEI. Analisis variabel kewenangan dapat dilihat pada Tabel 9. Tahun 1983 tentang ZEEI  TNI AL Tahun 2004 tentang TNI  TNI AL  TNI AL  TNI AL  TNI AL 47 Tabel 9 Analisis Variabel Kewilayahan Wilayah Lembaga Perairan Pedalaman Perairan Kepulauan Laut Teritorial ZEEI Undang-Undang Nomor 5 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI  Polisi  TNI AL  PSDKP  Polisi  TNI AL  PSDKP  Polisi  TNI AL  PSDKP Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 junto Undang- Undang Nomor 45 Tahun 2009 ttg Perikanan  Polisi  TNI AL  PSDKP  Polisi  TNI AL  PSDKP  Polisi  TNI AL  PSDKP  TNI AL  PSDKP Undang-Undang Nomor 34 Kesepakatan Bersama antara Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia No: 10KBDep.KP2003  Polisi  PSDKP  Polisi  PSDKP  Polisi  PSDKP atau No.Pol: B4042VIII2003 tentang Penegakan Hukum di Bidang Kelautan dan Perikanan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.11Men2006 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.13MEN2005  Polisi  TNI AL  PSDKP  Polisi  TNI AL  PSDKP  Polisi  TNI AL  PSDKP  TNI AL  PSDKP tentang Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perikanan Sumber : Pengolahan data primer Ketiga lembaga memiliki wewenang berbeda-beda pada wilayah perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial dam ZEEI. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 hanya memberikan kewenangan kepada TNI AL. Pasal 14 undang- undang tersebut menjelaskan bahwa aparatur penegak hukum di bidang penyidikan di ZEEI adalah perwira TNI AL yang ditunjuk oleh Panglima Angkatan Bersenjata RI. Penjabaran tentang variabel kewilayahan lembaga kepolisian, Undang- Undang Nomor 2 tahun 2002 Pasal 6 ayat 1 menjelaskan bahwa kepolisian dalam melaksanakan peran dan fungsi meliputi seluruh wilayah negara RI. Pada penjelasan disebutkan bahwa wilayah negara RI adalah wilayah hukum berlakunya kedaulatan penuh negara RI sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Sementara itu, menurut Pasal 3, fungsi kepolisian dibantu oleh kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil PPNS, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa. Pasal 41 menambahkan, dalam rangka melaksanakan tugas keamanan, Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat meminta bantuan TNI yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Hal ini menjelaskan bahwa Polisi dan TNI berwenang hingga laut teritorial. Pasal 5 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 junto Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan menerangkan bahwa Wilayah Pengelolaan Perikanan WPP merupakan wilayah untuk penangkapan ikan dan budidaya ikan meliputi perairan Indonesia, ZEEI, dan sungai, danau, waduk, rawa, dan genangan air lainnya yang dapat diusahakan sebagai lahan budidaya ikan. Pasal 73 menambahkan bahwa penyidikan tindak pidana di bidang perikanan dilakukan oleh PSDKP, perwira TNI AL, dan pejabat Kepolisi Negara Republik Indonesia. Namun dikarenakan dasar hukum kepolisian mengatakan bahwa wewenang kepolisian banya sampai laut teritorial, maka dapat disimpulkan bahwa bahwa ketiga lembaga berwenang hingga wilayah laut teritorial sedangkan ZEEI berwenang TNI AL dan PSDKP. Pasal 9 2 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI memberikan jabaran bahwa TNI AL memiliki tugas menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah laut yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi. Wilayah yurisdiksi nasional yang dimaksud merupakan wilayah berdaulat penuh dan wilayah hak berdaulat bagi Indonesia, hal ini didasari oleh ratifikasi Unclos 1982. Maka TNI AL berwenang hingga ZEEI. Kesepakatan Bersama antara Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia No: 10KBDep.KP2003 atau No.Pol: B4042VIII2003 tentang Penegakan Hukum di Bidang Kelautan dan Perikanan menjelaskan bahwa KKP adalah pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaan kegiatan perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan, peningkatan kapasitas kelembagaan dan pemasaran, pemberdayaan pesisir dan pulau-pulau kecil, serta riset kelautan dan perikanan. Hal ini menekankan bahwa pada keputusan menteri wilayahnya merujuk pada Wilayah Pengelolaan Perikanan WPP yakni hingga ZEEI. Sedangkan pada analisis hukum variabel kewenangan disebutkan bahwa pihak yang berwenang adalah Polisi dan PSDKP yang mewakili KKP. Tidak terlepas pada dasar hukum ZEEI bahwa yang berwennag hanya TNI AL, maka dapat disimpulkan bahwa kedua lembaga yakni Polisi dan PSDKP memiliki wewenang hingga laut teritorial. Pasal 2 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.11Men2006 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.13MEN2005 tentang Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perikanan mengatakan bahwa forum tersebut mempunyai tugas mensinkronisasikan dan mengkoordinasikan kegiatan penanganan tindak pidana di bidang perikanan yang dilaksanakan oleh masing-masing instansi terkait agar efektif, efisien, dan memenuhi rasa keadilan. Susunan anggota forum dijabarkan pada Pasal 4 dengan Ketua adalah Menteri Kelautan dan Perikanan, Wakil Ketua I adalah Kepala Kepolisian Negera RI, dan Wakil Ketua II adalah Kepala Staf TNI AL. Tindak pidana perikanan yang dimaksud adalah seluruh pelanggaran yang terjadi di WPP, yakni hingga ZEEI. Kembali mengingat bahwa hanya TNI AL yang berwenang pada ZEEI maka dapat disimpulkan tiga lembaga Polisi, TNI AL, dan PSDKP berwenang hingga laut teritorial sedangkan TNI AL hingga wilayah ZEEI.

4.3 Analisis Kebijakan