Kembalinya Tempo DESKRIPSI LOKASI

commit to user Pada tanggal 7 September 1994 Goenawan Mohamad dan 43 wartawan eks-Tempo mempertanyakan legalitas Menteri Penerangan Harmoko membreidel SIUPP. Tempo menggugat Departemen Penerangan di Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, karena keputusan Menteri mencabut izin terbit Tempo melanggar Undang-Undang Pokok Pers. Inilah untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia, sebuah media yang dibreidel menggugat Departemen Penerangan Steele, 2007: 236. Pada 3 Mei 1995, hal yang mengejutkan pemerhati media terjadi, Pengadilan Negeri Jakarta memenangkan gugatan Goenawan Mohamad eks- karyawan Tempo. Departemen Penerangan mengajukan banding ke Mahkamah Agung MA. Namun, pada 13 Juni 1996 MA mementahkan semua, dan Tempo tetap dibredel. Kalangan pers Indonesia menyadari politik bermain dalam mempengaruhi putusan hukum tersebut Steele, 2007: 238.

C. Kembalinya Tempo

Penderitaan Tempo karena dibreidel, berakhir seiring kejatuhan Soeharto. Setelah presiden BJ. Habibie membuka perizinan bagi pers lebih demokratis, pasca reformasi digaungkan. Tapi, ternyata, untuk menerbitkan kembali majalah Tempo, bukan perkara mudah. Tak semua setuju dengan rencana wartawan senior Tempo, tersebut, dan tak semua berminat. Mengingat PT Grafiti Pers, penerbit majalah Tempo, sejak 1996 sudah menerbitkan majalah DR. Mingguan itu digarap oleh gabungan awak Tempo lama dan wartawan muda. Lalu, banyak para wartawan-wartawan hebat Tempo yang telah bekerja di tempat lain. kebanyakan commit to user dari mereka berada di Gatra, Majalah Forum, dan Tabloid Kontan. Di tempat baru, mereka menduduki posisi-posisi strategis. www.kopigrafika.com Mengetahui kemungkinan Tempo yang bisa terbit kembali, pada detik- detik terakhir pengurusan penerbitannya, Goenawan Mohamad bertemu dengan Yunus Yosfiah, Menteri penerangan pada saat itu, dan secara resmi menyatakan bahwa Tempo bisa terbit kembali. Maka, rapat demi rapat pun digelar. Satu rapat yang banyak dikenang adalah pertemuan alumni di Utan Kayu 68 H, Jakarta Timur. Dari sanalah dicari kesepakatan apakah akan menerbitkan kembali Tempo atau tidak. Tempo, no 373520-26 Oktober 2008, hal 6-7 Zulkifli Lubis, mantan Direktur Keuangan SDM-Umum dan sekarang menjabat sebagai Komisaris Tempo, menerangkan bahwa walaupun akhirnya disepakati bahwa Tempo akan terbit kembali, terdapat dua kubu yang sama kuat dalam pertemuan Utan Kayu pada saat itu. Kelompok pertama ingin majalah Tempo kembali. Alasan mereka, ada cita-cita yang harus diteruskan. Banyak kelompok masyarakat yang protes, marah, dan berdemo ketika majalah ini dibreidel. Yang tidak setuju juga mempunyai alasan yang bagus. Mereka takut nama majalah ini tidak akan sebagus sebelum dibreidel – bila terbit lagi. Nama Tempo sudah harus, sudah menjadi legenda, tak perlu dihidupkan lagi. Tempo, no 373520-26 Oktober 2008, hal 7 Keputusan pertemuan Utan Kayu dengan radikal mengubah ritme hidup sebuah ruko pucat berlantai empat, dengan cat sudah mengelupas, di Jalan Proklamasi 72, Jakarta Pusat. Bangunan itu akan menjadi kantor majalah Tempo baru. Ruang-ruang masih separuh kosong, tapi seluruh gedung seperti dipenuhi commit to user aliran darah baru untuk merealisasikan penerbitan Tempo pada Selasa, 6 Oktober 1998. Tempo, no 373520-26 Oktober 2008, hal 7 Maka tibalah hari itu, 6 Oktober 1998. Tempo terbit kembali dengan laporan utama “Pemerkosaan, Cerita dan Fakta”. Majalah ini tampil dengan desain halaman muka yang simbolis, mata yang menitikkan air. Kerja keras redaksi yang sudah dimulai sejak tanggal 4 September 1998 dengan mengumpulkan bahan ternyata berbuah hasil yang memuaskan. Edisi perdana yang dicetak 180 ribu eksemplar itu langsung ludes. Tempo, no 373520-26 Oktober 2008, hal 16 Sejak pertama kali terbit kembali satu dasawarsa silam, jurnalisme Tempo adalah jurnalisme investigasi. Menyajikan kabar di balik warta, dengan mengintip dan membongkar apa yang selama ini disembunyikan dari mata publik, sejak awal sudah ditakdirkan menjadi nilai lebih media ini. Takdir semacam inilah yang membuat penerbitan majalah ini penuh dengan kontroversi. Tapi itulah Tempo dengan segala kehebohan yang muncul, suka atau tidak, telah menciptakan warna tersendiri bagi perkembangan dan kedewasaan politik bagi perjalanan negara ini

D. Visi dan Misi I.

Dokumen yang terkait

ANALISIS ISI TEMA LAPORAN UTAMA PADA MAJALAH TEMPO ( Studi Analisis Isi Tema-Tema Laporan Utama Majalah Tempo Periode Januari 2011 – Juni 2011 ).

0 2 71

ANALISIS ISI TEMA LAPORAN UTAMA PADA MAJALAH TEMPO (Studi Analisis Isi Tema - Tema Laporan Utama Majalah Tempo Periode Juli 2010 – Desember 2010).

0 2 91

Pemaknaan karikatur “Artalyta Suryani” Pada Cover Majalah Tempo (Studi semiotik Terhadap Cover Majalah Tempo Edisi Januari 2010). SKRIPSI.

2 9 79

REPRESENTASI SIKAP NEGATIF JAKSA AGUNG HENDARMAN PADA ILUSTRASI COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Terhadap Representasi Sikap Negatif Jaksa Agung Pada Ilustrasi Cover Majalah Tempo edisi 2-8 Agustus 2010).

2 6 88

Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Redenominasi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 9 – 15 Agustus 2010).

2 4 79

ANALISIS ISI TEMA LAPORAN UTAMA PADA MAJALAH TEMPO ( Studi Analisis Isi Tema-Tema Laporan Utama Majalah Tempo Periode Januari 2011 – Juni 2011 )

0 0 17

Pemaknaan Cover Majalah TEMPO (Studi Semiotik Pemaknaan Redenominasi Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 9 – 15 Agustus 2010).

0 1 19

REPRESENTASI SIKAP NEGATIF JAKSA AGUNG HENDARMAN PADA ILUSTRASI COVER MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Terhadap Representasi Sikap Negatif Jaksa Agung Pada Ilustrasi Cover Majalah Tempo edisi 2-8 Agustus 2010)

0 0 21

KATA PENGANTAR - Pemaknaan karikatur “Artalyta Suryani” Pada Cover Majalah Tempo (Studi semiotik Terhadap Cover Majalah Tempo Edisi Januari 2010). SKRIPSI

0 0 17

ANALISIS ISI TEMA LAPORAN UTAMA PADA MAJALAH TEMPO (Studi Analisis Isi Tema - Tema Laporan Utama Majalah Tempo Periode Juli 2010 – Desember 2010)

0 0 25