HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA PADA KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU, KECERDASAN EMOSI, DAN SIKAP SISWA DENGAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT STATIKA BANGUNAN SISWA KELAS X JURUSAN TEKNIK KONSTRUKSI KAYU

(1)

commit to user

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA PADA KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU, KECERDASAN EMOSI, DAN SIKAP SISWA

DENGAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT STATIKA BANGUNAN SISWA KELAS X JURUSAN TEKNIK KONSTRUKSI KAYU

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SRAGEN

Tesis

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan

Disusun oleh: Y. HERU STYAKA

NIM: S810809231

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA PADA KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU, KECERDASAN EMOSI, DAN SIKAP SISWA

DENGAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT STATIKA BANGUNAN SISWA KELAS X JURUSAN TEKNIK KONSTRUKSI KAYU

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SRAGEN

Disusun oleh: Y. HERU STYAKA

NIM: S810809231

Disetujui oleh: Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Mulyoto, M. Pd. NIP. 194307121973011001

……… ………

Pembimbing II Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. NIP. 196101241987021001

……… ………

Mengetahui

Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd. NIP. 194307121973011001


(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN TESIS

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA PADA KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU, KECERDASAN EMOSI, DAN SIKAP SISWA

DENGAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT STATIKA BANGUNAN SISWA KELAS X JURUSAN TEKNIK KONSTRUKSI KAYU

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SRAGEN

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd. ……… …………

NIP. 194404041976031001

Sekretaris Dr. Nunuk Suryani, M. Pd ……… …………

NIP. 196611081990032001

Anggota 1. Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd. ……… …………

NIP. 194307121973011001

2. Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd ………. …………

NIP. 196101241987021001

Mengetahui, Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta Direktur,

Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, PhD. NIP. 195708201985031004

Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd NIP. 194307121973011001


(4)

commit to user

iv

MOTTO

“ Sesungguhnya orang-orang munafik itu di tingkat yang paling bawah dalam neraka, sedang engkau tiada memperoleh penolong untuk mereka itu “.

( Q.S. An-Nisa’ 145 )


(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Karya ini aku persembahkan kepada: 1. Orang Tuaku tercinta

2. Istriku dan anakku tersayang


(6)

commit to user

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

NAMA : Y. Heru Styaka

NIM : S. 810809231

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul “HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA PADA KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU, KECERDASAN EMOSI, DAN SIKAP SISWA DENGAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT STATIKA BANGUNAN SISWA KELAS X JURUSAN TEKNIK KONSTRUKSI KAYU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SRAGEN” adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal–hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Januari 2011 Yang membuat pernyataan


(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT kami panjatkan atas rahmat dan hidayahNya, sehingga peneliti dapat menyusun laporan penelitian dengan judul “HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA PADA KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU, KECERDASAN EMOSI, DAN SIKAP SISWA DENGAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT STATIKA BANGUNAN SISWA KELAS X JURUSAN TEKNIK KONSTRUKSI KAYU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SRAGEN”.

Penelitian ini merupakan penelitian untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan. Proses penyelesaian laporan penelitian ini, banyak diperoleh bantuan dari banyak pihak. Karena itu peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Moch Syamsulhadi, Sp Kj, selaku rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Prof. Drs. Suranto, M. Sc. Ph.D selaku direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan sekaligus sebagai pembimbing I.

4. Ibu Dr. Nunuk Suryani, M. Pd, selaku sekretaris Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(8)

commit to user

viii

5. Bapak Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd, selaku pembimbing II, yang dengan sabar telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Seluruh staf pengajar Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ilmu selama ini. 7. Seluruh karyawan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah membantu dan memberikan pelayanan dengan baik selama ini.

8. Tim Penguji Tesis Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pengarahan dan perbaikan tesis ini.

9. Bapak Drs. Subono, selaku Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen yang telah memberikan kesempatan penulis dan ijin untuk mengadakan penelitian.

10.Rekan guru dan karyawan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen yang telah membantu kelancaran dalam penelitian ini.

11.Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu demi kelancaran penyusunan tesis ini.

Peneliti sadar bahwa laporan penelitian ini banyak memiliki kekurangan. Karena itu, peneliti berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun sehingga peneliti dapat melakukan penelitian dengan lebih sempurna. Mudah-mudahan laporan penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Januari 2011 Penulis


(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10


(10)

commit to user

x

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS ... 12

A. Kajian Teori ... 12

1. Persepsi Siswa pada Kemampuan Profesional Guru ... 12

2. Kecerdasan Emosi... 21

3. Sikap Siswa ... 28

4. Hasil Belajar ... 43

B. Penelitian yang Relevan ... 49

C. Kerangka Berfikir ... 51

D. Hipotesis ... 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 55

A. Metode Penelitian ... 55

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 56

1. Tempat Penelitian ... 56

2. Waktu Penelitian ... 56

C. Populasi dan Sampel ... 57

1. Populasi ... 57

2. Sampel ... 57

3. Teknik Sampling ... 57

D. Definisi Operasional Variabel ... 58

E. Teknik Pengumpulan Data ... 59

1. Angket atau Kuesioner... 59

2. Tes ... 61


(11)

commit to user

xi

1. Uji Validitas ... 62

2. Uji Reliabilitas ... 64

G. Teknik Analisis Data ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Deskripsi Data ... 67

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 73

C. Pengujian Hipotesis ... 79

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 87

E. Keterbatasan Masalah ... 94

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 95

A. Kesimpulan ... 95

B. Implikasi ... 96

C. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99


(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Jadual Kegiatan Penelitian ... 56

