commit to user
Berbagai modus yang disebutkan oleh Pawito tersebut merupakan bentuk dari intervensi pemerintah terhadap pemberitaan media. Pemberitaan media pada
saat itu menjadi tidak idependen dan selalu dipaksa untuk pro dengan kebijakan pemerintah. Berbagai pemberitaan yang bersifat negatif, disortir sedemikian rupa
hingga image pemerintahan yang sempurna tanpa cela selalu dilihat oleh masyarakat.
6. Halaman Muka
John Morris mendiskripsikan hubungan halaman muka dengan majalah itu sendiri dalam bukunya Magazine Editing:
A magazine’s cover is its most prominent and useful selling tool. Many otherwise excellent publications are damaged by their
editors’s apparent in ability to arrive at suitable cover style. On the other hand good covers alone will not, in the long term, save an
inadequate magazine. Finding a suitable cover style and sticking with it is made no easier by the undoubted fact that your covers are
something upon which everyone will have an opinion, from the person who comes in to mend the photocopier to your managing
director. Most of the opinions have regrettably little to do with reality. Halaman muka majalah adalah bagian yang paling
menonjol dan alat penjualan yang paling berguna. Banyak penerbit bagus dihancurkan oleh ketidakmampuan editor dalam
menemukan gaya cover yang cocok bagi majalahnya. Disisi lain, untuk waktu yang lama halaman muka saja tidak akan
menyelamatkan sebuah majalah. Tidak mudah menemukan sebuah gaya halaman muka yang cocok dan tetap menggunakannya. Hal
ini disebabkan oleh fakta yang tidak dapat dibantah bahwa halaman muka adalah sebuah bagian dimana khalayak akan
berpendapat terhadap majalah tersebut, dari oknum yang bertanggungjawab pada bagian fotocopy hingga managing
director. Banyak dari opini-opini tersebut sedikit menyayangkan terhadap ralitas. John Morris,1996:166
commit to user
Morris berpendapat akan arti penting sebuah halaman muka bagi kelangsungan hidup sebuah majalah. Bagi majalah yang sadar akan arti
pentingnya, sebuah halaman muka akan dikemas sedemikian rupa hingga cocok dengan gaya dari majlaah tersebut. Gaya yang khas inilah yang nantinya akan
mempengaruhi minat beli khalayak yang menjadi tulang punggung kehidupan dari mejalah tersebut.
Selanjunya, hasil penelitian Comag, Market research into Magazine Covers pada tahun 1990 mengenai halaman muka yang mampu mempengaruhi
pembeli menemukan bahwa setidaknya terdapat beberapa fakta tentang halaman muka agar mampu menarik perhatian pembaca.
1. The cover picture must be clear and not crowded. Gambar
halaman muka haruslah jelas dan tidak ramai 2.
Men expect the cover picture to have something to do with the content, but woman don’t. Pria menginginkan gambar pada
halaman muka memiliki hubungan dengan isi yang terkandung dalam sebuah majalah, sedangkan wanita memiliki
kecenderungan berbeda 3.
The cover subject should fill the frame and preferably be in the middle. Subjek dari halaman muka hendaklah memenuhi frame
dan disukai bila berada di tengah 4.
Models must ‘reflect the right image for the title’ and ‘their body language is vital’. Model harus merefleksikan gambar
commit to user
yang tepat untuk judulnya, dan bahasa tubuh menjadi sangat penting
5. Bright colours are preferalbe to dingy ones, but really there
should only be three, preferably black, white and red. Warna yang cerah lebih disukai jika dibandingkan dengan warna yang
suram, tetapi sebenarnya terdapat tiga yang disukai, hitam, putih dan merah
6. People don’t like gifts obscuring the cover, but they will buy
magazines that do this because they want the gifts. Khalayak tidak menyukai jika hadiah mengaburkan halaman muka, akan
tetapi mereka akan membeli majalahnya karena mereka menginginkan hadiah itu. Comag, 1990
Dari hasil penelitian Comag tersebut diatas, sekiranya dapat disimpulkan bahwa halaman muka memang membutuhkan perhatian khusus sehingga dapat
menjalankan fungsi-fungsinya. Halaman muka majalah Tempo sendiri, sejauh pengamatan penulis pernah menggunakan fotografi dan ilustrasi dalam
pengemasan halaman mukanya. Fotografi sendiri menurut Fred S. Parish dalam bukunya Photojurnalism: An Introduction mendiskripsikan:
Photography from the Greek pbos, meaning “light” and “graphein”, meaning “writing”...
