Kebebasan Pers Landasan Teoritis

commit to user

5. Kebebasan Pers

Shoemaker 1996 dalam bukunya Mediating The Message berpendapat tentang pemerintahan dalam sebuah negara sedikit banyak memiliki pengaruh terhadap pers dalam negaranya. There is little doubt that governments of all countries exert control over the mass media. In countries where the media are largely privately owned, controls are exerted through laws, regulations, licenses, and taxes. In countries where the media are primarily government-owned, government control is exerted through media financing. A study by the Freedom House shows that although 107 government adopted democratic reforms in 1993, “the personal freedom of nearly a billion citizens decreased.” Terdapat keraguan yang kecil bahwa pemerintahan pada semua negara menggunakan kontrol terhadap media massa. Pada negara-negara dimana media dimiliki oleh swasta, kontrol dari pemerintahan ditekankan melalui hukum, regulasi-regulasi, surat-surat ijin dan pajak. Pada negara-negara dimana media dimiliki oleh pemerintahan, kontrol dari pemerintah digunakan melalui finansial media. sebuah penelitian oleh Freedom House memperlihatkan meskipun 107 pemerintah menganut reformasi demokrasi pada tahun 1993, kebebasan individu pada jutaan rakyat berkurang. Pamela J Shoemaker, 1996: 199 Dari kutipan diatas dapat dilihat bahwa masih terdapat banyak pengekangan oleh pemerintah terhadap kebebasan pers sebuah media melalui berbagai modus. Selanjutnya, meskipun sudah terdapat kebebasan pers dalam sebuah negara, kejahatan terhadap kebebasan pers seringkali masih ditemukan. Hal ini sejalan dengan fakta mengejutkan yang ditemukan Sussman yang dilansir oleh Shoemaker. Dalam buku tersebut, Sussman menjelaskan tentang penemuan 1060 kasus mengenai kekerasan dalam kebebasan pers dalam 101 negara. Kekerasan-kekerasan pada kebebasan pers tersebut dapat berupa penahanan terhadap wartawan hingga pembunuhan. commit to user Kebebasan pers pada pemerintahan Amerika Serikat sendiri secara resmi berlaku ketika dideklarasikannya Amandemen Kebebasan. Congress shall make no law respecting an establishment of religion, or prohibiting the free exercise thereof; or abridging the freedom of speech, or of the press;or the right of the people peacebly to assemble, and to petition the Government for a redress of grievances. Dewan Perwakilan Rakyat tidak diperbolehkan membuat undang-undang menghargai sebuah pembangunan dari agama, atau melarang kebebasan penggunaannya; atau penyingkatan terhadap kebebasan bicara, atau terhadap pers; atau hak manusia untuk membentuk dan atau memohon pemerintah untuk sebuah keluhan. Sebuah kebebasan pers telah lama dijunjung pada masyarakat Amerika Serikat dengan adanya amandemen kebebasan tersebut. Di Indonesia sendiri, walaupun pada saat kabinet indonesia bersatu berkuasa ditemukan adanya euforia kebebasan pers akan tetapi pengekangan kebebasan pers masih terjadi pada masa orde baru berkuasa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kontrol media oleh pemerintah. Pemerintah menggunakan media untuk mempromosikan kebijakan- kebijakan pemerintah dan program-program pemerintahan. Pawito, dalam desertasinya yang berjudul Mass Media and Democracy: A study of the Roles of The Mass Media In The Indonesian Transition Period 1997-1998, merumuskan setidaknya ditemukan 4 modus kontrol pemerintah terhadap media. 1. The government used licensing and other legal codes. Hal ini dapat dilihat pada tahun 1966, semua media penerbit, harus mempunyai Surat Ijin terbit SIT. Pada tahun 1982 dan 1987, undang- undang ini direvisi dengan mengganti SIT menjadi SIUPP Surat Ijin Usaha Penerbitan Press. commit to user 2. Government control over the mass media often occured in less formal terms. In this respect, various patterns developed. For example, a patronclient relationship between government officers and newspeople media owners, editors, and reporters was established. Dalam kasus ini, pada beberapa kesempatan, pemerintah memberikan wartawan sejumlah uang lebih dikenal sebagai uang amplop atau uang bensin 3. Budaya telepon was another prominent mechanism of government control over the mass media. Dalam hal ini, pemerintah melakukan panggilan telepon terhadap wartawan, sebagai contoh bagaimana menulis isu-isu tertentu, dan memerintahkan mereka untuk tidak menuliskan aspek-aspek tertentu. Wartawan diharuskan untuk tidak memberitakan mengenai isu-isu negatif, seperti konflik elit politik, korupsi pemerintah, dan kekerasan yang dilakukan oleh pihak pemerintah. Pelanggaran terhadapnya akan dikenakan sangsi pembreidelan. 4. Another mechanism of government control over the mass media was exercised by means of media ownersip. Keluarga atau kroni dari pemerintahan secara legal masuk kedalam industri media dengan mempuyai kepemilikan terhadap media tersebut. Sebagai contoh Harmoko menteri penerangan, mengontrol Pos Kota Group, Siti Hardiyanti putri tertua Soeharto mengontrol Wanita Indonesia. Pawito, 2002: 99-102. commit to user Berbagai modus yang disebutkan oleh Pawito tersebut merupakan bentuk dari intervensi pemerintah terhadap pemberitaan media. Pemberitaan media pada saat itu menjadi tidak idependen dan selalu dipaksa untuk pro dengan kebijakan pemerintah. Berbagai pemberitaan yang bersifat negatif, disortir sedemikian rupa hingga image pemerintahan yang sempurna tanpa cela selalu dilihat oleh masyarakat.

6. Halaman Muka

Dokumen yang terkait

ANALISIS ISI TEMA LAPORAN UTAMA PADA MAJALAH TEMPO ( Studi Analisis Isi Tema-Tema Laporan Utama Majalah Tempo Periode Januari 2011 – Juni 2011 ).

0 2 71

ANALISIS ISI TEMA LAPORAN UTAMA PADA MAJALAH TEMPO (Studi Analisis Isi Tema - Tema Laporan Utama Majalah Tempo Periode Juli 2010 – Desember 2010).

0 2 91

Pemaknaan karikatur “Artalyta Suryani” Pada Cover Majalah Tempo (Studi semiotik Terhadap Cover Majalah Tempo Edisi Januari 2010). SKRIPSI.

2 9 79

REPRESENTASI SIKAP NEGATIF JAKSA AGUNG HENDARMAN PADA ILUSTRASI COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Terhadap Representasi Sikap Negatif Jaksa Agung Pada Ilustrasi Cover Majalah Tempo edisi 2-8 Agustus 2010).

2 6 88

Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Redenominasi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 9 – 15 Agustus 2010).

2 4 79

ANALISIS ISI TEMA LAPORAN UTAMA PADA MAJALAH TEMPO ( Studi Analisis Isi Tema-Tema Laporan Utama Majalah Tempo Periode Januari 2011 – Juni 2011 )

0 0 17

Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Redenominasi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 9 – 15 Agustus 2010).

0 1 19

REPRESENTASI SIKAP NEGATIF JAKSA AGUNG HENDARMAN PADA ILUSTRASI COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Terhadap Representasi Sikap Negatif Jaksa Agung Pada Ilustrasi Cover Majalah Tempo edisi 2-8 Agustus 2010)

0 0 21

KATA PENGANTAR - Pemaknaan karikatur “Artalyta Suryani” Pada Cover Majalah Tempo (Studi semiotik Terhadap Cover Majalah Tempo Edisi Januari 2010). SKRIPSI

0 0 17

ANALISIS ISI TEMA LAPORAN UTAMA PADA MAJALAH TEMPO (Studi Analisis Isi Tema - Tema Laporan Utama Majalah Tempo Periode Juli 2010 – Desember 2010)

0 0 25