Tabel 2: Pengambilan Sampel Penelitian... 57

Tabel 3: Skala Penilaian Angket Persepsi Siswa Pada Kemampuan Profesional Guru dan Kecerdasan Emosi ... 60

Tabel 4: Skala Penilaian Angket Sikap Siswa ... 60

Tabel 5.Hasil Uji Reliabilitas ... 64

Tabel 6. Hasil Analisis Deskriptif ... 67

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Data Persepsi Siswa pada Kemampan Guru .... 68

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Data Kecerdasan Emosi ... 69

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Data Sikap Siswa ... 71

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar Mata Diklat Statika Bangunan ... 72

Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Data ... 74

Tabel 12. Hasil Uji Linearitas X1 terhadap Y ... 76

Tabel 13. Hasil Uji Linearitas X2 terhadap Y ... 77

Tabel 14. Hasil Uji Linearitas X3 terhadap Y ... 77

Tabel 15. Hasil Uji Independesi antar Variabel Bebas ... 78

Tabel 16. Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Sederhana ... 80

Tabel 17. Hasil Uji Koefisien Korelasi Ganda dan Koefisien Determinasi .... 82

Tabel 18. Hasil Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda ... 82

Tabel 19. Hasil Uji Analisis Persamaan Regresi Ganda ... 83


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses Persepsi 1 ... 13

Gambar 2. Proses Persepsi 2 ... 14

Gambar 3. Kerangka Pemikiran ... 53

Gambar 4. Histogram Data Persepsi Siswa pada Kemampuan Guru ... 68

Gambar 5. Histogram Data Kecerdasan Emosi ... 70

Gambar 6. Histogram Data Sikap Siswa ... 71


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi dan Angket Variabel Bebas ... 102

Lampiran 2 Kisi-kisi dan Tes Hasil Belajar ... 107

Lampiran 3 Tabulasi Data Hasil Ujicoba, Perhitungan Validitas, dan Perhitungan Reliabilitas Angket Persepsi Siswa pada Kemampuan Profesional Guru ... 119

Lampiran 4 Tabulasi Data Hasil Ujicoba, Perhitungan Validitas, dan Perhitungan Reliabilitas Angket Kecerdasan Emosi ... 134

Lampiran 5 Tabulasi Data Hasil Ujicoba, Perhitungan Validitas, dan Perhitungan Reliabilitas Angket Sikap Siswa ... 145

Lampiran 6 Tabulasi Data Hasil Ujicoba, Perhitungan Validitas, dan Perhitungan Reliabilitas Tes Hasil Belajar ... 158

Lampiran 7 Tabulasi Data Hasil Penelitian ... 176

Lampiran 8 Data Induk Penelitian ... 184

Lampiran 9 Hasil Analisis Data ... 185

Lampiran 10 Surat Ijin Penelitian ... 206


(15)

commit to user

xv

ABSTRAK

Y. Heru Styaka. S810809231. 2011. Hubungan antara Persepsi Siswa pada Kemampuan Profesional Guru, Kecerdasan Emosi, dan Sikap Siswa dengan Hasil Belajar Mata Diklat Statika Bangunan Siswa Kelas X Jurusan Teknik

Konstruksi Kayu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen. Program

Pascasarjana, Program Studi Teknologi Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah ada hubungan positif antara persepsi siswa pada kemampuan guru dengan hasil belajar Mata Diklat Statika Bangunan, 2) Apakah ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan hasil belajar Mata Diklat Statika Bangunan, 3) Apakah ada hubungan positif antara sikap siswa dengan hasil belajar Mata Diklat Statika Bangunan, 4) Apakah ada hubungan positif antara persepsi siswa pada kemampuan guru, kecerdasan emosi, dan sikap siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar Mata Diklat Statika Bangunan siswa kelas X Jurusan Teknik Konstruksi Kayu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011?

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan jenis penelitian korelasional. Populasi penelitian adalah siswa kelas X Jurusan Teknik Konstruksi sebanyak 3 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 100 siswa. Sampel penelitian diambil secara proportional random sampling sebanyak 50 siswa atau sebesar 50%. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kuesioner dan tes. Teknik pengukuran angket dengan menggunakan skala likert dengan 5 pilihan. Teknik analisis data dilakukan dengan analisis regresi ganda dengan uji prasyarat berupa uji normalitas dan uji linieritas. Analisis data selanjutnya dilakukan dengan menggunakan bantuan program statistik SPSS.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa : 1) Ada hubungan positif antara persepsi siswa pada kemampuan guru dengan hasil belajar Mata Diklat Statika Bangunan, 2) Ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan hasil belajar Mata Diklat Statika Bangunan, 3) Ada hubungan positif antara sikap siswa dengan hasil belajar Mata Diklat Statika Bangunan, 4) Ada hubungan positif antara persepsi siswa pada kemampuan guru, kecerdasan emosi, dan sikap siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar Mata Diklat Statika Bangunan siswa kelas X Jurusan Teknik Konstruksi Kayu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010.