Photography stops time and allow people to see what they did not witness in person. George Santayana made the point in a 1912
speech to The Harvard Camera Club: photography is...helpfull to every intelligent man because it enables him to see much that from
his station in space and time, is naturally invisible. Fotografi
commit to user
berasal dari bahasa Yunani yang berarti “light” dan “graphein” yang berarti tulisan...
Fotografi menghentikan waktu dan memungkinkan orang untuk melihat apa yang tidak mereka lihat secara pribadi. George
Santayana membuat pernyataan pada pidatonya tahun 1912 kepada The Harvard Camera Club: fotografi...sangat membantu
setiap orang-orang rajin karena ini memungkinkan dia untuk melihat banyak yang biasanya tidak dapat ia lihat baik secara
ruang dan waktu.Fred S. Parrish, 2002: 2
Secara garis besar, kutipan diatas mendiskripsikan fotografi sebagai sesuatu yang dapat memberikan penglihatan kepada seseorang yang tidak dapat
menyaksikan kejadiannya secara langsung. Fotografi sendiri merupakan sebuah gambaran realitas dari kejadian yang sudah terjadi. Selanjutnya, halaman muka
majalah Tempo yang menggunakan gaya ilustrasi karikatur memang mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi khalayak. Dalam bukunya Magazine Editing,
John Morris menyebutkan pendapatnya mengenai gaya ilustrasi yang digunakan dalam desain sebuah majalah.
Illustration can provide a welcome change of pace and mood. The problem is that illustration is not neutral: however hard or
combative the artist might try to make them, illustration invariably have a more ‘subjective’ air than photographs. They label a piece
as a feature, as something driven more by opinion and analysis than by hard reportage. They create a slight distancing effect,
making things seem slighly unreal. But they have their uses. Ilustrasi dapat memberikan sebuah awal perubahan pada langkah
dan suasana hati. Yang menjadi masalah adalah ilustrasi tidaklah netral: seberapapun sulit sang ilustrator dalam membuatnya,
ilustrasi memiliki lebih banyak hal subjektif jika dibandingkan dengan fotografi. Ilustrasi dianggap sebagai sebuah feature,
sebagai sesuatu yang lebih dikendalikan oleh opini dan analisis daripada oleh reportasi. Ilustrasi sedikitnya menimbulkan sebuah
efek tidak ramah, membuat beberapa hal terlihat sedikit tidak nyata. Akan tetapi ilustrasi memiliki kegunaan tersendiri. John
Morris,1996:160
commit to user
Secara singkat, John Morris ingin mengatakan bahwa ilustrasi yang digunakan dalam desain sebuah majalah dapat menimbulkan sebuah suasana
tersendiri dimana fotografi tidak dapat memberikannya. Meskipun begitu, penggunaan ilustrasi dalam desain sebuah majalah tidak dapat dipungkiri lagi juga
memiliki sisi negatif. Subjektifitas yang terlalu kental merupakan sisi negatif yang dimilikinya. Hal ini disebabkan ilustrasi didasari oleh sebuah opini dari
ilustratornya. Terlepas dari sisi negatifnya, sebuah ilustrasi mempunyai kegunaan
tersendiri jika digunakan dalam desain sebuah majalah. Masih dalam buku yang sama, John Morris berpendapat mengenai hal tersebut:
They are helpful where the real thing simply cannot be photographed, either for practical reasons no photographer was
available, the situation was too dangerous, it was a physical impossibility or for the legal reasons it’s a court case, or you
