Tabel 5.2 Hasil Pengujian Fixed Effect Model
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob. PDRB
0.032567 0.004195
7.763552 0.0000
GOVED 0.001336
0.000568 2.353548
0.0227 RMISKIN
-106.2893 10.55277
-10.07217 0.0000
RDOK -0.000269
0.000116 -2.324963
0.0243 RBDN
0.003671 0.000610
6.013894 0.0000
RPWT 0.001897
0.000614 3.090752
0.0033 RSD
0.000304 0.000370
0.820903 0.4157
RSMA -0.000860
0.000202 -4.263708
0.0001 RSMP
-0.000634 0.000634
-0.999151 0.3226
C 3.634891
0.049845 72.92422
0.0000 Weighted Statistics
R-squared 0.999831
Mean dependent var 8.844689
Adjusted R-squared 0.999703
S.D. dependent var 8.801467
S.E. of regression 0.005300
Sum squared resid 0.001376
F-statistic 7822.513
Durbin-Watson stat 2.365176
ProbF-statistic 0.000000
Unweighted Statistics R-squared
0.999243 Mean dependent var
4.054650 Sum squared resid
0.001651 Durbin-Watson stat
2.027223 Sumber : Lampiran
Catatan :  Signifikan pada taraf nyata 5 persen
5.2.2  Uji Pelanggaran Asumsi
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 5.3, nilai probabilitas pada Fstat sama  dengan  0.000  lebih  kecil  dari  0.05,  sehingga  dikatakan  terdapat  minimal  satu
variabel  berpengaruh  nyata  dalam  model.  Nilai  koefisien  determinasi  R-squared yang diperoleh sebesar 99.99 persen keragaman IPM dapat dijelaskan oleh variable-
varieabel  bebasnya,  sedangkan  sisanya  sebesar  0,01  persen  mampu  dijelakan  oleh faktor-faktor diuar model.
Penggunaan panel
data dapat
mengabaikan pelanggaran
asumsi multikolenearitas.  Hal  ini  karena  penggabungan  data  cross  section  dan  time  series
yang dapat mengurangi  kolinearitas. Sementara itu model ini mempunyai R-squared yang  tinggi  yaitu  sebesar  0.999  dan  uji  F  yang  nyata  yaitu  sebesar  0.000.  Pada  uji
autokolerasi  dapat  dilihat  dari  nilai  Durbin-Watson  yang  diperoleh.  Durbin-Watson stat yang diperoleh dari hasil pengolahan data sebesar 2.365176, hasil tersebut berada
pada batasan 1.55  DW  2.46. Hal ini dapat disimpulkan  bahwa dalam pengolahan data tidak terjadi pelanggaran asumsi autokolerasi.
Sedangkan  untuk  melihat  asumsi  heteroskedasitas  dapat  dilihat  dari  Sum
squared resid pada Weighted Statistics 0.001376 lebih kecil dari Sum squared resid Unweighted Statistics 0.001651. Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa model
ini  terindikasi  pelanggaran  asumsi  heterokedassitas.  Untuk  menghilangkan  adanya heteroskedasitas,  maka  diperlakuan  dengan  cara  cross  section  weight  dan  white-
heteroskedastisity-consistent  covarianve.  Sehingga  dapat  disimpulkan  masalah heterokedasitas  sudah  dapat  teratasi  dalam  mengestimasi  model  telah  menggunakan
metode  GLS  generalized  least  square  dengan  white  heteroscedastisity  sebagai pembobot  Gujarati, 2003.
Dalam  menganalisis  uji  T  dapat  diinterpretasikan  menggunakan  nilai probabilitas  t-statistik  yang  diharapkan  dapat  mendekati  nilai  nol.  Apabila  nilai
probabilitasnya  semakin  kecil  maka  akan  semakin  cukup  bukti  untuk  menyatakan bahwa  variabel  bebas  digunakan  signifikan  terhadap  variabel  tak  bebasnya.
Signifikansi dari variabel bebas ini ditunjukkan yaitu taraf 5 persen 0,05. Selain itu yang  harus  diperhatikan  adalah  pada  nilai  koefisien  apakah  sesuai  dengan  hipotesis
awal yang telah dirumuskan. Uji  normalitas  dilakukan  untuk  memeriksa  apakah  error  term  mendekati
distribusi normal atau tidak. Jika asumsi ini tidak terpenuhi, maka prosedur pengujian mengguakan statistik-t menjadi tidak sah. Uji normalitas error term dapat dilakukan
dengan  menggunakan  uji  Jarque  Bera.  Pada  Lampiran  10,  nilai  probabilitas  Jarque Bera sebesar 0.056118 yang lebih besar dari taraf nyata 5 persen. Hal ini berarti error
term  terdistribusi  dengan  normal,  sehingga  pengujian  menggunakan  statistik-t  telah sah.
Keunggulan pendekatan efek tetap dalam mengestimasi data panel adalah dapat mengakomodasi heterogenitas unit-unit observasi yang digunakan. Heterogenitas unit
observasi  dapat  dilihat  pada  cross  section  effect.  Nilai-nilai  tersebut  mempengaruhi heterogenitas  konstanta  intersep  unit-unit  cross  section  yang  digunakan.  Konstanta
intersep  dalam  suatu  hasil  regresi  menggambarkan  komponen  peubah  terikat  yang
tidak  dapat  diterangkan  oleh  masing-masing  peubah  bebas  yang  digunakan  dalam model.  Nilai  tersebut  menunjukkan  jika  semua  peubah  yang  digunakan  tidak
berpengaruh nyata, maka nilai intersep menunjukkan nilai IPM yang sesungguhnya.
5.2.3  Interpretasi Model