Jarak dari Titik ke Garis dan dari Titik ke Bidang dalam Ruang Dimensi Tiga

commit to user 26 c Dua bidang berpotongan Dua bidang dikatakan berpotongan jika kedua bidang tersebut mempunyai sebuah garis persekutuan. Contoh pada Gambar 2.14. Gambar 2.14. Bidang AIJD berpotongan dengan bidang KLHE

b. Jarak dari Titik ke Garis dan dari Titik ke Bidang dalam Ruang Dimensi Tiga

1 Jarak titik ke titik lain Jarak antara titik A dan titik B dapat dicari dengan membuat garis yang melalui titik A dan titik B. Ruas garis AB merupakan jarak antara titik A dan titik B yang diminta. Misal diketahui kubus ABCD.EFGH. Akan ditentukan jarak dari titik A ke titik F. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 2.15. Gambar 2.15. Jarak titik A ke titik F Jarak dari titik A ke titik F adalah panjang garis AF. G H F E C B A D G H F E C B A D K L I J commit to user 27 Dengan memperhatikan segitiga ABF, kita dapat menentukan panjang garis AF. Segitiga ABF adalah segitiga siku-siku di B, sehingga berlaku Teorema Phytagoras AF 2 = AB 2 + BF 2 AF = √AB + BF 2 Jarak titik ke garis Jika sebuah titik berada di luar garis, maka ada jarak antara titik ke garis itu. Jarak titik A ke garis g dapat dicari dengan menggunakan langkah- langkah sebagai berikut. a Membuat garis l melalui titik A dan tegak lurus garis g. b Garis l memotong garis g di titik P. c Ruas garis AP merupakan jarak titik A ke garis g yang diminta. Misal diketahui kubus PQRS.TUVW, maka dapat kita tentukan jarak dari titik V ke garis QW. Gambar 2.16. Jarak titik V ke garis QW Perhatikan Gambar 2.16. Jarak titik V ke garis QW adalah panjang garis VX, dengan X adalah titik pada garis QW sedemikian sehingga VX tegak lurus dengan QW. Dengan memperhatikan segitiga QVW, kita dapat menentukan panjang garis QW. Segitiga QVW adalah segitiga siku-siku di V, sehingga berlaku Teorema Phytagoras QW 2 = QV 2 + VW 2 QW = QV + VW X V W U T R Q P S commit to user 28 Selanjutnya, dapat kita tentukan luas segitiga QVW dengan dua cara sebagai berikut. a Dengan menggunakan alas segitiga QVW adalah QV dan tingginya adalah VW, maka berlaku luas QVW = x QV x VW …………………………………..2.1 b Dengan menggunakan alas segitiga QVW adalah QW dan tingginya adalah VX, maka berlaku luas QVW = x QW x VX …………………………………..2.2 Karena panjang QV, VW, dan QW telah diketahui, maka panjang VX dapat ditentukan dengan menyamadengankan 2.1 dan 2.2. 3 Jarak titik ke bidang Jika sebuah titik berada di luar bidang, maka ada jarak antara titik ke bidang itu. Jarak titik A ke bidang dapat dicari dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut. a Membuat garis g melalui titik A dan tegak lurus bidang . b Garis g menembus bidang di titik Q. c Ruas garis AQ merupakan jarak titik A ke bidang yang diminta. Misal diketahui balok PQRS.TUVW, maka dapat kita tentukan jarak dari titik P ke bidang SQUW. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 2.17. Gambar 2.17. Jarak titik P ke bidang SQWU U R T V W S P Q O commit to user 29 Jarak titik P ke bidang SQUW adalah panjang garis PO, dengan O adalah titik pada bidang SQUW sedemikian sehingga PO tegak lurus dengan bidang SQUW. Dengan memperhatikan segitiga PQS, kita dapat menentukan panjang garis QS. Segitiga PQS adalah segitiga siku-siku di P, sehingga berlaku Teorema Phytagoras QS 2 = PQ 2 + PS 2 QS = PQ + PS Selanjutnya, dapat kita tentukan luas segitiga PQS dengan dua cara sebagai berikut. a Dengan menggunakan alas segitiga PQS adalah PQ dan tingginya adalah PS, maka berlaku luas PQS = x PQ x PS ……………………………………...2.3 b Dengan menggunakan alas segitiga PQS adalah QS dan tingginya adalah PO, maka berlaku luas PQS = x QS x PO ……………………………………..2.4 Karena panjang PQ, PS, dan QS telah diketahui, maka panjang PO dapat ditentukan dengan menyamadengankan 2.3 dan 2.4.

B. Kerangka Berpikir

Belajar merupakan proses membangun makna melalui pengalaman yang dapat menimbulkan perubahan pada individu. Perubahan bentuk tersebut dapat berupa perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, dan perubahan aspek-aspek lain pada individu yang belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, tercapai atau tidaknya tujuan belajar dapat dilihat dari prestasi belajar siswa. Agar prestasi belajar siswa dapat menjadi lebih optimal, seorang guru harus mampu membuat rencana pembelajaran yang baik serta memilih metode yang tepat dalam mengajar. Namun dalam pemilihan metode pembelajaran sebaiknya disesuaikan dengan

Dokumen yang terkait

Eksperimentasi Pembelajaran Assessment For Learning dan Eksperimentasi Pembelajaran Menggunakan Perpaduan Metode Penemuan Dengan Pendekatan Investigasi 97

0 3 7

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT PADA SUB POKOK BAHASAN SEGIEMPAT DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

0 4 105

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI POKOK APROKSIMASI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK TEKNIK SE

0 5 86

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN METODE PENEMUAN DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA

0 12 124

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT PADA MATERI LUAS DAN VOLUME BANGUN RUANG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA

0 2 84

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESITASI DAN GUIDED DISCOVERY Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Metode Resitasi Dan Guided Discovery Ditinjau Dari Kedisiplinan Siswa.

0 2 17

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BELAJAR HEURISTIK DAN Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Metode Belajar Heuristik Dan Ekspositori Ditinjau Dari Keaktifan Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Surakart

0 0 17

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BELAJAR HEURISTIK DAN Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Metode Belajar Heuristik Dan Ekspositori Ditinjau Dari Keaktifan Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Surakart

0 1 12

PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA Peningkatan Kemandirian dan Prestasi Belajar Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing pada Pokok Bahasan Kubus dan Balok (PTK Pembelajaran Matematika pada

0 1 15

PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA Peningkatan Kemandirian dan Prestasi Belajar Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing pada Pokok Bahasan Kubus dan Balok (PTK Pembelajaran Matematika pada

0 1 1