Rendahnya nilai koefisien tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya fekunditas yang bervariasi pada ukuran yang sama.
Gambar 17. Hubungan fekunditas dengan panjang dan berat ikan tetet Johnius belangerii
di Perairan Gebang.
4.4.4 Diameter telur
Sebaran kelas diameter telur ikan tetet TKG IV berada pada kisaran 0.15- 0.675 mm yang terbagi kedalam 14 kelas ukuran diameter telur. Gambar 16
menunjukan rata-rata diameter telur ikan tetet setiap bulannya. Diameter telur terbesar berada pada bulan September yaitu 0.4050 mm dan diameter telur terkecil
berada pada bulan Mei yaitu 0.3430 mm. Hasil pengamatan berdasarkan Gambar 19 diketahui bahwa frekuensi
terbanyak ukuran diameter telur ikan tetet setiap bulannya berada pada kisaran diameter berukuran 0.350-0.389 mm. Berdasarkan Gambar 19 ikan tetet pada
Perairan Gebang diduga memiliki tipe pemijahan partial spawners karena memiliki modus penyebaran lebih dari satu puncak. Wootton 1990 in Murua 2003
mengatakan bahwa partial spawner adalah ikan yang mengeluarkan seluruh telurnya beberapa kali dalam setiap musim pemijahan. Lama pemijahan dapat diduga dengan
F = 4.246L
1.633
R² = 0.045 5000
10000 15000
20000 25000
30000 35000
50 100
150 200
F e
k u
n d
it as
b u
ti r
Ukuran panjang mm
F = 166.6W + 10968 R² = 0.054
5000 10000
15000 20000
25000 30000
35000
20 40
60 80
F e
k u
n d
it as
b u
ti r
Ukuran berat gram
frekuensi ukuran diameter telur. Menurut Effendi 1997 sebelum terjadi pemijahan, sebagian besar hasil metabolisme ikan tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad
akan semakin membesar dibarengi dengan semakin besarnya ukuran diameter telur.
Gambar 18. Nilai rata-rata diameter telur mm ikan tetet Johnius belangerii pada bulan pengamatan April-September 2009 di Perairan Gebang.
Gambar 19. Sebaran frekuensi diameter telur mm ikan tetet Johnius belangerii TKG IV di Perairan Gebang setiap bulannya.
4.4.5 Pengamatan tingkat kematangan gonad TKG secara histologis
Pengamatan tingkat kematangan gonad ikan tetet betina secara histologis seperti pada Gambar 20, sedangkan tingkat kematangan gonad ikan tetet jantan pada
Lampiran 13.
0.3799 0.3430
0.3790 0.3873
0.3883 0.4050
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5
April Mei
Juni Juli
Agustus September
D iam
e te
r te
lu r
m m
Bulan pengamatan
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
0. 150
-0. 189
0. 190
-0. 229
0. 230
-0. 269
0. 270
-0. 309
0. 310
-0. 349
0. 350
-0. 389
0. 390
-0. 429
0. 430
-0. 469
0. 470
-0. 509
0. 510
-0. 549
0. 550
-0. 589
0. 590
-0. 629
0. 630
-0. 669
0. 670
-0. 709
0. 710
-0. 749
F re
k u
e n
si b
u ti
r
Sebaran kelas diameter telur mm
April Mei
Juni Juli
Agustus September
Tahap I : Awal pertumbuhan Tidak Masak
Secara morfologi ovarium berbentuk memanjang. Ukuran sel telur relatif kecil dan belum terlihat jelas oleh mata telanjang. Secara histologis, ovarium
didominasi oleh oogonium dan dijumpai telah adanya oosit primer hasil dari perkembangan oogonium. Belum dilapisi selaput folikel. Inti sel nukleus terletak
di tengah dan bentuknya bulat serta dikelilingi oleh sitoplasma.
Tahap II : Berkembang Tidak Masak
Secara morfologi, ovarium berwarna merah jambu, pembuluh darah masih belum terlihat jelas. Ovarium berwarna lebih kuning dari pada TKG I. Sel telur
masih belum terlihat jelas oleh mata telanjang. Secara histologis, Ovarium didominasi oleh oosit primer, masih ditemukan oogonium, terlihat adanya lapisan
folikel. Tahap awal terjadinya proses vitellogenesis.
Tahap III : Dewasa Hampir Masak
Secara morfologi, ovarium berwarna merah jambu sampai kekuningan, butir telur sudah dapat dilihat oleh mata telanjang namun diameternya lebih kecil dan
pembuluh darah mulai terlihat. Secara histologis, oogonium dan oosit sekunder masih ditemukan dan oosit sekunder berkembang menjadi oosit. Butir kuning telur
yolk egg dan vakuola minyak terlihat jelas yang menyebar dari sekitar nukleus yang mengarah ke tepi.
Tahap IV : Matang Masak
Secara morfologi, ovarium makin membesar berwarna kuning kemerah- merahan, pembuluh darah jelas, telur terlihat jelas, keadaan telur masak berukuran
besar berwarna terang. Secara histologis, Ovarium didominasi oleh ovum, inti sel terlihat jelas, butir minyak tersebar di sekitar inti sel.
Berdasarkan Gambar 20 pada TKG 3 dapat terlihat bahwa masih terdapat TKG 1 dan 2. Sama halnya dengan TKG 3, pada TKG 4 masih terlihat TKG 2 dan 3.
Perkembangan gonad betina secara histologis pada Gambar 20 terlihat bahwa ikan tetet Johnius belangerii memiliki tipe perkembangan oosit group synchronous.
Group synchronous yaitu semua oosit yang ada di dalam ovarium mengalami
tingkat kematangan yang berbeda Murua 2003. Selain itu berdasarkan hasil pengamatan pada Gambar 19 dan 20 diketahui bahwa, ikan mengeluarkan telur
sebagian partial spawner sewaktu memijah dan akan dikeluakan lagi pada musim pemijahan selanjutnya.
Keterangan : N = Nukleus; Og = Oogonium; Os = oosit; Ot = Ootid; Ov = Ovum; Bm = Butir minyak; Bt = butir kuning telur
Gambar 20. Struktur histologis gonad pada TKG 1, 2, 3, dan 4 ikan tetet Johnius belangerii
betina.
4.5 Perbandingan Laju Eksploitasi dengan Keragaan Reproduksi