Berdasarkan hasil penelitian, maka penelitian ini menyarankan bahwa guru dapat bersikap objektif, mengarahkan siswa dalam mengendalikan emosi, menumbuhkan rasa suka terhadap mata pelajaran. Kepada para peneliti yang akan datang diharapkan dapat melakukan penelitian dengan topik yang sama di tempat yang berbeda untuk lebih memperkuat hasil penelitian ini.


(16)

commit to user

xvi

ABSTRACT

Y. Heru Styaka. S810809231. 2011. Correlation between Students’ Perceptions to Profesional Teacher Skills, Emotional Intelligence, and the Students’ Attitude with Learning Achievement of Statics Building Subject of the 1st Year of

Carpentry Program in SMK Negeri 2 Sragen. Post Graduate Program,

Educational Technology Studies Program, Sebelas Maret University of Surakarta. The problem in this research are: 1) whether there is a positive correlation between students perceptions to profesional the teachers skills and learning outcomes of statics building subject; 2) whether there is a positive correlationship between emotional intelligence and learning outcomes of statics building subject; 3) whether there is a positive correlationship between students’ attitude and learning outcomes of statics building subject; 4) whether there is a positive correlationship between students’ perception to the teachers skills, emotional intelligence, all students’ attitude and learning outcomes of statics building subject in the 1st Year of Carpentry Program of SMK Negeri 2 Sragen in Academic Year 2010/2011.

The research was conducted at SMK Negeri 2 Sragen. The research method used in this research is survey method with the type of correlational research. The study population was students of the 1st Year Students of Carpentry Program which consist of 3 classes with 100 students. The research sample was taken by proportional random sampling of 50 students or 50%. Data collection was done by using questionnaires and tests. Questionnaire measuring technique used in this study was a Likert scale with 5 options. The data analysis technique was performed by multiple regression analysis with a pre-requisite test that are normality and linearity test. Data analysis is then performed by using SPSS.

The research concluded that: 1) There is a positive correlation between students' perception to profesional the teachers’ skill and learning outcomes of statics building subject, 2) There is a positive correlationship between emotional intelligence and learning outcomes of statics building subject, 3) There is a positive correlationship between student attitudes and learning outcomes of statics building subject, 4) There is a positive correlationship between students’ perception to the teacher skills, emotional intelligence, all students’ attitude and learning outcomes of statics building subject in the 1st Year Students of SMK Negeri 2 Sragen in Academic Year 2009/2010 .

Based on the results of research, this research suggests that the teacher can behave objectively, direct students in controlling their emotions, and develop a sense of love towards the subject. The next researchers are expected to conduct research on the same topic at different places to further strengthen the results of this research.


(17)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional Indonesia berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional juga bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, masyarakat maupun bangsa dan negara, sebagai wujud perhatian maka pemerintah berusaha meningkatkan mutu pendidikan sekarang ini. Peningkatan mutu pendidikan senantiasa disesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan ilmu pengetahuan akan membuat pembangunan bangsa akan menjadi lebih baik dan mampu bersaing dengan negara lain.

Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, jalur pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Sedangkan pendidikan nonformal, yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara


(18)

commit to user

2

terstruktur dan berjenjang. Jalur pendidikan keluarga dan lingkungan disebut pendidikan informal. Ketiga jalur pendidikan tersebut merupakan satu kesatuan dalam pembinaan ataupun pembentukan kepribadian baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.

Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 14, pendidikan formal digolongkan menjadi tiga, yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar meliputi Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar yang terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah umum ada dua, yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah (MA). Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

Setiap lembaga pendidikan mempunyai tujuan institusional yang sesuai dengan jenis pendidikan. Keberhasilan pencapaian tujuan dari suatu lembaga pendidikan tersebut dapat diketahui melalui prestasi belajar siswa. Prestasi atau hasil belajar siswa tersebut dapat diukur dengan tes dan hasilnya diberikan dalam bentuk laporan hasil belajar yang disebut raport. Prestasi belajar pada masing-masing siswa akan berbeda antara satu siswa dengan siswa yang lain karena


