Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia

Masyarakat dapat diikutsertakan dalam membantu pengawasan perikanan hal ini sesuai dengan Pasal 67. Pasal 68 dikatakan bahwa Pemerintah mengadakan sarana dan prasarana pengawasan perikanan.

2.6.4 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia

Berdasarkan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 20004 tentang Tentara Nasional Indonesia disebutkan bahwa Angkatan Laut yang merupakan bagian dari Tentara Nasional Indonesia TNI bertugas antara lain: 1 Melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia TNI matra laut di bidang pertahanan; 2 Menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah laut yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi; 3 Melaksanakan tugas diplomasi Angkatan laut dalam rangka mendukung kebijakan politik luar negeri yang ditetapkan oleh pemerintah; 4 Melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra laut; dan 5 Melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan laut. 2.6.5 Keputusan Bersama antara Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia No: 10KBDep.KP2003 atau No.Pol: B4042VIII2003 tentang Penegakan Hukum di Bidang Kelautan dan Perikanan. Keputusan Menteri merupakan kesepakatan bersama antara Departemen Kelautan dan Perikanan DKP yang diwakili oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dengan Kepolisian Negara yang diwakili oleh Kepala Kepolisian Negara. Kesepakatan ini didasari bahwa pihak DKP merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaan kegiatan perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan, peningkatan kapasitas kelembagaan dan pemasaran, pemberdayaan pesisir dan pulau-pulau kecil, serta riset kelautan dan perikanan. Sedangkan pihak kepolisian merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam memelihara keamanan dan ketertiban msayarakat, menagakan hukum dan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta melindungi kepentingan nasional. Salah satu tujuan dari kesepakatan sebagaimana dituangkan dalam Pasal 1 adalah meningkatkan kooordinasi dan kerjasama dalam rangka pelaksanaan penegakan hukum terhadap tindak pidana yang terkait dengan bidang kelautan dan perikanan di wilayah perairan Indonesia. Beberapa kesepakatan yang dapat diambil antara lain adalah bahwa dalam rangka mendorong dan mengembangakn sistem pengamanan di lingkunagn DKP, maka Kepolisian menyiapkan tenaga pelatih profesional guna melakukan pembinaan dan pelatihan satuan pengamanan yang dimiliki jajaran DKP. Pihak Kepolisian juga membantu piranti lunak dan keras untuk meningkatkan sarana dan prasarana dalam rangka pelaksanan sistem pengawasan. Dalam rangka peningkatan kemampuan Penyidik Pegawai Begeri Sipil PPNS DKP, maka kepolisian dapat menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sesuai Pasal 4. Bidang operasional pada Pasal 5 dikatakan bahwa DKP dan kepolisian mendahulukan tindakan preventif dan persuasif dalam menangani kasus-kasus yang merugikan atau mengganggu pelaksanaan tugas dibidang kelautan dan perikanan, sepanjang tidak atau belum dikategorikan tindakan pidana. Pasal 6 dan Pasal 7 melanjutkan bahwa kedua pihak dapat saling memberitahukan mengenai informasi adanya perbuatan dari pihak tertentu yang merugikan danatau mengganggu pelaksanaan tugas di bidang kelautan dan perikanan. Informasi tersebut dapat disampaikan oleh jajaran DKP kepada jajaran Kepolisian setempat untuk ditendak lanjuti yang dalam prosesnya DKP wajib membantu Kepolisian. Tindak lanjut pada Pasal 8, apabila terjadi tindak pidana membuat kepolisian memerlukan penyitaan barang bukti berupa dokumen kelautan dan perikanan, dapat meminta bantuan kepada DKP. Pelanggaran yang memerlukan kesaksian dari pejabat DKP atau dinas, maka pemanggilan sebagai saksi disampaikan kepada yang bersangkutan di tingkat pusat melalui menteri KP dan di tingkat Daerah melalui dinas, kabupatenkota yang bersangkutan. Pejabat dapat menunjuk anggota yang membidangi permasalahannya atau apabila diperlukan dapat memberikan keterangan tertulis. 