commit to user
3. Jurnalistik Sebagai Bentuk Komunikasi Massa
Jurnalistik atau jurnalisme berasal dari kata Journal, artinya sebuah catatan harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti surat
kabar. Journal berasal dari kata latin diurnalis, artinya harian atau tiap hari. Dari kata itulah lahir kata jurnalis, yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik
kusumaningrat, 2006:15. Jurnalistik juga dapat diartikan sebagi sebuah kegiatan mencari dan mengolah fakta realitas empirik, kemudian dilaporkan kepada
khalayak melalui media massa. Laporan tentang realitas empirik di media massa ini disebut berita. Mursito, 1999:25
Menurut Kovach dan Rosentiel, tujuan utama dari Jurnalisme adalah memberikan informasi yang dibutuhkan oleh khalayak sehingga mereka dapat
hidup merdeka dan mengatur diri sendiri. Untuk dapat memenuhi tujuan utamanya, jurnalisme harus memenuhi prinsip-prinsip jurnalisme yang disebut
dengan sembilan elemen jurnalisme. Sembilan elemen jurnalisme itu adalah: 1.
Kewajiban pertama jurnalisme adalah kebenaran 2.
Loyalitas pertama jurnalisme kepada warga 3.
Intisari jurnalisme adalah disiplin dalam verifikasi 4.
Para praktisinya harus menjaga independensi terhadap sumber berita
5. Jurnalisme harus berlaku sebagai pemantau kekuasaan
6. Jurnalisme harus menyediakan forum publik untuk kritik,
maupun dukungan warga 7.
Jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting menarik dan relevan
8. Jurnalisme harus menjaga agar berita berita komprehensif dan
proposional 9.
Para praktisinya harus diperbolehkan mengikuti nurani mereka. Bill Kovach Tom Rosentiel, 2001:6
commit to user
Dari uraian sembilan elemen jurnalistik yang di sebutkan Bill Kovach dan Tom Rosentiel diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa realisasi dari
elemen-elemen jurnalistik tersebut dibutuhkan dukungan baik dari sisi internal maupun eksternal dari sebuah media. Pada sisi internal dibutuhkan kesadaran diri
dari awak media maupun sang pemiliknya untuk menjunjung tinggi apa yang dinamakan independensi jurnalistik. Sedangkan pada sisi eksternal, mensyaratkan
pemerintahan dengan berbagai kebijakannya yang pro dengan kebebasan pers dan kebebasan menyatakan pendapat.
Sejarah Jurnalistik dimulai ketika tiga ribu tahun yang lalu, Firaun di Mesir, Amenhotep III, mengirimkan ratusan pesan kepada para perwiranya di
provinsi-provinsi untuk memberitahukan apa yang terjadi di ibukota. Di Roma 2000 tahun yang lalu Acta Diurna “tindakan-tindakan harian” – tindakan-
tindakan senat, peraturan-peraturan pemerintah, berita kelahiran dan kematian - ditempelkan ditempat-tempat umum. Selama abad pertengahan di Eropa, siaran
berita yang ditulis tangan merupakan media informasi yang penting bagi usahawan.
Keperluan untuk mengetahui apa yang terjadi merupakan kunci lahirnya jurnalisme selama berabad-abad. Tetapi, jurnalisme itu sendiri baru benar-benar
dimulai ketika huruf-huruf lepas untuk percetakan mulai digunakan di Eropa pada sekitar tahun 1440. Dengan mesin cetak, lembaran-lembaran berita dan pamflet-
pamflet dapat dicetak dengan kecepatan yang lebih tinggi, dalam jumlah yang lebih banyak, dan dengan ongkos yang lebih rendah.
commit to user
Surat kabar pertama yang terbit di Eropa secara teratur dimulai di Jerman pada tahun 1609: Aviso di Wolfenbuttel dan Relation di Strasbourg. Tak lama
kemudian, suratkabar-suratkabar lainnya muncul di Belanda 1618, Perancis 1620, Inggris 1620, dan Italia 1636. Suratkabar-suratkabar pada abad ke-17
ini bertiras sekitar 100 sampai 200 eksemplar sekali terbit, meskipun Frankfurter Journal pada tahun 1680 sudah memiliki tiras 1500 sekali terbit.
Pada tahun 1650, suratkabar pertama yang terbit sebagai harian adalah Einkommende Zeitung di Leipzig, Jerman. Pada tahun 1702 menyusul Daily
Courant di London yang menjadi harian pertama di Inggris yang berhasil diterbitkan. Ketika lebih banyak penduduk mendapatkan penghasilan yang lebih
besar dan lebih banyak di antara mereka yang belajar membaca, maka semakin besarlah permintaan akan suratkabar. Bersamaan dengan itu, terjadi penemuan
mesin-mesin yang lebih baik dalam mempercepat produksi koran dan memperkecil ongkos.
Pada tahun 1833, di New York City, Benjamin H. Day, menerbitkan untuk pertama kalinya apa yang disebut penny newspaper suratkabar murah yang
harganya satu penny. Ia memuat berita-berita pendek yang ditulis dengan hidup, termasuk peliputan secara rinci tentang berita-berita kepolisian untuk pertama
kalinya. Berita-berita human interest dengan ongkos murah ini menyebabkan bertambahnya secara cepat sirkulasi suratkabar tersebut. Kini di Amerika Serikat
beredar 60.000.000 eksemplar harian setiap harinya. Jurnalisme kini telah tumbuh jauh melampaui suratkabar pada awal
kelahirannya. Majalah mulai berkembang sekitar dua abad lalu. Pada tahun 1920
commit to user
radio komersial dan majalah-majalah berita muncul ke atas panggung. Televisi komersial mengalami boom setelah Perang Dunia II.
Selanjutnya, dalam penelitian ini, Tempo sebagai salah satu media cetak yang cukup terkemuka di Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyaknya
media massa atau media of mass communication. Hal ini sejalan dengan definisi perusahaan pers yang terdapat dalam Undang-Undang No.401999 tentang pers,
pasal 1 ayat 2. Perusahan pers adalah badan hukum Indonesia yang
menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronika, dan kantor berita, serta perusahaan media
lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi.
Dari undang-undang tesebut dapat kita simpulkan bahwa wujud dari media seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang itu adalah perusahaan penerbitan
yang bergerak di bidang media cetak, meliputi perusahaan penerbitan surat kabar, majalah, tabloid dan buku. Sedang media elektronika meliputi media radio dan
media televisi.
4. Media Cetak dan Majalah