commit to user 87
Dari ketiga sumbangan relatif tersebut, sumbangan terbesar terhadap hasil belajar yaitu variabel X2 atau kecerdasan emosi.
b. Sumbangan efektif Sumbangan efektif X1 terhadap Y sebesar 11,72
Sumbangan efektif X2 terhadap Y sebesar 16,81 Sumbangan efektif X3 terhadap Y sebesar 15,54
Dari ketiga sumbangan efektif tersebut, sumbangan terbesar terhadap hasil belajar yaitu variabel X2 atau kecerdasan emosi.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
108
1. Hubungan Persepsi Siswa pada Kemampuan Profesional Guru dengan Hasil Belajar Siswa
Hipotesis pertama dalam penelitian ini dinyatakan bahwa : ”Ada hubungan positif antara persepsi siswa pada kemampuan profesional guru
dengan hasil belajar Mata Diklat Statika Bangunan siswa kelas X Jurusan Teknik Konstruksi Kayu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen
Tahun Pelajaran 20102011”. Berdasarkan hasil analisis regresi untuk
hubungan Persepsi Siswa pada Kemampuan Profesional Guru dengan Hasil Belajar Mata Diklat Statika Bangunan diperoleh r
hitung
sebesar 0,405 r
tabel
sebesar 0,231, maka disimpulkan bahwa hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol ditolak. Dengan demikian, hipotesis pertama dalam penelitian ini
dapat diterima kebenarannya.
commit to user 88
Berdasarkan hasil analisis yang menunjukkan adanya hubungan positif antara Persepsi Siswa pada Kemampuan Profesional Guru dengan Hasil
Belajar Mata Diklat Statika Bangunan, maka dapat dijelaskan bahwa seorang individu dalam memandang orang lain akan memberikan pengaruh pada
perilakunya. Seseorang yang mengganggap orang lain merupakan orang yang mampu memberikan manfaat atau keuntungan, maka ia akan memperhatikan
apa yang dikatakan atau diperintahkan. Di dalam kegiatan pembelajaran setidaknya ada dua kelompok
individu yang menempati peran masing-masing. Individu tersebut adalah guru dan individu lainnya adalah siswa. Meskipun ada banyak individu di dalam
kelas, namun hanya ada 2 peran yaitu guru yang berperan sebagai yang membelajarkan dan siswa yang dibelajarkan. Dalam proses pembelajaran
tersebut ada interaksi antara kedua belah pihak. Interaksi yang terjadi akan terjalin dengan baik apabila ada interaksi psikologis yaitu berupa persepsi.
Siswa memiliki persepsi tersendiri kepada gurunya. Baik persepsi negatif maupun positif, keduanya akan memberikan pengaruh pada
perilakunya. Perilaku yang dimaksud dalam kegiatan pembelajaran yaitu perilaku belajar. Jadi, seorang siswa akan memiliki perilaku belajar yang
dipengaruhi oleh persepsinya terhadap guru meskipun ada faktor lain yang juga berpengaruh. Hal ini sesuai dengan pendapat Tubbs dan Moss dalam
Alex Sobur 2009: 460 bahwa variabel yang dapat mempengaruhi kecermatan persepsi salah satunya adalah bahwa ”kita dapat menilai orang
lain dengan lebih baik bila iang tersebut mirip dengan kita”. Dari pendapat
commit to user 89
tersebut dapat diperjelas bahwa persepsi dapat muncul dengan lebih baik apabila adanya kecocokan antara diri kita dengan orang lain. Bagi siswa,
kecocokan dengan guru berarti dapat mengarahkan persepsi siswa terhadap gurunya.