(19)

commit to user

dalam proses belajar mengajar yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas anak didik terdapat serangkaian kegiatan yang menyeluruh yang menyangkut beberapa faktor. Oleh karena itu keberhasilan siswa dalam meraih prestasi belajar tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Usaha peningkatan kualitas pendidikan memang menjadi tanggung jawab pemerintah. Niat baik pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan warganya tentunya tidak akan tercapai tanpa didukung oleh para praktisi pendidikan. Para pengelola sekolah beserta guru sangat memegang peranan penting dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan. Berbagai kebijakan tingkat bawah menjadi sangat vital dalam menjamin tercapainya peningkatan pendidikan. Kebijakan kepala sekolah tentang kegiatan pembelajaran, termasuk di dalamnya yaitu kebijakan dalam menyediakan buku-buku pelajaran serta media dan alat pembelajaran dapat dikatakan sebagai kunci utama dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan. Selain itu, guru juga tidak boleh berdiam diri dalam ikut serta meningkatkan kualitas pendidikan. Guru juga harus kreatif dan selalu belajar agar hasil belajar menjadi meningkat. Peningkatan hasil belajar menjadi salah satu tolok ukur tercapainya peningkatan kualitas pendidikan.

Perhatian ditujukan pada subjek belajar yaitu siswa. Siswa sebagai subjek belajar juga menjadi salah satu objek yang harus diperhatikan dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan. Perhatian terhadap siswa sebagai subjek belajar perlu diperhatikan dalam membentuk kecerdasan emosinya serta sikapnya dalam belajar. Selain itu, juga perlu diperhatikan bahwa siswa juga individu yang memiliki persepsi yang berbeda-beda. Siswa sebagai subjek belajar akan


(20)

commit to user

4

memperoleh rangsangan yang berupa kemampuan guru dalam mengajar. Sementara itu, kecerdasan emosi seseorang bukan merupakan bawaan dari lahir. Akan tetapi merupakan hasil dari pengalaman selama hidupnya. Karena itu, kecerdasan emosi dapat dibentuk, yaitu melalui pendidikan.

Guru sebagai pelaksana pembelajaran akan menjadi objek bagi siswa dalam memberikan rangsangan kepada siswa agar dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik. Namun, siswa akan memberikan persepsi terhadap kemampuan guru dalam memberikan pembelajaran dengan persepsi yang berbeda beda. Adanya persepsi yang berbeda-beda tersebut karena ada faktor yang mempengaruhinya. Setiap siswa memiliki latar belakang yang berbeda-beda baik dari segi pengalaman maupun pengetahuan. Meskipun di sekolah dalam kelas yang sama, namun pengalaman di luar yang dapat dikatakan lebih banyak juga akan memberikan pengaruh pada persepsi yang dilakukannya. Karena itu, persepsi tersebut sedikit banyak akan berpengaruh kepada kegiatan belajarnya yang pada akhirnya juga akan memberikan pengaruh pada hasil belajarnya.

Sementara itu pembentukan kecerdasan emosi yang dilakukan dengan pendidikan tidak hanya dilakukan di lingkungan sekolah saja. Akan tetapi, kecerdasan emosi terbentuk karena pendidikan yang dialaminya baik pendidikan formal maupun informal. Dengan kata lain bahwa kecerdasan emosi terbentuk karena pengaruh lingkungan dimana seorang siswa berada. Berbekal pengalaman hidupnya, maka seseorang memiliki kecerdasan emosi yang dapat digunakan untuk mengendalikan emosi dalam segala situasi.


(21)

commit to user

Kegiatan pembelajaran juga memerlukan kemampuan dalam

mengendalikan emosi. Siswa yang dapat mengedalikan emosinya dalam kegiatan belajar, maka ia memliki kecerdasan emosi yang cukup untuk melakukan kegiatan belajar. Berbekal kecerdasan emosinya, maka segala materi yang diterima akan diresapi dengan baik, sehingga akan dipahami secara lebih sempurna. Karena itulah maka siswa yang memiliki kecerdasan emosi yang cukup tinggi, dapat menguasai pelajaran dan akan terlihat pada hasil belajarnya.

Siswa dalam kegiatan belajar memiliki perilaku yang merupakan cerminan dari sikapnya. Seorang siswa yang memiliki sikap tertentu, akan memiliki perilaku tertentu juga. Demikian pula terhadap kegiatan belajar, seorang siswa yang memiliki sikap yang positif terhadap kegiatan belajar, maka perilaku belajarnya juga cenderung positif. Dengan sikap yang positif tersebut, maka perilaku belajarnya akan tertata dengan baik sehingga memudahkan dalam memahami materi pelajaran.

Dalam kegiatan belajar mengajar, kemampuan memahami materi pelajaran dapat dikatakan sebagai kunci utama untuk mencapai keberhasilan. Kemampuan tersebut dapat diperoleh bila siswa berusaha meningkatkan kemampuannya dalam memahami pelajaran dengan cepat. Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa usaha meningkatkan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara dan ada beberapa sasaran yang harus ditingkatkan. Karena adanya berbagai hal yang harus ditingkatkan tersebut maka akan dijumpai adanya perbedaan pencapaian prestasi belajar pada siswa. Ada siswa yang pandai dan bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan ada pula siswa


