Terdapat  hal  menarik  dari  realita  di  atas,  bahwa  kesehatan  dan  pendidikan merupakan  komponen  yang  kontribusinya  sulit  untuk  dipacu  untuk  menghasilkan
peningkatan  yang mempunyai sifat spontan dan dapat dirasakan dalam waktu dekat. Peningkatan  yang  terjadi  tidak  terlepas  dari  pondasi  pembangunan  yang  telah
diletakkan  sebelumnya  serta  sifatnya  relatif  lebih  stabil  dan  mudah  mengalami kejenuhan  apabila  telah  mencapai  derajat  tertentu.  Misalkan,  daerah  perkotaan  yang
telah  mencapai  angka  melek  huruf  cukup  tinggi  pasti  akan  mengalami  ‘stagnasi’ peningkatan  capaian  indikator,  demikian  pula  dengan  rata-rata  lama  sekolah  serta
angka harapan hidup.
4.4.1 Pendidikan di Provinsi Papua
Sumber daya manusia berperan penting terhadap kemajuan suatu  bangsa, oleh karena  itu  perlu  diupayakan  peningkatan  sumber  daya  manusia  demi  tercapainya
keberhasilan  pembangunan.  Salah  satu  upaya  untuk  meningkatkan  sumber  daya manusia adalah peningkatan kualitas pendidikan, baik formal maupun non formal.
Titik  berat  pendidikan  formal  adalah  peningkatan  mutu  pendidikan  dan perluasan  pendidikan  dasar,  selain  itu  ditingkatkan  pula  kesempatan  belajar  pada
jenjang  pendidikan  yang  lebih  tinggi.  Sedangkan  pendidikan  non  formal dimasuksudkan  untuk  memberikan  keterampilan  hidup  kepada  masyarakat.
Pendidikan  nonformal  juga  dapat  membekali  sikap  kemandirian  yang  mendorong tercapainya kesempatan untuk berwirausaha, yang pada akhirnya diharapkan mampu
membawa peningkatan taraf kehidupan maupun masyarakat dalam berbagai aspek. Pendidikan  merupakan  salah  satu  faktor  yang  mencerminkan  kualitas  sumber
daya manusia. Semakin  tinggi  tingkat  pendidikan  yang dimiliki maka  akan semakin mudah seseorang tersebut mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan menyerap
kemajuan  teknologi.  Untuk  meningkatkan  kualitas  pendidikan  diperlukan  fasilitas dan  tenaga  pengajar  yang  memadai.  Pemerintah  Provinsi  Papua  sejauh  ini  masih
berupaya  melakukan  perbaikan  tingkat  kesejahteraan  salah  satunya  dibidang pendidikan.
Jumlah  sekolah  dari  tingkat  SD  sampai  SMA  di  provinsi  Papua  pada  tahun 2011  sebanyak  2.836  sekolah.  Sedangkan  rasio  murid  dengan  guru  sebesar  31.69.
angka  ini  menunjukkan  bahwa  pada  tahun  2011,  satu  guru  mengajar  31-32  murid. Berdasarkan  ketentuan  dari  dinas  pendidikan  dan  kebudayaan  rasio  murid  terhadap
guru  adalah  satu  banding  40.    Di  lihat  dari  keseluruhan  jumlah  rasio  di  Provinsi Papua,  jumlah  guru  sudah  memenuhi  standar  dari  dinas  pendidikan  tersebut,  akan
tetapi  menurut  kabupatenkota,  sebagian  jumlah  rasio  nya  sangat  tinggi.  Misalnya terdapat  pada  Kabupaten  Yalimo,    rasio  murid  SD  terhadap  guru  pada  tahun  2010
sebesar  151,  artinya  setiap  satu  guru  yang  terdapat  di  Kabupaten  Yalimo,  mengajar sebesar 151 murid SD. Hal ini diakibatkan bahwa pada sebagian kabupatenkota yang
terdapat  di  Provinsi  Papua  masih  kurangnya  pelayanan  ketersediaan  sumberdaya pengajar.
