Aspek pertumbuhan Analisis Data

hand tally counter . Penghitungan fekunditas atau jumlah telur menggunakan metode gabungan Effendie 1979. Pengukuran diameter telur dilakukan pada ikan-ikan contoh yang memiliki tingkat kematangan gonad TKG IV. Diameter telur yang diukur merupakan bagian kecil yang diambil dari subgonad, yaitu bagian posterior, median, dan anterior telur. Telur-telur itu diletakkan di atas gelas objek secara rapi, kemudian diamati sebanyak 50 telur tiap bagiannya dengan mikroskop binokuler berskala mikrometer yang sudah ditera.

3.3.2.3 Pembuatan preparat histologis gonad

Metode pembuatan preparat histologis gonad ikan tetet Johnius belangerii berdasarkan Angka et al. 1990 in Simanjuntak 2010 Lampiran 1.

3.4 Analisis Data

3.4.1 Aspek pertumbuhan

3.4.1.1 Sebaran frekuensi panjang

Hasil pengukuran panjang ikan contoh kemudian dibuat kedalam sebaran frekuensi panjang dengan mengacu pada Walpole 1992. Sebaran frekuensi panjang akan dipergunakan pada setiap parameter. Langkah pertama yang dilakukan dalam membuat sebaran frekuensi panjang, yaitu menentukan wilayah kelas WK. WK merupakan hasil pengurangan dari nilai panjang tertinggi dengan nilai panjang terendah. Langkah kedua menentukan jumlah kelas JK. Nilai JK diperoleh menggunakan rumus : JK = 1 + 3.32 log N, N = jumlah data Langkah ketiga yaitu menghitung lebar kelas L, di mana L merupakan hasil pembagian dari WK dengan JK. Setelah mendapatkan nilai-nilai tersebut yaitu JK, WK, dan L hal yang dilakukan adalah memilih ujung kelas interval menggunakan nilai panjang terendah untuk menentukan kelas pertama. Kelas pertama hingga kelas terakhir diperoleh dari nilai panjang terendah dengan penjumlahan nilai terendah dan lebar kelas dikurangi nilai satuan terkecil nst.

3.4.1.2 Hubungan panjang-berat

Analisis panjang dan berat bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan di alam. Hubungan panjang berat digunakan persamaan eksponensial sebagai berikut Lagler 1972 in Juraida 2004 : W = aL b Keterangan : W : berat total ikan gram L : panjang total ikan mm a dan b : konstanta hasil regresi Untuk mempermudah perhitungan maka persamaan di atas dilogaritmakan sehingga menjadi persamaan linear sebagai berikut : log W = log a + b log L Hubungan panjang berat dapat dilihat dari nilai konstanta b, bila b = 3 maka hubungannya bersifat isometrik pertambahan panjang sebanding dengan pertambahan berat. Bila n ≠ 3 maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik, jika b 3 maka hubungannya bersifat allometrik positif pertambahan berat lebih dominan dari pertambahan panjangnya, sedangkan bila b 3 maka hubungan yang terbentuk bersifat allometrik negatif pertambahan panjang lebih dominan dari pertambahan beratnya. Untuk menentukan bahwa nilai b = 3 atau tidak sama dengan 3, maka digunakan uji-t, dengan rumus Walpole 1993 : T hit = Sb 3 − β hipotesa : Ho : β = 3 pola pertumbuhan isometrik H1 : β ≠ 3 pola pertumbuhan allometrik Keterangan : β = Nilai X variabel dari tabel anova Sb = Simpangan baku Selanjutnya T hit yang didapat akan dibandingkan dengan T tabel pada selang kepercayaan 95. Jika T hit T tabel , maka tolak Ho, dan sebaliknya jika T hit T tabel , maka terima Ho.

3.4.1.3 Faktor kondisi

Menurut Effendi 1997 faktor kondisi dapat ditentukan berdasarkan panjang dan berat ikan contoh. Rumus yang digunakan untuk mengetahui faktor kondisi dibedakan berdasarkan pola pertumbuhan. Apabila ikan memiliki pola pertumbuhan allometrik b≠3, maka rumus yang digunakan adalah : b aL W K = Ikan yang memiliki pola pertumbuhan isometrik b=3, maka rumus yang digunakan adalah : W L K 3 5 10 = Keterangan : K : faktor kondisi L : panjang ikan mm W : berat ikan gram a dan b : konstanta hasil regresi

3.4.2 Aspek Eksploitasi