Secara singkat konsep IPM dapat digambarkan sebagai berikut : IPM
Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat
Pengetahuan Standar Kehidupan
Layak Indikator Harapan Hidup
saat Lahir Tingkat Melek
Huruf lit Rata-Rata
Lama Sekolah
MYS Pengeluaran rill
perkapita PPP rupiah
Dimension Indeks
Indeks Harapan Hidup
Indek Pendapatan
Indeks Pendidikan
Indeks Pembangunan Manusia
Sumber : BPS, 2010
Gambar 2.2 Alur Konsep IPM
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berkaitan dengan Indeks Pembangunan Manusia, pernah dilakukan oleh beberapa penelitian sebelumnya.
Alam 2006 dengan judul Disparitas Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Pencapaian Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten
Bekasi pada tahun 1996-2004. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa tingkat ketimpangan
pendapatan antar
kecamatan di
Kabupaten Bekasi
serta kecenderungannya dan menganalisis faktor-faktor sosial dan ekonomi yang
mempengaruhi IPM di Kabupaten Bekasi. Teknik analisis yang digunakan adalah dengan Analisis Weighted Coefficient Variation CVw atau Williamson Iw. Nilai
indeks berkisar antara nol dan satu. Alat Analisis yang kedua adalah Tipelogi Klaasen dengan melihat perbandingan antara laju pertumbuhan ekonomi LPE dan PDRB per
kapita kecamatan terhadap angka LPE dan PDRB perkapita rata-rata kabupaten. Sedangkan alat analisis selanjutnya adalah regresi data panel dengan IPM sebagai
variabel bebas, dan variabel terikatnya terdiri dari PDRB per kapita kecamatan, sarana pendidikan jumlah gedung SD, rasio guru SD, jumlah sarana kesehatan, rasio
tenaga medis per 1000 penduduk, kepadatan penduduk kecamatan, dan akses penduduk terhadap air bersih. Penelitian ini menunjukkan kesimpulan PDRB, rasio
guru terhadap murid SD, kepadatan penduduk, dan rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih signifikan mempengaruhi IPM di Kabupaten Bekasi dan
disparitas pendapatan yang tinggi di Kabupaten Bekasi tidak serta merta menyebabkan tingginya disparitas IPM.
Ginting 2008 dengan judul Analisis Pembangunan Manusia di Indonesia. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh konsumsi rumah tangga untuk
makanan dan bukan makanan, pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, rasio penduduk miskin dan krisis ekonomi terhadap pembangunan manusia di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan data time series dan cross section atas 26 provinsi pada periode 1996, 1999, 2002, 2004, 2005 dan 2006. Analisis data menggunakan metode
random effect. Penggunaan metode ini dapat menjelaskan perbedaan karakteristik pembangunan manusia masing-masing provinsi, sehingga lebih representatif. Hasil
penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara konsumsi rumah tangga untuk makanan dan bukan makanan, pengeluaran pemerintah untuk
pendidikan, rasio penduduk miskin dan krisis ekonomi terhadap pembangunan manusia di Indonesia. Besarnya pengaruh tersebut ditunjukkan oleh nilai koefien
regresi variabel-variabel bebas, yakni: –0.9829 untuk variabel konsumsi rumah
tangga untuk makanan, 1.2774 untuk konsumsi rumah tangga untuk bukan makanan, 26,6791 untuk pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan
–0.214 untuk rasio penduduk miskin. Variabel dummy menunjukkan pengaruh negatif.
