Kondisi gigi yang crowded.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi sumber kasus dari penelitian ini adalah semua anak autis baik laki-laki maupun perempuan, yang mengunjungi Yayasan terapi dan SLB di Kota Medan bersangkutan selama periode penelitian. Populasi sumber kontrol merupakan anak normal usia 6-18 tahun dari Sekolah Angkasa dan Sekolah T.P.I Kota Medan.

3.3.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk anak autis adalah total sampling. Metode ini dilakukan dengan cara mengambil seluruh populasi, yaitu anak autis yang menjalani terapi atau sekolah di SLB-E Negeri PTP Sumatera Utara, SDSLB-ABC-TPI, Kudos Kindle Center, Yayasan Tali Kasih, dan Yayasan Anak Kita. Untuk kelompok kontrol, pengambilan sampel anak normal menggunakan teknik matching dengan menyesuaikan usia dan jenis kelamin anak autis dan dilanjutkan menggunakan teknik random. Pengambilan sampel anak normal dilakukan di Sekolah Angkasa dan Sekolah T.P.I Kota Medan. Kriteria inklusi: 1. Anak autis yang didiagnosis oleh dokter. 2. Anak normal dengan keadaan umum yang baik. 3. Usia 6-18 tahun. 4. Disetujui oleh orang tua atau wali dengan pengisian informed consent. Kriteria eksklusi : 1. Anak yang tidak mau diperiksa.

2. Kondisi gigi yang crowded.

3.4 Variabel Penelitian

Beberapa variabel dalam penelitian ini yaitu: a. Anak autis dan anak normal. b. Jenis kelamin. c. Usia anak 6-18 tahun. d. Oral higiene berdasarkan skor OHIS. e. Kebutuhan perawatan periodontal berdasarkan CPITN. f. Faktor risiko kebersihan rongga mulut.

