Selanjutnya T
hit
yang didapat akan dibandingkan dengan T
tabel
pada selang kepercayaan 95. Jika T
hit
T
tabel ,
maka tolak Ho, dan sebaliknya jika T
hit
T
tabel ,
maka terima Ho.
3.4.1.3 Faktor kondisi
Menurut Effendi 1997 faktor kondisi dapat ditentukan berdasarkan panjang dan berat ikan contoh. Rumus yang digunakan untuk mengetahui faktor kondisi
dibedakan berdasarkan pola pertumbuhan.
Apabila ikan memiliki pola pertumbuhan allometrik b≠3, maka rumus yang digunakan adalah :
b
aL W
K =
Ikan yang memiliki pola pertumbuhan isometrik b=3, maka rumus yang digunakan adalah :
W L
K
3 5
10 =
Keterangan : K
: faktor kondisi L
: panjang ikan mm W
: berat ikan gram a dan b
: konstanta hasil regresi
3.4.2 Aspek Eksploitasi
Parameter pendugaan untuk mendapatkan nilai panjang maksimum L
inf
dan koefisien pertumbuhan menggunakan perhitungan yang dilakukan dengan bantuan
program FISAT FAO-ICLARM Stock Assesment Tools II versi 1.2.2. Penentuan laju eksploitasi E berdasarkan data ukuran panjang ikan yang dicatat di lapangan
setiap pengambilan contoh ikan. parameter-parameter laju mortalitas yang meliputi laju mortalitas total Z digunakan model Beverton dan Holt berbasis data panjang
dengan model sebagai berikut :
L-L L
- L
∞ =
K Z
Keterangan : K
: koefisien pertumbuhan per tahun L∞
: panjang asimtotik mm L
panjang rata-rata ikan yang tertangkap mm L’
: batas bawah dari interval kelas panjang yang memiliki tangkapan terbanyak mm
Z : laju mortalitas total pertahun
Selajutnya laju mortalitas alami M digunakan rumus empiris Pauly yaitu : T
0,4634log K
0,6543log 0,279logL
- -0,0066
M log
+ +
∞ =
Keterangan : M
: laju mortalitas alami per tahun L∞
: panjang asimtotik K
: koefisien pertumbuhan per tahun T
: suhu rata-rata perairan C
Setelah laju mortalitas total Z dan laju mortalitas alami M diketahui maka laju mortalitas penangkapan dapat ditentukan melalui rumus :
M Z
F −
= Selanjutnya Pauly 1984 menyatakan laju eksploitasi dapat ditentukan dengan
membandingkan laju mortalitas penangkapan F dengan laju mortalitas total Z Z
F E
= Keterangan :
F : laju mortalitas penangkapan per tahun
Z : laju mortalitas total per tahun
M : laju mortalitas alami per tahun
E : tingkat eksploitasi
3.4.3 Aspek reproduksi
3.4.3.1 Ukuran pertama kali matang gonad
Penentuan tingkat kematangan gonad TKG dilakukan terhadap semua ikan contoh yang diambil. Sementara untuk menduga ukuran pertama kali ikan matang
gonad berdasarkan selang kelas dimana terdapat ikan yang memiliki tingkat kematangan gonad yang matang yakni gonad TKG IV dengan menggunakan rumus,
Rumus Spareman Karber : log
= + − ∑ ; Ragam =
∑
×
; ±
∝
Keterangan: Xi
= log nilai tengah pada saat ikan matang gonad X
= selisih log nilai tengah kelas Pi
= Nb Ni Nb
= jumlah ikan matang gonad pada kelas ke-i Ni
= jumlah ikan pada kelas ke-i Qi
= 1 – Pi
3.4.3.2 Indeks kematangan gonad IKG
Indeks kematangan gonad IKG atau sering disebut juga Gonadosomatic index
GSI yang diukur dengan membandingkan berat gonad dengan berat tubuh ikan Mahmoud 2009 :
100 x
BT BG
GSI IKG
= Keterangan :
BG : berat gonad gram
BT : berat tubuh gram
3.4.3.3 Fekunditas
Fekunditas ditentukan dengan metode campuran gravimetri dan volumetri dengan menggunakan rumus Effendie 1979 :
F =
Q GxVxf
Keterangan : F
: fekunditas total butir G
: berat gonad total gram V
: volume pengenceran ml f
: fekunditas dari subgonad butirml Q
: berat subgonad gram Selanjutnya Effendie 1997 menyatakan hubungan fekunditas dengan panjang
dan bobot melalui persamaan berikut : Hubungan fekunditas dengan panjang total :
F = m L
n
atau log F = log m + n log L
Hubungan fekunditas dengan bobot tubuh :
F = g + hW Keterangan :
F : fekunditas butir
L : panjang total ikan mm
W : berat tubuh ikan gram
m, n, g, h : konstanta hasil regresi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan umum lokasi penelitian