I. Ada 6 gejala atau lebih dari gangguan interaksi sosial, komunikasi, dan pola perilaku yang terbatas, berulang, dan meniru dengan minimal, adanya 2 gejala dari
gangguan interaksi sosial dan masing-masing 1 gejala dari gangguan komunikasi, dan pola perilaku yang terbatas, berulang, dan meniru.
1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial a. Gangguan nonverbal, misalnya kurangnya kontak mata, ekspresi wajah, dan
gerakan tubuh. b. Ketidakmampuan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya.
c. Kurangnya spontanitas dalam membagi kegembiraan, kesenangan, minat, atau prestasi dengan orang lain.
d. Kurangnya hubungan sosial dan emosional. 2. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi
a. Perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tidak berkembang. Anak tidak berusaha untuk berkomunikasi secara nonverbal.
b. Bila anak bisa berbicara, hal ini tidak digunakan untuk berkomunikasi. c. Sering menggunakan bahasa yang aneh dan berulang-ulang.
d. Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang dapat meniru. 3. Adanya suatu pola yang dipertahankan dan berulang-ulang dalam perilaku,
minat, dan kegiatan. a. Mempertahankan satu minat atau kegiatan dengan cara yang sangat khas dan
berlebihan. b. Cenderung terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak
ada gunanya. c. Sering melakukan gerakan aneh yang khas dan berulang-ulang.
d. Sering terpukau pada bagian suatu benda. II. Terjadi keterlambatanfungsi abnormal paling sedikit satu dari hal-hal berikut ini
sebelum umur 3 tahun, diantaranya interaksi sosial, kemampuan berbicara berbahasa, bermain imajinatif ataupun simbolik.
2.2 Keadaan Rongga Mulut pada Anak Autis
Umumnya anak dengan gangguan autistik mempunyai keadaan rongga mulut yang tidak jauh berbeda dari anak normal, namun anak autis dapat memiliki penyakit gigi dan
mulut yang lebih parah karena ketidakmampuan dalam menjaga kebersihan rongga mulutnya.
14,33,34
Ketidakmampuan ini meliputi, tidak efektifnya menggosok gigi dan memakai benang gigi yang dikarenakan kurangnya minat anak dalam membersihkan
rongga mulutnya sehingga dibutuhkan panduan, penjagaan, dan observasi dari keluarga maupun pengasuh ketika anak membersihkan giginya.
13,16,17
Biasanya anak autis lebih memilih makanan yang lunak dan manis. Ketika makan, anak cenderung tidak menelan makanannya langsung, namun meletakkan makanannya di
pipi dan mengemutnya dalam waktu yang lama. Hal ini disebabkan anak memiliki koordinasi otot yang buruk.
13,15-17,19
Beberapa penelitian menunjukkan, akibat diet yang buruk maloklusi dan malposisi banyak terjadi pada anak autis, seperti overjet dan overbite
yang tidak normal, crossbite, openbite dan lainnya.
14,18,35
Peranan orang tua yang terbatas dapat memperburuk masalah kebersihan rongga mulutnya. Mengonsumsi obat-obatan
seperti antikonvulsan untuk pengobatan epilepsi menyebabkan hiperplasia gingiva dan meningkatkan terjadinya perdarahan gingiva pada anak.
36,37
Selain itu, kebiasaan buruk yang dilakukan anak autis menyebabkan dampak yang cukup besar pada keadaaan rongga mulutnya seperti, bruxism, menjulurkan lidah tongue
thrusting, menggigit objek seperti pulpen dan puntung rokok, dan kebiasaan melukai diri sendiri seperti menggigit bibir, lidah, dan pipi.
2,13,14,17-19
Suasana hati abnormal yang dimiliki anak dengan gangguan autistik mempersulit penanganannya pada saat dilakukan
perawatan ke dokter gigi. Anak cenderung menolak dan bersikap agresif terhadap perawatan yang akan dilakukan, hal ini dapat disebabkan lingkungan berbeda, dokter dan
perawat gigi yang belum dikenalnya, bunyi suara bur, melihat alat kedokteran gigi seperti tang gigi, dan lainnya. Penolakan yang ditimbulkannya dapat mengakibatkan luka pada
rongga mulut dan fraktur terutama pada gigi anterior karena membenturkan kepalanya saat mengamuk.
3,17,32
Adanya pola makan dan perilaku membersihkan gigi anak yang buruk, kondisi psikologis anak yang menyebabkan anak cenderung tidak mempedulikan kebersihan gigi
serta sulitnya manajemen anak di perawatan dokter gigi, konsumsi obat-obatan, dan
kebiasaan buruk yang sering dilakukan dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal pada anak autis.
Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi pada periodonsium yang disebabkan oleh bakteri yang terakumulasi dalam plak sehingga terjadi peradangan pada
gingiva.
38,39
Penyakit ini umumnya dibedakan atas gingivitis dan periodontitis. Perbedaannya terletak pada jaringan yang terlibat dalam proses inflamasi. Gingivitis hanya
meliputi jaringan gingiva dan bersifat reversibel sedangkan periodontitis, kerusakan yang terjadi tidak hanya pada jaringan gingiva tapi juga pada ligamen periodontal, sementum dan
tulang alveolarnya. Periodontitis bersifat ireversibel.
40-42
Gingivitis merupakan inflamasi pada jaringan gingiva. Karakteristik gingivitis biasanya terlihat pada warna, kontur, dan konsistensinya yaitu gingiva terlihat berwarna
merah, membengkak, dan mudah berdarah. Pada gingivitis tidak ada migrasi apikal dari sel epitel penyatu maupun kehilangan tulang alveolar.
40,41
Periodontitis merupakan inflamasi gingiva yang lebih parah dengan melibatkan struktur periodontal pendukung. Pada periodontitis terjadi migrasi apikal dari sel epitel
penyatu, kehilangan perlekatan jaringan ikat dan kehilangan tulang alveolar. Sel epitel penyatu yang bergerak ke apikal menyebabkan terbentukanya poket periodontal selanjutnya
plak subgingiva berkembang di daerah tersebut.
40,41
2.3 Indeks Pemeriksaan Klinis Penyakit Periodontal