Faktor pH dan Kecepatan Pengadukan BD
27 Grafik kontur ini menunjukkan hubungan antara faktor C dan D, dimana C
merupakan simbol dari penambahan air dan D adalah kecepatan pengadukan. Sementara itu, faktor A dan B menyimbolkan suhu dan pH. Grafik digambarkan
dengan rentang dari 4 hingga 6 ⁄ untuk faktor C dan rentang nilai 150 hingga 250
untuk faktor D, sedangkan faktor A dan B pada kondisi nilai titik pusat, yaitu 45
o
C dan pH 5.
Seperti pada pembahasan kedua faktor sebelumnya, grafik kontur menunjukkan bahwa nilai respon terbaik dari desain percobaan yang dilakukan
terletak pada wilayah merah yang merupakan wilayah maksimum. Meski demikian, nilai respon optimum dari perhitungan software akan diperoleh apabila penambahan
air lebih dari 5 ⁄ , namun nilainya tidak bergeser terlalu jauh dari titik pusat. Hasil
ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Raharja et al. 2010, dimana seiring meningkatnya jumlah air yang ditambahkan dari rentang 1 hingga 5
⁄ tingkat hidrolisis juga meningkat, dari penelitian tersebut didapatkan tingkat hidrolisis
tertinggi pada penambahan air 5 ⁄ Hal tersebut didukung dengan pernyataan
Paiva et al. 2000 bahwa aktivitas lipase dalam pelarut organik didukung oleh penggunaan air optimum pada rentang 0,75 hingga 5
⁄ . Meski demikian, jumlah air yang terlalu sedikit akan mengurangi kemungkinan
kontak antara lipase dengan air yang bertindak sebagai pereaksi, sedangkan jumlah air yang terlalu besar akan menghambat kontak. Penggunaan air yang berlebihan akan
mengakibatkan reaksi hidrolisis trasilgliserol yang berlebihan, sehingga asam lemak bebas akan meningkat Paez et al., 2003.
Berdasarkan plot grafik model, perlakuan kecepatan pengadukan yang diharapkan mampu mengoptimalkan respon juga lebih dari titik pusat faktor ini, yaitu
200. Pada hasil percobaan terlihat adanya peningkatan tingkat hidrolisis hingga 200 rpm, hal ini terjadi karena seiring naiknya kecepatan pengadukan juga dapat
mempertinggi kecepatan pindah enzim dari fasa air ke antar fasa dan pindahnya enzim yang inaktif dari antar fasa ke fasa air. Proses tersebut menyebabkan hidrolisis yang
terjadi di antar fasa juga akan semakin cepat. Namun, ketika kecepatan pengadukan dinaikkan menjadi 250 dan 300 rpm terjadi penurunan tingkat hidrolisis. Hal ini juga
terjadi pada penelitian Sulaswatty 1998, dimana pada saat kecepatan pengadukan dinaikkan dari 90 rpm menjadi 150 rpm terjadi peningkatan tingkat hidrolisis. Namun,
pada saat kecepatan kembali dinaikkan menjadi 210 rpm, hasil yang diharapkan menurun. Terdapat dugaan bahwa pada kecepatan pengadukan yang terlalu tinggi
mengakibatkan kontak antara substrat dan enzim tidak cukup untuk membentuk produk sehingga hidrolisis tidak terjadi dengan sempurna.
Kombinasi kedua faktor ini pada perhitungan ANOVA memiliki nilai F-hitung sebesar 0,11. Nilai tersebut merupakan nilai paling rendah dibandingkan kombinasi
faktor lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi faktor penambahan air dan kecepatan pengadukan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap respon.