(22)

commit to user

6

yang kurang bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Ada siswa yang nilai-nilai ulangannya baik dan ada pula siswa yang nilai ulangannya kurang memuaskan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara umum dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Slameto, 1995: 45). Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor internal meliputi banyak faktor antara lain usia, kematangan/pertumbuhan, kesehatan, minat, motivasi, suasana hati, kelelahan, emosi, kebutuhan, penyesuaian diri, sifat/karakteristik siswa, tingkat kecerdasan, bakat, kemampuan awal, sikap siswa dalam mengikuti pelajaran, latihan, kebiasaan belajar, kesiapan, kondisi fisik secara umum, dan kondisi panca indera. Sedangkan faktor eksternal dikelompokkan dalam tiga faktor yaitu faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor keluarga dapat berupa cara orang tua mendidik, hubungan antara anggota keluarga, suasana rumah, dan keadaan ekonomi keluarga. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, media belajar, waktu belajar mengajar, standar pelajaran, keadaan gedung, dan metode belajar. Faktor masyarakat juga berpengaruh terhadap proses belajar siswa, pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat.

Hal tersebut tentu saja berpengaruh pada proses belajar mereka sehingga berpengaruh pula pada prestasi belajar. Meskipun demikian minat bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Suasana hati juga dapat mempengaruhi. Siswa yang sedang bermasalah, suasana hatinya jadi tidak tenang


(23)

commit to user

sehingga pada saat proses belajar mengajar siswa yang bermasalah akan sulit berkonsentrasi. Akibatnya prestasi belajar menjadi menurun.

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen sebagai lembaga pendidikan telah mendidik siswa-siswinya secara maksimal. Namun demikian, hasil belajar siswa masih belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari 1 tahun terakhir, prestasi belajar siswa khususnya kelas X Jurusan Teknik Konstruksi Kayu, masih ada yang belum memenuhi standar minimal. Dari hasil kenaikan kelas yang lalu, siswa yang memiliki rata-rata di atas standar kompetensi baru mencapai kurang lebih 92%. Hal ini berarti bahwa masih ada kurang lebih 8% siswa yang belum mencapai batas minimal. Karena itu, perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Usaha memahami dan mengetahui secara pasti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan siswa dalam belajar, dapat dilakukan dengan melakukan penelitian. Berdasarkan pendapat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, maka sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan observasi untuk mengetahui kemungkinan faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan tersebut. Observasi dilakukan untuk lebih menfokuskan perhatian pada beberapa masalah yang diperkirakan memiliki pengaruh besar terhadap ketidakberhasilan tersebut.

Sehubungan dengan uraian di atas dan hasil observasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan belajar siswa, maka penelitian ini akan membahas tentang faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Tidak semua faktor yang termasuk di dalamnya akan diteliti, namun hanya


(24)

commit to user

8

meneliti tiga faktor saja yaitu persepsi siswa pada kemampuan guru, kecerdasan emosi dan sikap siswa. Berdasarkan latar belakang di atas akan dilakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Hubungan antara persepsi siswa pada kemampuan profesional guru, kecerdasan emosi, dan sikap siswa dengan hasil belajar Mata Diklat Statika Bangunan siswa kelas X Jurusan Teknik Konstruksi Kayu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Persepsi siswa yang salah terhadap kemampuan profesional guru dapat menurunkan motivasi belajar siswa.

2. Rendahnya motivasi siswa akan menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. 3. Rendahnya motivasi belajar dapat berpengaruh pada hasil belajar yang

rendah.

4. Kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

5. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat dapat mempengaruhi semangat belajar siswa.

6. Kecerdasan emosi siswa yang rendah dapat menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa.

7. Sikap siswa yang negatif terhadap kegiatan belajar dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.


(25)

commit to user

8. Kurangnya penggunaan media pembelajaran dapat menyebabkan siswa kesulitan untuk memahami materi pelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini membatasi masalah pada hubungan positif antara persepsi siswa pada kemampuan profesional guru, kecerdasan emosi, dan sikap siswa dengan hasil belajar Mata Diklat Statika Bangunan siswa kelas X Jurusan Teknik Konstruksi Kayu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas maka dirumuskan masalah yaitu:

1. Apakah ada hubungan positif antara persepsi siswa pada kemampuan profesional guru dengan hasil belajar Mata Diklat Statika Bangunan siswa kelas X Jurusan Teknik Konstruksi Kayu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011?

2. Apakah ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan hasil belajar Mata Diklat Statika Bangunan siswa kelas X Jurusan Teknik Konstruksi Kayu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011? 3. Apakah ada hubungan positif antara sikap siswa dengan hasil belajar Mata

Diklat Statika Bangunan siswa kelas X Jurusan Teknik Konstruksi Kayu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011?


(26)

commit to user

10

4. Apakah ada hubungan positif antara persepsi siswa pada kemampuan profesional guru, kecerdasan emosi dan sikap siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar Mata Diklat Statika Bangunan siswa kelas X Jurusan Teknik Konstruksi Kayu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Hubungan positif antara persepsi siswa pada kemampuan profesional guru dengan hasil belajar Mata Diklat Statika Bangunan siswa kelas X Jurusan Teknik Konstruksi Kayu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011.

2. Hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan hasil belajar Mata Diklat Statika Bangunan siswa kelas X Jurusan Teknik Konstruksi Kayu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011.

3. Hubungan positif antara sikap siswa dengan hasil belajar Mata Diklat Statika Bangunan siswa kelas X Jurusan Teknik Konstruksi Kayu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011.

4. Hubungan positif antara persepsi siswa pada kemampuan profesional guru, kecerdasan emosi dan sikap siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar Mata Diklat Statika Bangunan siswa kelas X Jurusan Teknik Konstruksi Kayu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011.


(27)

commit to user

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoretis maupun praktis. Berikut manfaat penelitian ini:

1. Secara Teoritis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang masalah prestasi belajar siswa berdasarkan faktor internal.

b. Memperkaya wawasan pengembangan ilmu pengetahuan yang

berhubungan dengan dunia pendidikan terutama dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

c. Untuk mendukung teori-teori yang sudah ada sehubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

2. Secara Praktis

a. Sebagai masukan untuk pemecahan masalah yang berkaitan dengan pencapaian prestasi belajar siswa.

b. Memberikan informasi tambahan kepada peneliti lain yang membahas mengenai masalah yang sejenis.


(28)

commit to user

12 BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Persepsi Siswa pada Kemampuan Profesional Guru

a. Pengertian

Persepsi itu merupakan proses pengorganisasian,

penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang intergrated dalam diri individu (Bimo Walgito, 2009 : 54). Pendapat lainnya dikemukakan oleh Alex Sobur (2009: 446) bahwa persepsi dapat didefinisikan sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan pancaindra atau data. Berdasarkan kedua pendapat di atas maka dapat dikemukakan bahwa persepsi adalah proses dalam menerima, menilai, dan memberikan reaksi pada objek yang diterima oleh pancaindera.

b. Proses Persepsi

Persepsi sebagai kegiatan dalam diri manusia merupakan suatu proses yang terjadi sebagaimana gambar 1. Dari gambar 1 dapat dijelaskan bahwa persepsi yang terjadi pada diri seseorang akan berawal dari adanya rangsangan. Rangsangan akan menimbulkan persepsi dalam pikiran seseorang. Lebih lanjut, persepsi akan menimbulkan pengenalan yang


(29)

commit to user

dilakukan dengan penalaran dan perasaan. Setelah adanya penalaran dan perasaan, maka akan memunculkan tanggapan.

Sumber : Alex Sobur (2009 : 447)

Gambar 1. Proses Persepsi 1

Lebih lanjut dikemukakan oleh Alex Sobur (2009: 447) bahwa proses persepsi, di dalamnya terdapat tiga komponen utama yaitu seleksi, interpretasi, dan tingkah laku. Ketiga komponen tersebut saling berurutan. Pada komponen pertama yaitu seleksi, terjadi setelah seseorang menerima rangsangan. Rangsangan berupa objek tertentu yang kemudian akan diseleksi. Proses seleksi tentunya dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalamannya. Setelah adanya seleksi, barulah kemudian muncul interpretasi, yaitu berupa pendapat seseorang terhadap objek yang baru saja tertangkap oleh pancainderanya. Dari interpretasi tersebut kemudian muncul persepsi yang selanjutnya akan diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai sebuah reaksi.

Proses persepsi juga bersifat komplek. Apa yang terjadi di luar individu dapat saja menjadi terbalik dipersepsikan oleh individu tersebut. Hal ini karena dalam proses persepsi ada tiga komponen yang ada dalam proses persepsi. Dinyatakan oleh Alex Sobur (2009: 449) bahwa ketiga

Rangsangan Persepsi Pengenalan Tanggapan

Penalaran


(30)

commit to user

14

komponen yang merupakan tahapan persepsi tersebut tidak saling terpisah, namun bersifat kontinu, bercampur baur, dan bertumpang tindih satu sama lain”. Ketiganya digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Proses Persepsi 2

Dari gambar di atas jelas bahwa persepsi memiliki tahap-tahap yang terdiri dari 3 tahap yaitu dari adanya rangsangan dari alat indera yang berkaitan dengan sifat objek, kemudian rangsangan tersebut diatur sedemikian rupa dan selanjutnya dievaluasi dan ditafsirkan. Hasil penafsiran tersebutlah yang kemudian disebut dengan persepsi.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi yang timbul pada diri seseorang karena adanya rangsangan akan berbeda dengan persepsi yang timbul pada diri orang lain. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi. Disebutkan oleh Bimo Walgito (2008: 54) bahwa “apa yang ada dalam diri individu akan mempengaruhi dalam individu mengadakan proses persepsi, dan hal ini merupakan faktor internal. Selain faktor internal tersebut, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi dalam proses persepsi, yaitu faktor stimulus itu sendiri dan faktor lingkungan dimana persepsi itu berlangsung, dan ini merupakan faktor eksternal”. Dari

Terjadinya stimulasi alat

indra

Stimulasi alat indra diatur

Stimulasi alat indra dievaluasi -


(31)

commit to user

pendapat tersebut dapat diketahui bahwa ada dua jenis faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Dijelaskan lebih mendalam lagi oleh Alex Sobur bahwa faktor yang mempengaruhi persepsi berasal dari internal dan eksternal. Dikemukakan oleh Alex Sobur (2009: 452) bahwa faktor internal yang mempengaruhi persepsi yaitu: “kebutuhan psikologis, latar belakang, pengalaman, kepribadian, sikap dan kepercayaan umum, serta penerimaan diri”.

