Rasio Bidan, Rasio Dokter, Rasio Perawat terhadap jumlah Penduduk

meningkatkan IPM. Hal ini dikarenakan kemiskinan membuat akses terhadap pendidikan dan kesehatan sebagai tolak ukur peningkatan IPM terganggu. Pada tahun 2010 persentase penduduk miskin di Provinsi Papua mengalami penurunan sebesar 0.73 persen, namun Provinsi Papua masih menghadapi masalah kemiskinan, karena Provinsi Papua merupakan provinsi yang memiliki persentase penduduk miskin terbesar di Indonesia. Hal ini tentunya mempengaruhi kemampuan daya beli masyarakat di Provinsi Papua. Hubungan daya beli masyarakat dengan kemiskinan adalah ketika daya beli masyarakat tinggi maka nilai kemiskinan yang ada di wilayah tersebut akan rendah. Tabel 5.4 Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Papua tahun 2007-2010 Tahun Persentase Penduduk Miskin 2007 40.78 2008 37.08 2009 37.53 2010 36.80 Sumber : BPS, 2010

5.2.3.4 Rasio Bidan, Rasio Dokter, Rasio Perawat terhadap jumlah Penduduk

Kondisi kesehatan merupakan bagian yang erat hubungannya dengan keberhasilan pembangunan manusia. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan, meningkatkan usia harapan hidup dan mempertinggi harapan kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat. Untuk bidang kesehatan, indikator yang mewakili dalam IPM adalah umur harapan hidup waktu lahir. Namun, bagaimana caranya meningkatkan umur harapan hidup, sulit dijawab dengan pasti. Oleh karena itu tampaknya diperlukan serangkaian indikator kesehatan lain yang diperkirakan berdampak pada kesehatan yang pada gilirannya meningkatkan umur harapan hidup waktu lahir. Indikator tersebut yaitu rasio bidan, rasio dokter, dan rasio perawat. Hasil regresi menunjukkan bahwa rasio dokter berpengaruh negatif dan signifikan pada taraf nyata 5 persen. Nilai koefisien regresi dari variabel rasio dokter sebesar 0.000269 dengan probabilitas p-value sebesar 0.0243. Artinya setiap kenaikan satu persen rasio jumlah penduduk terhadap dokter akan menurunkan nilai IPM kabupatenkota di Provinsi Papua sebesar 0.000269. Hasil regresi rasio dokter sesuai dengan hipotesa awal yang diajukan. Semakin rendah rasio dokter kabupatenkota di Provinsi Papua, maka akan meningkatkan IPM di Provinsi Papua, asumsi cateris paribus. Hasil regresi menunjukkan bahwa rasio bidan berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata 5 persen. Nilai koefisien regresi dari variabel rasio bidan sebesar 0.003671 dengan probabilitas p-value sebesar 0.0000. Artinya setiap kenaikan satu persen rasio jumlah penduduk terhadap bidan akan meningkatkan nilai IPM kabupatenkota di Provinsi Papua sebesar 0.003671. Berarti jika rasio bidan semakin besar, maka IPM di daerah tersebut semakin tinggi. Hasil regresi rasio jumlah penduduk terhadap bidan ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang diajukan. Dan juga hasil regresi menunjukkan bahwa rasio perawat berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata 5 persen. Nilai koefisien regresi dari variabel rasio perawat sebesar 0.001897 dengan probabilitas p-value sebesar 0.0033. Artinya setiap kenaikan satu persen rasio perawat akan meningkatkan nilai IPM kabupatenkota di Provinsi Papua sebesar 0.001897. Hasil regresi rasio jumlah penduduk terhadap perawat ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang diajukan. Dengan adanya variabel yang signifikan tetapi mempunyai koefisien regresi yang bernilai positif, sementara hipotesis yang dibuat bahwa semakin kecil rasio bidan atau perawat maka beban bidanperawat di daerah tersebut akan semakin kecil, hal ini akan menyebabkan kenaikan angka IPM. Hal ini terjadi karena perubahan sarana prasarana dan jumlah bidan dan perawat yang ada di Provinsi Papua. Pada tahun 2010, jumlah rumah sakit yang ada di Provinsi Papua sebanyak 30 unit. Sedangkan banyaknya puskesmas dan puskesmas pembantu mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, yaitu 1.027 puskesmas pada tahun 2009 menjadi 1.111 puskesmas pada tahun 2010. Sedangkan jumlah dokter berkurang dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2010 sebesar 733 orang menjadi 682 orang pada tahun 2011. Jumlah dokter berkurang sebanyak 105 orang. Begitu juga dengan jumlah bidan menurun sebesar 1066 orang pada tahun 2011. Tabel 5.5 Jumlah Dokter, Bidan, Perawat di Provinsi Papua 2007-2011 Tahun Komponen Bidang Kesehatan Bidan Perawat Dokter 2007 1724 2437 357 2008 1766 3740 574 2009 2250 3741 667 2010 2772 3881 733 2011 1706 4086 682 Sumber : BPS, 2011 Kesehatan merupakan faktor penting pembangunan manusia dan menjadi dasar bagi pembangunan bidang lainnya. Manusia yang sehat merupakan prasyarat untuk mewujudkan pembangunan manusia. Penanganan masalah kesehatan tidak dapat dilakukan secara sekaligus, terkait dengan segala keterbatasan yang ada baik menyangkut pendanaan dan sumberdaya yang tersedia. Dengan kondisi seperti itu, maka prioritas program dan kegiatan perlu dilakukan. Selain itu, penanganan masalah kesehatan bukan hanya tanggung jawab dari sektor kesehatan saja, namun merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Salah satu komponen utama upaya pembangunan kesehatan yang berdaya guna dan berhasil guna adalah sumber daya kesehatan, yang terdiri dari sumberdaya tenaga, fasilitas dan pendanaan kesehatan. Tenaga kesehatan memegang peranan yang penting dalam upaya peningkatan status kesehatan, tidak hanya dari segi jumlahnya saja, namun juga kualitas dan ketersebarannya. Bagian ini hanya akan membahas aspek tenaga kesehatan. Permasalahan ketenagaan kesehatan yang utama adalah kekurangan semua jenis tenaga kesehatan, kualitas tenaga kesehatan, serta distribusi yang tidak merata. Kondisi tenaga kesehatan yang tidak merata dan jumlahnya kurang di Provinsi Papua membutuhkan penanganan segera. Kebijakan pengembangan tenaga medis dan manajemen kesehatan mutlak dilakukan agar terjadi perbaikan sistem penyediaan tenaga kesehatan maupun manajemen pelayanan kesehatan itu sendiri. Upaya peningkatan kesehatan bukan semata membangun fasilitas kesehatan, namun perlu diiringi dengan kualitas pelayanan kesehatan yang baik. Kualitas kesehatan yang baik tidak hanya ditunjang oleh ketersediaan pendanaan yang memadai, namun juga oleh ketersediaan sumberdaya tenaga kesehatan yang berkualitas. Namun hal ini tidak berpengaruh secara signifikan saat akses terhadap kesehatan mengalami banyak kendala. Keadaan fasilitas kesehatan yang tidak mamadai serta jumlah tenaga kesehatan yang kurang merata pada setiap kabupaten.

5.2.3.5 Rasio Murid SD, SMP, SMA terhadap Guru