Tabel  4.2  Jumlah  sekolah,  guru,  dan  murid  menurut  jenjang  pendidikan  di  Provinsi Papua tahum 2011 Jiwa
Uraian SD
SMP SMA
Jumlah Sekolah 2.179
495 162
Jumlah Guru 12.424
4.517 2.651
Jumlah Murid 393.795
99.529 46.673
Rasio Murid Guru 31.69
21.41 17.61
Sumber : BPS, 2012
Membaiknya kualitas
penduduk Provinsi
Papua didorong
semakin bertambahnya  akses  penduduk  terhadap  pendidikan  dapat  diukur  dengan  Angka
Partisipasi Sekolah APS. Meskipun terus mengalami peningkatan seperti pada tabel 4.2,  akan  tetapi  kenaikannya  masih  jauh  dibawah  rata-rata  nasional  yang  mencapai
97.58    umur  7-12  tahun,  87.78    umur  13-15  tahun,  57.85    umur  16-18 tahun.
Tabel 4.3 Indikator Pendidikan di Provinsi Papua tahun 2009-2011 Uraian
2009 2010
2011 Angka Melek Huruf
75.58 75.60
75.81 Rata-Rata Lama Sekolah Tahun
6.57 6.66
6.69 Angka Partisipasi Sekolah
7-12 tahun 76.16
76.22 73.36
13-15 tahun 73.69
74.35 71.29
16-18 tahun 47.59
48.28 50.55
Sumber : Papua dalam Angka 2011
Angka partisipasi sekolah dapat menggambarkan berapa banyak penduduk usia pendidikan  yang  sedang  besekolah,  sehingga  terkait  dengan  pengentasan  program
wajib  belajar  indikator  inilah  yang  digunakan  sebagai  petunjuk  berhasil  tidaknya program tersebut. Sebagai standar program wajib belajar dikatakan berhasil jika nilai
APS  SD  umur  7-12  dan  APS  SMP  umur  13-15  tahun  sebesar  100  persen. Berdasarkan  data  Susenas  tahun  2011,  APS  Provinsi  Papua  7-12  tahun  mencapai
73.36  persen,  ini  berarti  masih  terdapat  26.64  persen  penduduk  7-12  tahun  yang belum sekolah atau tidak sekolah lagi. Sedangkan APS penduduk umur 13-15 tahun
sebesar 71.29 persen artinya 28.71 persennya masih belum sekolah atau tidak sekolah lagi.
Dari  uraian  di  atas  terlihat  bahwa  capaian  APS  untuk  usia  7-12  tahun  73.36 persen  belum    memenuhi  target  wajib  belajar  yang  ditetapkan  APS  100  persen,
demikian  juga  target  APS  usia  13-15  tahun  belum  terlampaui.  Sehingga  dikatakan penerapan  program  wajib  belajar  9  tahun  di  Provinsi  Papua  belum  sepenuhnya
berhasil, baik pada jenjang pendidikan SDsederajat ataupun SMPsederajat. Angka melek huruf di Provinsi Papua pada tahun 2011 mencapai 75.81 persen.
Bila dilihat menurut kabupatenkota, angka melek huruf tertinggi pada Kota Jayapura 99.83 persen. Sedangkan tiga kabupaten terendah adalah  Kabupaten Deiyai  30.12
persen, Kabupaten Intan Jaya 27.78 persen, dan Kabupaten Nduga 30.54 persen. Pada  tahun  2011,  rata-rata  lama  sekolah  penduduk  6.69.  hal  ini  menunjukkan  rata-
rata penduduk Provinsi Papua hanya bersekolah sampai dengan kelas 6 SD atau putus sekolah setelah di kelas sat SMP. Padahal sistem pendidikan nasional mengisyaratkan
setiap  anak  Indonesia  wajib  mendapatkan  pendidikan  dasar  Sembilan  tahun  atau sampai  tingkat  SMP.  Hal  tersebut  harus  menjadi  perhatian  serius  bagi  pemerintah
provinsi  maupun  kabupatenkota.  Penyediaan  sarana  dan  fasilitas  pendidikan  yang merata di seluruh wilayah Papua bisa menjadi solusi dalam mencapai program wajib
belajar Sembilan tahun.
4.4.2 Kesehatan di Provinsi Papua