commit to user
Majalah Tempo Edisi 1 yang terbit setebal 52 halaman itu dijual Rp. 80 per eksemplar. Diluar dugaan, majalah yang dicetak 10 ribu eksemplar oleh PT
Dian Rakyat itu langsung ludes di pasaran. Dalam edisi 27 Maret 1977 Tempo berhasil mengungkapkan utang Pertamina sebesar 10 Milyar Dollar US. Prestasi
ini mendapat pujian dari surat kabar The Asian Street Journal, edisi 25 Mei 1977. Menurut koran itu Tempo memiliki penciuman berita yang tajam Junaedhie,
1996 : 141.
B. Pembreidelan Tempo
Perjalanan Tempo di tubuhnya sendiri bukannya tanpa badai. Terhitung 12
April 1982, SIT Tempo dibekukan oleh Menteri Penerangan berdasarkan SK Menpen No. 76KepMenpen1982. Hal itu dikarenakan Departemen Penerangan
menilai pemberitaan Tempo pada Edisi 27 Maret 1982 perihal pengacauan di Lapangan Banteng, 3 April 1982 perihal insiden kampanye di Solo dan Jogja,
dan 10 April 1982 perihal pemogokan di UI secara sengaja atau tidak telah melanggar konsensus bersama antara pemerintah dan pers nasional. Atas
dukungan dari berbagai pihak, semisal Persatuan Advokad Indonesia, Wakil Presiden Adam Malik, dan Persatuan Wartawan Indonesia, pada tanggal 29 Mei
1982, menpen Ali Murtopo menyatakan SIT Tempo dicairkan. Pada tanggal 9 Juni 1982 Tempo beredar kembali di kalangan pembacanya Junaedhie, 1996 :
143. Permasalahan internalpun menjadi sebuah batu kerikil yang harus dilewati
Tempo. Kebijakan perusahaan, antara pendiri Tempo, Goenawan Mohamad dan
commit to user
Bur Rasuanto memunculkan terjadinya ekspansi besar-besaran para wartawan Tempo, di tahun 90-an. Bur mendirikan Majalah berita mingguan Editor, dan 40
wartawan ikut Bur. Kedua majalah tersebut bersaing sengit meraih hati masyarakat dengan berita-beritanya yang seringkali menghebohkan dan membuat
merah telinga para pengambil kebijakan negeri.www.kopigrafika.com Tak ayal, sampailah pada sebuah momentum yang tepat bagi pemerintah
orde baru untuk menutup keduanya, saat munculnya pemberitaan mengenai pembelian Kapal eks Jerman Timur. Keduanya pun di breidel di tahun 1994.
Kondisi pembreidelan, ibarat titik balik yang ikut menyurutkan kejayaan percetakan Temprint, saat sang induk dikubur pemerintah. Percetakan Temprint
dilanda kelesuan luar biasa. Benar-benar mengandalkan ongkos-ongkos cetak. Hal yang sama dialami para wartawan Tempo. Tak semuanya mampu bertahan dalam
kondisi yang berat tersebut. Sebagian besar wartawan Tempo memilih membentuk majalah baru. Setiawan, Mahtoem, Harjoko Trisnadi, Herry Komar,
Basri mendirikan majalah Gatra yang dibiayai oleh Bob Hasan, seorang pengusaha besar dan salah seorang kepercayaan Soeharto.
www.kopigrafika.com Bukan hanya itu, Gatra pun mendapatkan kucuran modal untuk memiliki
percetakan sendiri yang diberi nama PT Enka Parahyangan. Hal ini juga, menarik minat bagi banyak karyawan percetakan PT Temprint, untuk ekspansi
besar-besaran pindah ke PT Enka Parahyangan, setelah pembreidelan majalah Tempo. www.kopigrafika.com
commit to user
Pada tanggal 7 September 1994 Goenawan Mohamad dan 43 wartawan eks-Tempo mempertanyakan legalitas Menteri Penerangan Harmoko membreidel
SIUPP. Tempo menggugat Departemen Penerangan di Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, karena keputusan Menteri mencabut izin terbit Tempo melanggar
Undang-Undang Pokok Pers. Inilah untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia, sebuah media yang dibreidel menggugat Departemen Penerangan
Steele, 2007: 236. Pada 3 Mei 1995, hal yang mengejutkan pemerhati media terjadi,
Pengadilan Negeri Jakarta memenangkan gugatan Goenawan Mohamad eks- karyawan Tempo. Departemen Penerangan mengajukan banding ke Mahkamah
Agung MA. Namun, pada 13 Juni 1996 MA mementahkan semua, dan Tempo tetap dibredel. Kalangan pers Indonesia menyadari politik bermain dalam
mempengaruhi putusan hukum tersebut Steele, 2007: 238.
C. Kembalinya Tempo