don’t want to identify an individual for some reason. They are also very good for emotional and abstract subjects, where the illustrator
finds an image that goes to the heart of the matter in a way no photograph could. They are ideal in instructional material where
photography simply wouldn’t be clear enough. Ilustrasi sangat membantu ketika suatu hal yang nyata tidak bisa dijadikan foto,
baik karena alasan prakteknya tidak ada fotografer, situasi terlalu berbahaya, atau sesuatu yang secara fisik tidak dapat dilakukan
ataupun karena alasan-alasan resmi peristiwa tersebut adalah kasus pengadilan, atau anda tidak ingin mengekspose seseorang
karena alasan tertentu. Ilustrasi juga sangat bagus untuk subjek- subjek yang bersifat emosi dan abstrak, dimana sang ilustrator
menemukan sebuah gambar yang sangat mengena ketika dalam beberapa hal fotografi tidak dapat melakukannya. Ilustrasi sangat
ideal untuk materi instruksi ketika fotografi tidak dapat melakukannya dengan jelas. John Morris,1996:160-161
Dari pendapatnya tersebut, dapat kita tarik kesimpulan bahwa sebuah ilustrasi dalam desain majalah sangat membantu ketika realitas tidak dapat
commit to user
disajikan dalam fotografi. Selain itu juga, sebuah ilustrasi juga sangat bagus untuk subyek yang bersifat emosi dan abstrak dimana seorang ilustrator mampu
menemukan sebuah gambar yang mampu menyentuh perasaan dimana sebuah fotografi tidak dapat melakukannya.
Selanjutnya, perbedaan jumlah frekuensi penggunaan ilustrasi pada halaman muka majalah Tempo periode I dan periode II juga menjadi sesuatu yang
menarik untuk diteliti. Pawito, dalam bukunya Komunikasi Politik: Media Massa dan Kampanye, menyatakan bahwa ilustrasikarikatur pada umumnya dipahami
sebagai karya grafis berupa gambar-gambar yang disertai tulisan di media cetak dengan unsur-unsur pesan bersifat paduan antara humoris, satiris, dan seringkali
distorsif. Dengan demikian, karikatur dapat dipretensikan sebagai bentuk penyampaian aspirasi atau tuntutan-tuntutan. Karikatur dapat dibuat dan
dipublikasikan untuk mengkritik, menyerang, atau mungkin memprovokasi pihak lain. Kebebasan menyatakan pendapat atau kebebasan pers merupakan prasyarat
untuk adanya penyebarluasan pesan-pesan dalam bentuk karikatur. Seringkali kebebasan menyatakan pendapat dan kebebasan pers menjadi krusial. Pada
umumnya diyakini bahwa kebebasan tidak bersifat mutlak, tetapi ada nilai-nilai etika yang membatasi. Pawito, 2009: 111-112
Ilustrasi yang berupa karikatur diciptakan dengan melihat proses menangkap realitas yang ada dalam masyarakat. Realitas tersebut distrukturkan
dan dikonversikan ke dalam tanda-tanda pesan terutama gambar dan tulisan untuk ditunjukkan kepada khalayak. Karikatur merepresentasikan pikiran,
imajinasi, aspirasi, atau tuntutan tertentu yang teramplifikasi oleh media massa
commit to user
yang memuatnya. Dengan demikian, sampai tingkat tertentu karikatur di dalam identitas yang lebih rendah menjadi alat atau media perlawanan. Seperti yang
dikemukakan oleh Yusuf Maulana KOMPAS, 8 April 2006: 14, karikatur menjadi media perlawanan terutama bagi pihak yang tertindas; sedangkan bagi
pihak kekuatan dominan, karikatur dibuat sebagai “pembalasan untuk ‘menertibkan’ pihak tertindas”. Pawito, 2009: 112-113
F. Definisi konseptual