Kebutuhan psikologis dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Terkadang ada semacam fatamorgana yang mengisi pikiran seseorang sehingga nampak “kelihatan”, padahal sebenarnya tidak ada. Adanya kebutuhan psikologis tertentu menjadikan seseorang seperti melihat sesuatu dan kemudian mempersepsinya.

Latar belakang juga mempengaruhi persepsi seseorang. Orang yang memiliki latar belakang tertentu, maka ia akan cenderung untuk mencari teman dari orang yang memiliki latar belakang setara, sejenis, atau yang hampir sama. Hal ini dikarenakan agar mereka dapat menyesuaikan dirinya dengan lebih baik. Dan hal ini merupakan salah satu dari fungsi persepsi.

Pengalaman seseorang akan mengarahkan dirinya dalam perilakunya. Proses persepsi yang dapat mempengaruhi perilaku akan mengarahkan seseorang mencari orang-orang yang memiliki pengalaman yang sama. Dengan menemukan orang yang memiliki pengalaman sama


(32)

commit to user

16

secara otomatis akan dapat mengungkapkan pikirannya dan akan diperoleh respon yang positif.

Kepribadian juga mempengaruhi persepsi seseorang. Kepribadian seseorang mengarahkan pada perilaku orang tersebut untuk mencari teman atau kenalan dengan orang yang memiliki kepribadian sejenis. Mereka akan dapat bergabung dengan orang yang memiliki kepribadian sama atau hampir sama.

Sikap dan kepercayaan umum juga mengarahkan seseorang untuk memperhatikan hal-hal yang sekecil apapun dari orang yang menjadi pusat perhatiannya. Adanya sikap dan kepercayaan umum tersebut, maka orang akan menilai orang lain secara lebih mendetail. Dengan demikian akan muncul persepsi tertentu pada orang lain tersebut yang berkedudukan sebagai objek persepsi.

Penerimaan juga sifat penting yang mempengaruhi persepsi. Adanya penerimaan diri tersebut, maka seseorang akan mudah menerima sesuatu kenyataan. Kemudahan menerima kenyataan dapat mempengaruhi persepsi, namun lebih bersifat ke arah negatif, sehingga mengurangi kecermatan dalam mempersepsi objek tertentu.

d. Guru

Guru sebagai profesi telah diakui oleh National Education Association tahun 1948. Guru sebagai jabatan profesi dirumuskan bahwa jabatan profesi merupakan jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual,


(33)

commit to user

menekuni suatu batang tubuh ilmu tertentu, didahului dengan persiapan profesional yang lama, memerlukan pelatihan jabatan yang kontinyu, menjanjikan karier bagi anggota secara permanen, mengikuti standar baku mutu tersendiri, lebih mementingkan layanan kepada masyarakat dibanding dengan mencari keuntungan pribadi, dan memiliki organisasi profesional yang kuat dan dapat melakukan kontrol teradap anggota yang melakukan penyimpangan (Syaiful Sagala, 2009: 8). Dari pendapat tersebut jelas bahwa guru merupakan salah satu profesi yang telah diakui dunia karena memiliki alasan-alasan yang kuat sebagai sebuah profesi, terutama dari segi intelektual.

Sebagai profesi dalam bidang pendidikan, guru memiliki beberapa permasalahan dalam bidang pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Anwar dan Sagala (2006: 123) yaitu: 1) profesionalisme profesi keguruan, otoritas profesional guru, kebebasan akademik, dan tanggung jawab moral dan pertanggungjawaban jabatan”. Dari segi profesionalisme profesi keguruan bahwa pada dasarnya pengajaran merupakan bagian profesi yang memiliki ilmu maupun teoritikal, keterampilan, dan mengharapkan ideologi profesional tersendiri. Olah karena itu seseorang yang bekerja di lembaga pendidikan dengan tugas mengajar, jika dilihat dari teori dan praktek tentang suatu pengetahuan, maka guru juga merupakan sebuah profesi. Pada otoritas profesional guru, disiplin profesi guru memiliki hubungan dengan anak didik. Para guru melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan dengan menggunakan metode yang bervariasi dalam