2.6.6 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.11Men2006 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.13MEN2005 tentang Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perikanan. Pasal 1 mengatakan bahwa guna mendukung kelancaran pelaksanaan tugas penyidik dan untuk memperlancar komunikasi serta tukar menukar data, informasi dan hal-hal lain yang diperlukan dalam rangka efektivitas dan efisiensi penanganan danatau penyelesaian tindak pidana di bidang perikanan secara terpadu, dibentuk Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perikanan. Dilanjutkan pada Pasal 2 dikatakan bahwa Forum tersebut mempunyai tugas mensinkronisasikan dan mengkoordinasikan kegiatan penanganan tindak pidana di bidang perikanan yang dilaksanakan oleh masing-masing instansi terkait agar efektif, efisien, dan memenuhi rasa keadilan. Pasal 3 menjelaskan bahwa forum menyelenggarakan fungsi antara lain: 1 Koordinasi kegiatan penyidikan tindak pidana perikanan; 2 Identifikasi, jenis, modus operandi, volumefrekwensi, dan penyebaran praktik- praktik tindak pidana di bidang perikanan; 3 Penetapan jenis tindak pidana di bidang perikanan yang diprioritaskan untuk diproses secara bertahap; 4 Penyuluh dan pembinaan kepada masyarakat untuk mencegah terjasinya tindak pidana di bidang perikanan; 5 Identifikasi, pengukuran, dan analisis signifikansi tindak pidana di bidang perikanan secara periodik; 6 Perancangan bentuk-bentuk koordinasi kegiatan-kegiatan pemberantasan tindak pidana di bidang perikanan; 7 Perumusan dan pemutakhiran strategi pemberantasan tindak pidana di bidang perikanan; 8 Pemantauan dan penyajian laporan pelaksanaan pemberantasan tindak pidana di bidang perikanan; dan 9 Pengkajian dan evaluasi efektivitas strategi pemberantasan tindak pidana di bidang perikanan secara berkelanjutan. Susunan anggota Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana di Bidang Perikanan pada Pasal 4 adalah sebagai berikut: 1 Ketua : Menteri Kelautan dan Perikanan 2 Wakil Ketua I : Kepala Kepolisian Negara RI 3 Wakil Ketua II : Kepala Staf TNI AL 4 Sekretaris I merangkap anggota : Direktur Jendral Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, DKP 5 Sekretaris I merangkap anggota :Kepala Badan Reserse dan Kriminal, Kepolisian Negara Republik Indonesia 6 Anggota : 1 Jaksa Agung Muda Bidang Pidana Khusus, Kejaksaan Agung 2 Asisten Operasi Kepala Staf TNI AL 3 Direktur Jendral Imigrasi, Departeman Hukum dan HAM 4 Direktur Jendral Perhubungan Laut, Departemen Perhubungan 5 Direktur Jendral Bea dan Cukai, Departemen Keuangan 6 Direktur Jendral Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi 7 Direktur Pidana, Mahkamah Agung 8 Direktur Polisi Parairan, Badan Pembinaan Keamanan, Mabes Polri Pasal 5 menjelaskan bahwa untuk mendukung tugas forum, dibentuk tim teknis sesuai dengan kebutuhan yang keanggotaannya terdiri dari instansi terkait dan ditetapkan oleh ketua forum. Tim bertugas menyampaikan laporan dan bertanggung jawab kepada ketua forum. Pada Pasal 6 dilanjutkan bahwa forum di daerah ditetapkan oleh gubernur untuk provinsi dan bupatiwalikota untuk kabupatenkota. Keanggotaan forum di daerah terdiri dari instansi terkait di provinsi atau kabupatenkota setempat. Pembiayaan dijabarkan pada Pasal 8 yaitu dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN DKP. 3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat