Aspek Eksploitasi Waktu dan Lokasi Penelitian Alat dan Bahan

yaitu berat ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Hal ini disertai bentuk dan berat jenis ikan itu tetap selama hidupnya. Hubungan panjang dan berat sangat penting dalam pengkajian perikanan. Hubungan panjang-berat ikan menggambarkan secara matematika korelasi antara panjang dan berat, berguna dalam mengubah panjang pengamatan kedalam perkiraan berat untuk memberikan ukuran biomassa Froese, 1998 in Hosseini et al. 2009. Perhitungan panjang dan berat yang berhubungan dengan data umur dapat memberikan informasi mengenai komposisi stok, umur kematangan, waktu hidup, mortalitas, pertumbuhan dan produksi Beyer 1987: Bolger and Connoly 1989; King 1996a, b; Diaz et al. 2000 in Hosseini et al. 2009.

2.2.2 Faktor kondisi

Faktor kondisi biasa digunakan untuk menentukan kecocokan lingkungan dan membandingkan berbagai tempat biota hidup Lagler 1972 in Juraida 2004. Variasi faktor kondisi dipengaruhi oleh kepadatan populasi, tingkat kematangan gonad TKG, makanan, jenis kelamin, dan umur. Selain sebagai indikator pertumbuhan, faktor kondisi juga dapat menentukan kecocokan lingkungan serta membandingkan berbagai tempat hidup. Nilai faktor kondisi biota betina lebih besar dari biota jantan. Hal ini menunjukkan bahwa biota betina memiliki kondisi yang baik dengan mengisi sel kelamin cell sex untuk proses reproduksinya dibandingkan dengan biota jantan Effendie 1979.

2.3 Aspek Eksploitasi

Luas wilayah laut Indonesia adalah 5,8 juta km 2 dengan maximum sustainable yield MSY sebesar 6,4 juta tontahun dan total tangkapan yang diperbolehkan total allowable catchTAC adalah 5,12 juta tontahun 80 dari MSY. Sumberdaya perikanan laut bersifat terbatas dalam pemanfaatannya, yang berarti manusia tidak boleh dibiarkan untuk memanfaatkannya dan menyalahgunakan pemanfaatan itu dengan semena-mena. Eksploitasi dengan skala besar menyebabkan perubahan struktur populasi ikan. Nelayan cenderung menangkap ikan yang berukuran besar dari pada ikan yang berukuran kecil. Konsekuensinya, populasi didominasi oleh ikan dengan ukuran kecil dengan pertumbuhan yang lebih cepat dan kematangan gonad yang lebih awal. Sebagian besar ciri variasi sejarah hidup yang didasarkan pertumbuhan, umur saat matang gonad, ukuran keturunan dan fekunditas berkorelasi dengan ukuran tubuh Stevens et al . 2000 in Simanjuntak 2010.