Persepsi yang baik kepada guru akan menjadikan siswa merasa penting dengan guru tersebut. Karena itu ia akan memiliki perilaku belajar
yang baik pula. Dengan perilaku belajar yang baik, maka ia akan dapat menguasai materi yang disampaikan oleh gurunya dengan baik pula. Karena
itu, siswa tersebut akan memiliki hasil belajar yang tinggi. Adanya perilaku yang dipengaruhi oleh persepsi tersebut merupakan tahap akhir dari proses
perseptual. Sebagaimana dikemukakan oleh Alex Sobur 2009:464 bahwa ”tahap terakhir proses perseptual ialah bertindak sehubungan dengan apa yang
telah diserap”. Dari pendapat tersebut semakin menunjukkan bahwa setelah siswa memiliki persepsi terhadap gurunya, maka pada akhirnya siswa akan
melakukan tindakan atau berperilaku tertentu. Secara umum, perilaku akan muncul berkaitan dengan persepsinya. Jika persepsi siswa positif, maka
kemungkinan besar perilakunya akan bersifat positif. Sebaliknya jika persepsi siswa negatif, maka kemungkinan besar perilakunya juga akan bersifat
negatif. 2. Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Hasil Belajar Siswa
Hipotesis kedua dalam penelitian ini dinyatakan bahwa : ”Ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan hasil belajar Mata Diklat
Statika Bangunan siswa kelas X Jurusan Teknik Konstruksi Kayu Sekolah
commit to user 90
Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 20102011”. Berdasarkan hasil analisis regresi untuk hubungan Kecerdasan Emosi dengan
Hasil Belajar Mata Diklat Statika Bangunan diperoleh r
hitung
sebesar 0,470 dari r tabel sebesar 0,231, maka disimpulkan bahwa hipotesis alternatif
diterima dan hipotesis nol ditolak. Dengan demikian, hipotesis kedua dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kecerdasan emosi memiliki hubungan yang signifikan dengan hasil belajar. Kecerdasan emosi merupakan
kemampuan untuk mengendalikan emosi. Kemampuan untuk mengendalikan emosi merupakan hal yang snagat penting terutama untuk mengendalikan
perilaku. Dengan memiliki kecerdasan emosi, maka seorang siswa dapat mengndalikan perilakunya dalam belajar. Semakin tinggi tingkat kecerdasan
emosi seorang siswa, maka akan semakin tinggi pula kemampuannya untuik mengendalikan perilakuknya dalam belajar.
Adanya kecerdasan emosi pada siswa yang mengendalikan perilakunya dalam belajar, maka siswa akan dapat melakukan kegiatan belajar
sesuai dengan tingkat kecerdasan emosinya. Sebagaimana dikemukakan oleh Aunurrahman 2009: 89 yang mengutip pendapatn Goleman bahwa
“beberapa ciri kecerdasan emosional yang terdapat pada diri seseorang berupa:
1 Kemampuan memotivasi diri sendiri 2 Ketahanan menghadapi frustasi
3 Kemampuan mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-
lebihkan kesenangan, dan 4 Kemampuan menjaga suasana hati dan menjaga agar beban stress
tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati, dan berdo’a.
commit to user 91
Dari pendapat tersebut jelas bahwa siswa yang memiliki kecerdasan emosi tinggi, maka ia akan dapat melakuan kegiatan belajar secara terkendali.
Ia akan dapat mengatur waktu untuk melakukan berbagai aktivitas termasuk di dalamnya aktivitas belajar. Dengan pengendalian waktu belajar yagn baik,
maka siswa akan dapat mempelajari materi dengan baik pula. Karena itu, siswa yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi akan dapat mengerjakan
tes dengan baik yang tentunya akan memperoleh hasil belajar yang baik pula. 3. Hubungan Sikap Siswa dengan Hasil Belajar Siswa
Hipotesis kedua dalam penelitian ini dinyatakan bahwa: ”Ada hubungan positif antara sikap siswa dengan hasil belajar Mata Diklat Statika
Bangunan siswa kelas X Jurusan Teknik Konstruksi Kayu Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 20102011”. Berdasarkan hasil
analisis regresi untuk hubungan sikap siswa dengan Hasil Belajar Mata Diklat Statika Bangunan diperoleh r
hitung
sebesar 0,446 dari r tabel sebesar 0,231, maka disimpulkan bahwa hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol
ditolak. Dengan demikian, hipotesis kedua dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya.
Sikap siswa dalam penelitian ini juga berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar. Sikap merupakan kesiapan untuk memberikan respon terhadap
objek tertentu. Dalam penelitian ini sikap yang dimaksudkan adalah sikap terhadap mata diklat Statika bangunan. Mata diklat sebagai sebuah objek
dapat menimbulkan sikap tertentu pada siswa yang sedang mengikuti pembelajaran pada mata diklat tersebut. Sikap dapat timbul pada seseorang
commit to user 92
baik yang bersifat negatif maupun positif. Demikian juga sikap siswa pada mata diklat Statika bangunan juga dapat bersifat negatif dan juga dapat
bersifat positif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap siswa berpengaruh
signfikan terhadap hasil belajar. Adanya pengaruh yang signifikan tersebut menunjukkan bahwa sikap siswa yang semakin positif dapat mempengaruhi
hasil belajar yang semakin tinggi pula. Demikian sebaliknya jika sikap siswa bersikap negatif, maka akan mempengaruhi terhadap hasil belajar yang
semakin menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat tentang fungsi sikap yang dikemukakan oleh Abu Ahmadi 2002: 197 bahwa fungsi sikap dapat
dikelompokkan menjadi 4, yaitu: a. sebagai alat untuk menyesuaikan diri, b. sebagai pengukur tingkah laku, c. sebagai alat pengatur pengalaman-
pengalaman, dan d. sebagai pernyataan kepribadian”. Dari pendapat tersebut bahwa adanya sikap positif, maka siswa dapat menyesuaikan diri, mengukur
tingkah laku, mengatur pengalaman, maupun menyatakan kepribadiannya terhadap objek sikap, dalam hal ini adalah mata diklat statika bangunan.
Di lingkungan sekolah, sikap yang diharapkan tumbuh pada siswa adalah sikap yang positif, terutama sikap terhadap objek-objek yang berkaitan
dengan pembelajaran seperti sikap terhadap mata diklat atau mata pelajaran, sikap terhadap guru, sikap terhadap fasilitas belajar, ruang kelas, dan lainnya.
Dengan adanya sikap tersebut maka akan mempengaruhi perilaku siswa dalam belajar. Karena itu, sikap siswa terhadap mata diklat atau mata
commit to user 93
pelajaran tertentu akan mempengaruhi hasil belajar pada mata pelajaran tersebut.
4. Pengujian Hipotesis Keempat Hipotesis keempat dalam penelitian ini dinyatakan bahwa: ”Ada
hubungan positif antara persepsi siswa pada kemampuan profesional guru, kecerdasan emosi dan sikap siswa dengan hasil belajar Mata Diklat Statika
Bangunan siswa kelas X Jurusan Teknik Konstruksi Kayu Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 20102011”. Berdasarkan hasil
analisis regresi untuk hubungan Persepsi Siswa pada Kemampuan Profesional Guru, Kecerdasan Emosi, dan sikap siswa dengan Hasil Belajar Mata Diklat
Statika Bangunan diperoleh F hitung sebesar 12,079 dengan signifikansi sebesar 0,000 0,05, maka disimpulkan bahwa hipotesis alternatif diterima
dan hipotesis nol ditolak. Dengan demikian, hipotesis keempat dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa antara persepsi siswa pada kemampuan profesional guru, kecerdasan emosi, dan sikap siswa secara
bersama-sama memiliki hubungan dengan hasil belajar. Adanya hubungan ini menunjukkan bahwa ketiga faktor tersebut merupakan faktor yang penting
dalam membentuk keberhasilan siswa dalam belajar. Faktor-faktor tersebut memang perlu diperhatikan sedemikian rupa sehingga keberadaannya pada
siswa akan dapat menjadikan siswa memiliki hasil belajar yang baik.
commit to user 94
E. Keterbatasan Masalah