3.5 Definisi Operasional

a Anak autis adalah anak yang didiagnosis oleh dokter menderita autis dan sekolah atau sedang menjalani terapi autis di SLB-E Negeri PTP Sumatera Utara, SDSLB- ABC-TPI, Kudos Kindle Center, Yayasan Tali Kasih, dan Yayasan anak kita. b Anak normal adalah anak yang sehat jasmani, usia 6-18 tahun di Sekolah Angkasa dan Sekolah T.P.I Kota Medan dengan keadaan umum yang baik. c Jenis kelamin adalah penderita autis dan anak normal yang berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. d Usia anak adalah usia yang dihitung sejak lahir sampai ulang tahun terakhir responden. Usia yang dipilih pada penelitian ini adalah 6-18 tahun. Kelompok usia anak diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kelompok usia 6-12 tahun dan kelompok usia 13-18 tahun. Klasifikasi ini berdasarkan tingkat pendidikan. e Oral higiene adalah tingkat kebersihan gigi dan mulut yang dinilai dari banyaknya debris dan karang gigi kalkulus, dengan menggunakan skor OHIS Oral Hygiene Index Simplified oleh Greene dan Vermillion. Cara pengukurannya adalah dengan dilakukan pemeriksaan pada gigi. Tingkat oral higiene dapat digolongkan sebagai berikut: a. Baik: 0,0-1,2 b. Sedang: 1,3-3,0 c. Buruk: 3,1-6,0 f Debris adalah deposit lunak pada permukaan gigi yang mudah dibersihkan. Cara pengukurannya adalah dilakukan pemeriksaan dengan menempatkan sonde pada gigi 16 bukal, 11 labial, 26 bukal, 46 lingual, 31 labial, 36 lingual. Ketentuan: 1. Indeks ini dapat diukur bila paling sedikit terdapat 2 gigi diantara 6 gigi yang telah ditentukan. 2. Gigi yang diperiksa adalah gigi yang sudah mencapai oklusi sempurna. Bila yang diperiksa tidak ada, maka dapat diganti dengan gigi tetangga atau gigi yang bersebelahan termasuk gigi sulung. Kriteria indeks debris adalah seperti berikut: 0 = Tidak ada debris atau stein. 1 = a. Debris menutupi tidak lebih dari 13 permukaan gigi. b. Ada ekstrinsik stein yang tidak tergantung pada luas permukaan gigi yang ditutupi walaupun tanpa debris. 2 = Debris menutupi lebih dari 13 permukaan gigi, tetapi tidak lebih dari 23 permukaan gigi. 3 = Debris menutupi lebih dari 23 permukaan gigi. Hasil indeks skor debris yaitu jumlah penilaian debris dibagi jumlah gigi yang diperiksa. Tingkat kebersihan oral debris dapat digolongkan sebagai berikut: a. Baik: 0,0-0,6 b. Sedang: 0,7-1,8 c. Buruk: 1,9-3,0 g Kalkulus adalah deposit keras pada permukaan gigi yang berwarna kuning kejinggaan. Cara pengukurannya adalah dilakukan pemeriksaan dengan menempatkan sonde pada gigi 16 bukal, 11 labial, 26 bukal, 46 lingual, 31 labial, 36 lingual. Ketentuan: 1. Indeks ini dapat diukur bila paling sedikit terdapat 2 gigi diantara 6 gigi yang telah ditentukan. 2. Gigi yang diperiksa adalah gigi yang sudah mencapai oklusi sempurna. Bila yang diperiksa tidak ada, maka dapat diganti dengan gigi tetangga atau gigi yang bersebelahan termasuk gigi sulung. Kriteria indeks kalkulus adalah seperti berikut: 0 = Tidak ada kalkulus gigi. 1 = Kalkulus gigi supragingiva menutupi tidak lebih dari 13 permukaan gigi. 2 = Kalkulus gigi supragingiva yang menutupi lebih dari 13 permukaan gigi dan atau adanya butiran kalkulus subgingiva di servikal gigi. 3 = Kalkulus gigi supragingiva menutupi lebih dari 23 permukaan gigi dan atau karang gigi subgingiva mengelilingi serviks gigi. Hasil indeks skor kalkulus yaitu jumlah penilaian kalkulus dibagi jumlah gigi yang diperiksa. Tingkat kebersihan oral kalkulus dapat digolongkan sebagai berikut: a. Baik: 0,0-0,6 b. Sedang: 0,7-1,8 c. Buruk: 1,9-3,0 h Indeks kebutuhan perawatan periodontal adalah indeks guna mengukur kebutuhan perawatan periodontal menggunakan prob WHO yang dilakukan dengan cara pemeriksaan pada gigi yang telah ditetapkan, yaitu seluruh gigi molar satu, insisivus sentralis atas regio satu, dan insisivus sentralis bawah regio tiga. Indeks yang digunakan adalah CPITN. Ketentuan: 1. Bila dalam satu sektan tidak terdapat gigi yang ditentukan, maka gigi diperiksa dapat diganti dengan gigi sebelahnya termasuk gigi sulung. 2. Untuk umur dibawah 15 tahun, pencatatan hanya dilakukan bila ada perdarahan daerah gusi dan karang gigi saja, yaitu dengan skor 0, 1, atau 2. 3. Skor tertinggi dari semua sektan digunakan untuk menentukan skor kebutuhan perawatan. Kriteria indeks kebutuhan perawatan periodontal adalah seperti berikut: 0 = Sehat, tidak ada perdarahan, dan karang gigi. 1 = Perdarahan, perdarahan tampak secara langsung atau dengan kaca mulut setelah perabaan dengan sonde. 2 = Adanya karang gigi supra atau subgingiva perabaan dengan sonde terasa kasar, dan terlihat kalkulus supragingiva atau subgingiva. 3 = Poket dangkal 4-5 mm tepi gingiva pada bagian prob berwarna hitam. 4 = Poket dalam ≥ 6 mm bagian prob berwarna hitam tidak terlihat lagi. Tingkat kebutuhan perawatan periodontal dapat digolongkan sebagai berikut: a. 0 = Tidak perlu perawatan. b. 1 = Instruksi perbaikan oral higiene. c. 2 3 = Instruksi perbaikan oral higiene skeling profesional. d. 4 = Instruksi perbaikan oral higiene, skeling skeling profesional perawatan kompleks. i Faktor risiko penyakit periodontal adalah faktor yang dapat memperparah penyakit periodontal, yaitu: a. Frekuensi menyikat gigi - ≥ 2 kali - 1 kali - Kadang-kadang tidak setiap hari - Tidak pernah b. Waktu menyikat gigi - Pagi setelah makan dan malam sebelum tidur - Pagi sebelum makan dan malam sebelum tidur - Malam sebelum tidur - Pagi sebelumsesudah makanmandi sore - Tidak pernah c. Kunjungan ke dokter gigi - Rutin - Pernah - Tidak pernah d. Kunjungan ke dokter gigi untuk skeling - Rutin - Pernah - Tidak pernah e. Frekuensi makan di luar jam makan utama - ≤ 3 kali - 4-5 kali - 6-7 kali - 7 kali Faktor risiko penyakit periodontal, seperti frekuensi menyikat gigi yang benar dalam sehari adalah 2 kali sehari dengan waktu pagi sesudah makan dan malam sebelum tidur, kunjungan ke dokter gigi maupun untuk skeling yang benar adalah rutin, dan frekuensi makan diluar jam makan utama yang benar adalah maksimal 3 kali atau kurang dalam sehari.

3.6 Cara Pengumpulan Data

Peneliti meminta izin kepada pengurus yayasan autis dan kepala sekolah yang akan diteliti beserta ethical clearance, lalu memberikan informed consent kepada orang tua atau wali anak. Pemeriksaan debris dilakukan pada anak yang telah dipilih sebagai sampel dengan menggunakan sonde dan disertai penerangan yang baik untuk memeriksa debris pada gigi-geligi yang diperiksa. Pada pemeriksaan kalkulus, cukup dengan menggunakan penerangan yang baik. Kalkulus akan berwarna lebih kuning kejinggaan dibandingkan dengan permukaan gigi dan pada pemeriksaan kalkulus subgingiva menggunakan prob. Dalam menilai kebutuhan perawatan periodontal, digunakan prob WHO dengan penerangan yang baik. Kemudian, hasil pemeriksaan dicatatat sebagai indeks debris, kalkulus, dan kebutuhan perawatan periodontal di lembar pemeriksaan. Untuk mengetahui skor oral higiene, indeks debris dan kalkulus ditambah dan dihitung sehingga didapati Index Oral Hygiene Simplified OHIS dan untuk menilai kebutuhan perawatan periodontal menggunakan Community Periodontal Index Treatment Needs CPITN dari WHO, selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data