2.4 Aspek Reproduksi

2.4.1 Tingkat kematangan gonad TKG

Tingkat kematangan gonad adalah tahapan perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Pengamatan tingkat kematangan gonad dilakukan dengan cara histologis dan morfologi. Anatomi perkembangan gonad dapat terlihat lebih jelas dan akurat dengan menggunakan pengamatan secara histologis sedangkan dengan cara morfologi tidak terlihat lebih jelas. Namun cara morfologi banyak dan mudah dilakukan dengan dasar mengamati morfologi gonad antara lain ukuran panjang gonad, bentuk gonad, berat gonad, dan perkembangan isi gonad Effendie 1997. Tabel 1 menunjukkan TKG pada ikan betina Johnius dussumieri menurut Devados 1969 in Effendi 1997. Tabel 1. Tingkat kematangan gonad TKG ikan betina Johnius dussumieri menurut Devados 1969 in Effendi 1997. TKG ikan betina Otolithus ruber dan Johnius dussumieri menurut Devados 1969 Tingkat Deskripsi I Tidak Masak . Ovarium berwarna pucat keruh, memanjang sampai sepertiga panjang rongga perut, telur tidak dapat terlihat oleh mata, keadaan telur kecil, tidak berkuning telur, transparan dengan inti yang jelas. II Tidak masak. Ovarium berwarna merah anggur, mengisi 13 – ½ rongga perut: Gonad tidak simetri, telur tidak dapat dilihat oleh mata. Keadaan telur. Pembentukan kuning telur baru disekitar inti. III Hampir masak . Ovarium berwarna merah jambu sampai kuning, berbutir-butir, memanjang sampai ½ – 23 dalam rongga tubuh. Keadaan telur. Kecil, warna tidak terang, inti sebagian atau seluruhnya terbenam dalam kuning telur. IV Hampir masak. Ovarium berwarna putihsusu sampai kuning, pembuluh darah terlihat di bagian atasnya, memanjang sampai 23 bagian dari rongga perut, telur mudah terlihat. Keadaan telur. Telur dalam ukuran sedang dengan warna tidak terang, belum bebas dari sel-sel folikel. V Masak. Ovarium berwarna kuning kemmerah-merahan, pembuluh darah jelas, panjangnya sampai ¾ – 43 rongga perut. Telur jelas terlihat. Keadaan telur. telur masak berukuran besar dan berwarna tidak terang, bebas dari folikel. VI Masak betul. Ovarium kemerah-merahan seperti kue puding. Mengisi seluruh rongga perut, telur terlihat dari dinding ovari. Keadaan telur. Telur masak berukuran besar transparan, kuning telur berisi gelembung minyak. VII Salin. Ovarium mengkerut sebagai hasil pemijahan. Ukuran panjang ikan saat pertama kali matang gonad berhubungan dengan pertumbuhan ikan dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya terutama ketersediaan makanan, oleh karena itu ukuran ikan pada saat pertama kali matang gonad tidak selalu sama Effendie, 1997. Perkembangan gonad dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor lingkungan dan hormon Affandi dan Tang 2000. Adanya kecenderungan semakin tinggi TKG maka kisaran panjang dan berat tubuh semakin tinggi. Selain itu dijumpai pula ikan dengan ukuran kisaran panjang dan berat yang sama tidak mempunyai TKG yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan dimana ikan tersebut hidup, ada tidaknya ketersediaan makanan, suhu, salinitas dan kecepatan pertumbuhan ikan itu sendiri Syandri H 1996 in Yusnita Arnentis 2002. Marza 1938; Wallace and Selman 1981 in Murua 2003 membagi tiga tipe perkembangan oosit, yaitu : a. Synchronous, yaitu semua oosit yang ada berkembang dan mengalami ovulasi pada saat yang bersamaan. b. Group-synchronos, yaitu ovarium memiliki dua kelompok oosit dengan tingkat kematangan yang berbeda. Kelompok yang pertama dikeluarkan pada saat musim pemijahan pertama kali. Sedangkan kelompok yang kedua akan dikeluarkan pada musim pemijahan yang selanjutnya. c. Asynchronous, yaitu ovarium yang mengandung oosit yang memiliki tingkat kematangan yang berbeda dan proses oogenesis berlangsung setiap saat. Informasi mengenai tingkat kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan yang matang gonad dengan ikan yang belum matang gonad dari stok ikan di perairan, selain itu dapat mengetahui waktu pemijahan, lama pemijahan dalam setahun, frekuensi pemijahan dan umur atau ukuran ikan pertama kali matang gonad Effendie 1979. Tingkat kematangan gonad dapat memberikan informasi dan keterangan mengenai ikan akan memijah, baru memijah atau telah selesai memijah.

2.4.2 Indeks kematangan gonad IKG

Indeks kematangan gonad atau bisa juga disebut “maturity” atau “Gonado Somatic Index ” merupakan perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh yang nilainya dinyatakan dalam persen. Pertambahan berat gonad akan semakin bertambah dengan bertambahnya ukuran gonad dan diameter telur. Berat gonad akan mencapai maksimum sesaat sebelum ikan memijah, kemudian menurun dengan cepat selama pemijahan berlangsung hingga selesai Effendie, 1997. Perubahan IKG erat kaitannya dengan tahap perkembangan telur. Umumnya gonad akan semakin bertambah berat dengan bertambahnya ukuran gonad dan diameter telur. Pada ikan betina nilai IKG lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan. Berat gonad mencapai maksimum sesaat sebelum ikan akan memijah dan nilai IKG akan mencapai maksimum pada kondisi tersebut Effendie 1997. Hubungan antara indeks kematangan gonad IKG telah dilakukan seperti yang telah dilaporkan pada Gordon et al. tahun 1995 dengan tujuan menyoroti ukuran matang gonad dalam populasi DOnghia G. et al. 1999.