Pambudi 2008 dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Kemandirian Fiskal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia KabupatenKota di Prov
insi Jawa Barat”. Data yang digunakan yaitu : APBD kabupatenkota di Jawa Barat terdiri dari PAD
pajak, retribusi, laba badan usaha milik daerah, dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah dan DAU; data IPM AHH, AMH, RLS, dan PPP. Metode analisis yang
digunakan adalah Analisis Panel Data. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kemandirian fiskal dan perkembangan pencapaian IPM antar daerah
kabupatenkota di Provinsi Jawa Barat, serta melihat perbedaan keberhasilan
pembangunan kabupaten dan perkotaan. Selain itu, dalam penelitian ini juga menganalisis hubungan antara tingkat kemandirian fiskal dengan IPM di Provinsi
Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan data Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD dan data IPM kabupatenkota di Provinsi Jawa Barat selama tahun
2002 hingga tahun 2006. Analisis dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan
untuk melihat perkembangan pencapaian IPM dan komponen penyusunnya serta tingkat kemandirian fiskal yang dilihat dari Pendapatan Asli Daerah PAD
kabupatenkota di Propinsi Jawa Barat selama tahun 2002 hingga tahun 2006. Analisis kuantitatif dengan metode panel data dilakukan untuk melihat hubungan
antara PAD dengan DAU, hubungan antara PAD dengan IPM, serta hubungan antara komponen PAD dengan IPM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian
komponen IPM, antara lain Angka Harapan Hidup AHH, Angka Melek Huruf AMH, Rata-rata Lama Sekolah RLS, dan Purchasing Power Parity PPP
kabupatenkota di Jawa Barat untuk daerah perkotaan lebih baik jika dibandingkan dengan daerah kabupaten. Nilai IPM kabupatenkota di Provinsi Jawa Barat secara
rata-rata tergolong dalam kategori menengah tinggi, dan pencapaian daerah perkotaan lebih baik jika dibandingkan dengan daerah kabupaten. Tingkat kemandirian fiskal
daerah yang dilihat dari angka PAD menunjukkan bahwa daerah perkotaan memiliki tingkat kemandirian yang lebih baik jika dibandingkan daerah kabupaten. Secara
keseluruhan tingkat kemandirian daerah kabupatenkota di Provinsi Jawa Barat tergolong dalam kategori sangat kurang.
Hidayat 2008 dengan judul “Analisis Hubungan Komponen Indeks Pembangunan εanusia dengan Kemiskinan di Provinsi Jawa Barat”. Data penelitian
diambil pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2006. Data yang digunakan yaitu persentase jumlah penduduk miskin, data angka harapan hidup, angka melek huruf,
rata-rata lama sekolah, pengeluaran per kapita yang disesuaikan, infrastruktur sosial, pengangguran dan beban ketergantungan. Metode analisis yang digunakan yaitu
analisis deskriptif untuk menganalisis perkembangan komponen indeks pembangunan manusia yang diduga berpengaruh terhadap kemiskinan, sedangkan panel data
digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kemiskinan di Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang secara
siginfikan pada taraf nyata lima persen berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Barat yaitu angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah, kemampuan
daya beli dan tingkat pengangguran. Sedangkan faktor-faktor yang tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kemiskinan Provinsi Jawa Barat yaitu angka melek huruf, skor
infrastruktur sosial, dan angka beban ketergantungan. Maliendra 2009 menganalisis Dampak Pemekaran Wilayah dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Barat periode tahun 2002-2006. Data yang digunakan adalah data anggaran pendapatan dan belanja
daerah KabupatenKota di Jawa Barat, data Basis untuk analisis indeks pembangunan manusia, dan Jawa Barat dalam angka. Periode waktu yang digunakan terbagi
menjadi dua yaitu tahun 2002-2003 periode sebelum adanya pemekaran dan tahun 2004-2006 periode setelah adanya pemekaran. Tujuan dari penelitian ini adalah
menganalisis perkembangan IPM Jabar sebelum dan setelah adanya pemekaran. Selain itu juga akan dianalisis dampak pemekaran dan faktor-faktor yang
memengaruhi pembangunan manusia Jabar sehingga didapatkan rekomendasi kebijakan guna mewujudkan visi IPM Jabar sebesar 80 pada 2010.
