Gambar 8. Sebaran frekuensi ukuran berat gram ikan tetet Johnius belangerii pada bulan pengamatan April-September 2009 di Perairan Gebang.
Informasi mengenai kisaran berat ikan tetet didua lokasi yang berbeda berdasarkan Tabel 5. Hasil penelitian Juraida 2004 berat ikan tetet berkisar pada
2.89-161.00 gram. Sedangkan pada perairan Gebang berada pada kisaran 0.88-63.73 gram. Berdasarkan hasil pengamatan diduga bahwa ikan-ikan di Pantai Mayangan
memiliki berat tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan ikan di Perairan Gebang. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang baik untuk
pertumbuhan ikan tersebut.
Tabel 5. Hasil pengamatan ukuran berat gram ikan tetet pada berbagai lokasi.
Lokasi Jenis
Bulan Pengamatan
Alat tangkap Kisaran ukuran
panjang yang ditemukan mm
Mayangan Juraida 2004
Johnius belangerii November-
April Jaring Insang
1.5;2.0:3.0 inci 2.89-161.00
Gebang 2010
Johnius belangerii April-
September Jaring Rampus
1.5-1.75 inci 7.45-63.73
4.2.2 Hubungan panjang-berat
Hubungan panjang-berat merupakan nilai praktis yang memungkinkan merubah nilai panjang ke dalam nilai berat atau sebaliknya. Berat ikan dapat
dinyatakan sebagai fungsi panjangnya, dimana hubungan panjang–berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu berat ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Hal
ini disertai bentuk dan berat jenis ikan itu tetap selama hidupnya Effendi 1997.
12 107
73 171
245
35 21
7 3
50 100
150 200
250 300
F re
k u
e n
si e
k o
r
Selang Kelas Ukuran Berat gram
n = 674
Gambar 9. Hubungan panjang berat ikan tetet Johnius belangerii di Perairan Gebang pada bulan pengamatan April-September.
Hubungan panjang berat ikan tetet pada Perairan Gebang mengikuti persamaan W = 1x10
-7
L
3.858
dengan nilai R
2
= 59.40 Gambar 9. Berdasarkan persamaan tersebut didapatkan nilai b yaitu 3.858 yang menunjukan bahwa tipe
pertumbuhan ikan tetet yaitu allometrik positif. Tipe pertumbuhan tersebut mengartikan bahwa laju pertumbuhan berat ikan tetet di Perairan Gebang lebih besar
dari pada laju pertumbuhan panjangnya. Hasil ini diperkuat melalui uji t dengan selang kepercayaan 95 terhadap nilai b. Hipotesis yang digunakan yaitu, Ho : Pola
pertumbuhan isometrik bila b=3, dan H
1
: Pola pertumbuhan allometrik bila b≠3, bila nilai t hitung lebih besar daripada nilai t tabel tolak Ho dan bila nilai t hitung
maka terima Ho. Dan diperoleh nilai t hitung 6.983 lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel 1.963, dapat disimpulkan bahwa pola pertumbuhan ikan tetet
Johnius belangerii di Perairan Gebang yaitu allometrik positif, dimana pertumbuhan berat lebih dominan dibandingkan dengan pertumbuhan panjangnya.
4.2.3 Faktor Kondisi
Faktor kondisi merupakan salah satu derivat penting dari pertumbuhan yang menunjukan keadaan baik dari ikan dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival
dan reproduksi. Nilai faktor kondisi ikan tetet pada bulan pengamatan April- September di Perairan Gebang berada pada kisaran 0.4501-2.1151. Rata-rata nilai
faktor kondisi ikan tiap bulannya berada pada 1.2236-1.3238 Gambar 10.
W= 1E-07L
3.858
R² = 0.594
10 20
30 40
50 60
70
50 100
150 200
B e
rat g
ram
Panjang mm
Gambar 10. Nilai faktor kondisi ikan tetet Johnius belangerii betina pada bulan pengamatan April-September di Perairan Gebang.
Nilai faktor kondisi terbesar terdapat pada bulan Juni yaitu sebesar 1.3238. Perbedaan nilai faktor kondisi tiap bulannya dapat menggambarkan faktor
lingkungan mempengaruhi pertumbuhan ikan. Variasi faktor kondisi ini dipengaruhi adanya kepadatan populasi, tingkat kematangan gonad, ketersediaan makanan, jenis
kelamin, dan umur Effendi 1979. Faktor kondisi digunakan untuk menentukan kecocokan lingkungan dan membandingkan berbagai tempat hidup ikan. Nilai faktor
kondisi dari bulan April-September relatif sama, sehingga dapat diduga bahwa lingkungan Perairan Gebang tidak memberikan perubahan kondisi ikan pada setiap
bulannya. Faktor kondisi ikan tetet betina di Perairan Gebang berada pada kisaran nilai
0.4501-2.1151. Nilai faktor kondisi tertinggi dan terendah berada pada bulan April, yaitu nilai terendah 0.4501 dan nilai tertinggi 2.1151. Nilai rata-rata faktor kondisi
ikan tetet betina dengan nilai tertinggi terdapat pada selang kelas 149-155 mm sebesar 1.3166±0.2584. Sedangkan nilai rata-rata faktor kondisi dengan nilai
terendah terdapat pada selang kelas 114-120 mm sebesar 0.8523±0.2107 terlihat pada Gambar 11. Pada Gambar 11 bahwa semakin besar ukuran panjang ikan
terlihat nilai faktor kondisinya akan semakin besar. Hal ini diduga bahwa sumber energi untuk pertumbuhan dan perkembangan gonad seimbang.
1.2236 1.2513
1.3238 1.2884
1.2802 1.2546
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00
April Mei
Juni Juli
Agustus September
F ak
to r
k o
n d
is i
Bulan pengamatan
n = 674
Gambar 11. Nilai faktor kondisi ikan tetet Johnius belangerii betina berdasarkan selang kelas panjang.
Tabel 6 memperlihatkan hubungan antara faktor kondisi rata-rata dengan tingkat kematangan gonad TKG. Pada tabel tersebut terlihat bahwa nilai faktor
kondisi menurun seiring dengan meningkatnya kematangan gonad sampai pada TKG III, yang kemudian meningkat pada TKG IV. Hal ini menunjukan bahwa
sebagian sumber energi yang digunakan pada untuk perkembangan sel-sel reproduksi. Menurut Rahardjo dan Simanjuntak 2008, proses pembentukan sel
reproduksi mencapai puncaknya pada TKG IV dimana ukuran gonad yang terbesar sudah dicapai sehingga meningkatkan bobot tubuh secara keseluruhan. Pada Tabel 6
terlihat bahwa nilai faktor kondisi terbesar berada pada TKG IV.
Tabel 6. Hubungan faktor kondisi dengan tingkat kematangan gonad ikan tetet Johnius belangerii betina.
TKG Jumlah
Kisaran Faktor Kondisi
Rata-rata Sb
I 8
1.0698-1.6033 1.3199
0.184435 II
38 0.6057-1.8714
1.2027 0.234507
III 214
0.6057-1.9246 1.2240
0.245709 IV
407 0.4501-2.1151
1.2986 0.246567
667 0.4501-2.1151
Sb : Simpangan baku 0.8523
0.9871 1.2295
1.2935 1.3166
1.2740 1.1686
1.1316 1.2824
1.2691
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
1.4 1.6
1.8
F ak
to r
k o
n d
is i
Selang kelas ukuran panjang mm
4.3 Aspek Eksploitasi