2.4.3 Fekunditas dan diameter telur

Fekunditas merupakan jumlah telur yang dikeluarkan ikan pada saat memijah. Perubahan fekunditas juga dipengaruhi ketersediaan makanan. Fekunditas mempunyai hubungan dengan umur, panjang atau bobot individu, dan spesies ikan. Pada umumnya individu yang pertumbuhannya cepat fekunditasnya juga lebih tinggi dibandingkan yang lambat pertumbuhannya pada ukuran yang sama Effendie 1997. Perkembangan diameter telur pada oosit teleostei umumnya dikarenakan terjadinya akumulasi kuning telur selama proses vitelogenesis yang menyebabkan telur berkembang menjadi besar Utiah 2006. Sebelum terjadi pemijahan sebagian besar hasil metabolisme ikan dimanfaatkan bagi keperluan perkembangan gonad dan gonadnya akan semakin besar baik ukuran maupun diameter telurnya. Semakin meningkat tingkat kematangan gonad maka diameter telur yang ada di dalam ovarium semakin besar pula. Diameter telur akan semakin besar pada waktu mendekati pemijahan yang seiring dengan meningkatnya TKG dan mencapai maksimum, setelah itu cenderung menurun Solihatin 2007. Lagler et al. 1962 in Haryono 2006 menyatakan bahwa jumlah telur yang diproduksi oleh induk betina sangat dipengaruhi oleh umur induk, ukuran, kondisi dan jenis ikannya, serta pola pemijahannya dispersal atau dierami. Kebanyakan ikan tropis bertelurmemijah pada saat musim hujan karena terjadi stimulus faktor lingkungan di antaranya suhu, perubahan kimia air, dan aliran air flooding Bye 1984 in Haryono 2006. Fekunditas relatif ikan tetet pada daerah Pantai Mayangan yaitu 1.817 butirgram bobot tubuh. Fekunditas relatif semakin menurun dengan semakin berat bobot ikan Rahardjo Simanjuntak 2007. Mayer et al. 1990 in Rahardjo Simanjutak 2007 menyatakan bahwa fekunditas relatif cenderung lebih banyak pada ukuran ikan yang lebih besar lebih tua seperti ikan bass, Dicentrarchus labrax . Sebaliknya tidak menemukan hubungan yang signifikan antara fekunditas relatif dengan ukuran pada ikan blackspot snapper, Lutjanus fulviflamma menurut Kamuruku Myaga 2004 in Rahardjo Simanjuntak 2007. III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PPI Gebang Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat yang dimulai dari tanggal 1 April hingga tanggal 31 September 2009 dan pada tanggal 19 Juli 2010. Pengambilan ikan contoh dilakukan setiap hari sebanyak 1-5 ekor ikan tetet Johnius belangerii. Ikan contoh yang telah diambil kemudian dianalisis di Laboratorium Ekobiologi Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan selama penelitian disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Alat, bahan, dan kegunaan dalam penelitian Jenis Kegunaan

A. Alat

1. Jaring Rampus dengan mesh size 1,75 Untuk menangkap ikan 2. Penggaris Mengukur panjang total ikan 3. Timbangan kue ketelitian 1 gram Menimbang bobot ikan 3. Timbangan digital ketelitian 0.01 gram Menimbang ikan dan bobot gonad 4. Mikroskop dan mikrometer okuler serta objektif Untuk mengukur diameter telur 5. Alat bedah Membedah ikan 6. Cawan petri Tempat menganalisis gonad ikan 7. Botol film dan plastik Wadah untuk mengawetkan gonad ikan 8. Hand tally counter Untuk menghitung jumlah telur

B. Bahan

1. Ikan Tetet Johnius belangerii Objek penelitian 2. Larutan formalin 10 dan 4 Mengawetkan ikan dan gonad ikan

3.3 Metode Kerja