Pada penelitian ini, untuk melihat dampak pemekaran wilayah dan faktor-faktor yang memengaruhi pembangunan manusia Jawa Barat digunakan analisis deskriptif
dan panel data. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat perkembangan IPM sebelum dan setelah adanya pemekaran wilayah serta untuk melihat dampak
pemekaran dengan membandingkan capaian IPM daerah induk dan daerah baru. Sedangkan analisis panel data digunakan untuk melihat faktor-faktor yang
mempengaruhi pembangunan manusia Jabar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa IPM seluruh kabupaten dan kota di Jawa Barat mengalami peningkatan. Daerah baru
hasil pemekaran memiliki IPM lebih tinggi dari daerah induk. Selain daerah baru, wilayah kota memiliki nilai IPM yang relative lebih tinggi dibanding kabupaten. Laju
pertumbuhan IPM sebelum pemekaran memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan setelah pemekaran. Dari hasil pengolahan data dengan model fixed effect GLS,
diketahui bahwa variabel yang secara signifikan mempengaruhi pembangunan manusia Propinsi Jawa Barat pada taraf nyata 5 persen adalah tingkat kemiskinan,
PDRB per kapita, dan belanja publik. Yuliati 2012 menganalisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indeks
Pembangunan Manusia di Wilayah Perbatasan Darat Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal daru Badan Pusat Statistik dan
sumber lainnya dengan peiode waktu yang digunakan adalah tahun 2007-2010. Penelitian mencakup seluruh kabupaten perbatasan darat sebanyak 16 kabupaten pada
empat provinsi yaitu : Kalimantan Barat Sambas, Bengkayang, Sintang, Sanggau, dan Kapuas Hulu, Kalimantan Timur tiga kabupaten Nunukan, Malinau, dan Kutai
Barat, Nusa Tenggara Timur tiga kabupaten Kupang, Belu, dan Timor Tengah Utara, dan Papua empat kabupaten Marauke, Boven Digoel, Pegunungan Bintang,
dan Keerom dan satu kota yaitu Jayapura. Metode analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian terdiri dari
analisis deskriptif dan ekonometrika. Analisis deskriptif digunakan untuk mengkaji dinamika indeks pembangunan manusia di wilayah perbatasan darat Indonesia.
Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel yaitu untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi indeks pembangunan manusia. hasil
deskriptif yaitu diantar tiga indeks pembentuk IPM, indeks pendidikan mempunyai nilai yang terbesar hampir disemua kabupatenkota di wilayah perbatasan.
Berdasarkan hasil estimasi regresi data panel terhadap faktor-faktor yang memengaruhi indeks pembangunan manusia di wilayah perbatasan diperoleh hasil
sebagai berikut: variabel yang signifikan berpengaruh positif adalah PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan infrastuktur jalan. Selanjutnya
variabel yang signifikan berpengaruh negatif adalah persentase penduduk miskin, pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan, rasio tenaga pendidikan tingkat SD dan
rasio tenaga kesehatan. Sedangkan variabel yang tidak signifikan berpengaruh adalah rasio tenaga pendidikan SMP dan tingkat pengangguran terbuka. Jika ditinjau
berdasarkan nilai koefisiennya, maka variabel yang mempunyai pengaruh besar
terhadap indeks pembangunan manusia di wilayah perbatasan darat Indonesia adalah infrastruktur jalan dengan nilai koefisen sebesar 3.0589.
Perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu dengan penelitian ini terletak pada penambahan variabel seperti rasio bidan terhadap
jumlah penduduk, rasio perawat terhadap jumlah penduduk yang berpengaruh pada IPM, dengan menggunakan metode ekonometrika yaitu analisis panel data dan diikuti
dengan analisis deskriptif perhitungan analisis IPM dan faktor-faktor yang memengaruhi di setiap kabupatenkota pada tahun 2009-2011 di Provinsi Papua.
Perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu dengan penelitian ini terletak pada lokasi penelitian yang diambil pada Provinsi
Papua dan penambahan variabel seperti rasio jumlah penduduk terhadap bidan, rasio jumlah penduduk terhadap perawat yang berpengaruh pada IPM, dengan
menggunakan metode ekonometrika yaitu analisis panel data dan diikuti dengan analisis deskriptif perhitungan analisis IPM dan faktor-faktor yang memengaruhi di
setiap kabupatenkota pada tahun 2009-2011 di Provinsi Papua.
2.6 Kerangka Pemikiran Operasional