(34)

commit to user

18

mendidik siswa. Pendidik yang profesional akan memberikan bantuan sampai tuntas. Karena itu, guru yang profesional tidak hanya terkonsentrasi pada materi pelajaran, tetapi mereka juga memperhatikan situasi-situasi tertentu. Kebebasan akademik adalah suatu kebebasan yang memberi kebebasan berkreasi dalam suatu forum dalam lingkup kebenaran. Dalam hal ini, guru memiliki tanggung jawab keilmuan. Guru bekerja bukan atas tekanan kebutuhan belajar siswa, tetapi atas tuntutan profesional. Karena itu alasan apapun yang dikemukakan guru karena meninggalkan tugas mengajar adalah suatu hal yang melanggar etika profesi, kecuali alasan yang bersifat kemanusiaan. Selain itu, tanggung jawab moral maupun pertanggungjawaban jabatan merupakan salah satu hal yang menunjukkan bahwa guru merupakan jabatan profesional. Guru harus memiliki tanggung jawab secara moral terhadap anak didiknya. Selain itu guru juga harus mempertanggung jawabkan jabatannya atau dengan kata lain adalah mempertanggung jawabkan tugas-tugasnya secara profesional.

Guru sebagai sebuah profesi, maka jabatan guru memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Meskipun demikian, masih saja ada guru-guru di sekolah yang bukan berasal dari pendidikan guru. Hal ini tentunya perlu memperoleh perhatian yang serius jika ingin pendidikan bertambah maju. Jabatan profesional seorang guru menuntut berbagai kemampuan sebagaimana dikemukakan oleh Hamzah B. Uno (2008: 16)


(35)

commit to user

yaitu: 1) Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi pelajaran yang diberikan serta dapat menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang bervariasi, 2) Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam berpikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, 3) Guru harus dapat membuat urutan dalam pemberian pelajaran dan penyesuaiannya dengan usia dan tahapan tugas perkembangan peserta didik, 4) Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik, agar peserta didik menjadi mudah dalam memahami pelajaran yang diterimanya, 5) sesuai dengan prinsip repetisi dalam proses pembelajaran, diharapkan guru dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang sehingga tanggapan peserta didik menjadi jelas, 6) guru wajib memperhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara mata pelajaran dan atau praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari, 7) guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan cara memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung, mengamati/meneliti, dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatnya, 8) guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial, baik dalam kelas maupun di luar kelas, 9) guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta secara individual agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaannya tersebut.

Selain kemampuan-kemampuan sebagaimana di atas, guru juga memiliki kompetensi profesional. Menurut Hamzah B. Uno (2009: 18)


(36)

commit to user

20

“kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru ada tiga yaitu kompetensi pribadi, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional”. Kompetensi pribadi berkaitan dengan kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk Tuhan. Sebagai guru, ia wajib memiliki pengetahuan yang akan disampaikan kepada anak didiknya secara benar dan penuh tanggung jawab. Karena itu, guru harus memiliki pengetahuan penunjang tentang kondisi sosiologis, psikologis, dan pedagogis dari para peserta didik yang dihadapinya. Kompetensi pribadi seorang guru antara lain yaitu pengetahuan tentang materi pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya, pengetahuan tentang perkembangan peserta didik, dan kemampuan untuk memperlakukan mereka secara individual.

e. Persepsi siswa pada guru

Berdasarkan pengertian persepsi dan guru di atas, maka dapat dirumuskan pengertian persepsi siswa pada guru. Persepsi merupakan proses memberikan tanggapan pada sebuah objek. Salah satu yang dapat menjadi objek perhatian seseorang adalah guru. Guru dalam hal ini adalah tenaga profesional yang memberikan pembelajaran kepada siswa. Dalam proses pembelajaran, guru akan dipersepsi oleh siswa dengan persepsi yang berbeda-beda pula pada setiap siswa. Dari pengertian persepsi dan guru, maka persepsi siswa pada guru dapat dinyatakan sebagai proses persepsi yang dilakukan oleh siswa terhadap guru.

Persepsi siswa pada guru dapat dilakukan sebagaimana proses persepsi pada umumnya. Bagi siswa, guru merupakan obyek yang


(37)

commit to user

memberikan rangsangan kepada siswa. Karena memberikan rangsangan, maka guru akan dipersepsi oleh siswa sedemikian rupa sehingga akan menimbulkan tingkah laku.

Untuk dapat mengetahui persepsi siswa pada guru, maka dapat dilihat dari proses persepsi yang meliputi menerima rangsangan, menyeleksi rangsangan, pengorganisasian, penafsiran, pengecekan, dan reaksi. Persepsi siswa pada guru yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah persepsi pada kemampuan guru dalam mengajar. Jadi yang menjadi perhatian utama dalam persepsi ini adalah kemampuan guru dalam mengajar.

2. Kecerdasan Emosi

a. Pengertian

Istilah “kecerdasan emosi” sebagaimana dikemukakan oleh Aunurahman (2009: 85) bahwa pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovely dari Harvard University dan Johan Mayer dari University of New Hampsshie. Istilah tersebut ditujukan untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting untuk keberhasilan individu.

Menurut Hamzah B. Uno (2006: 68) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati, dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan


(38)

commit to user

22

berpikir, berempati, dan berdoa. Sedangkan menurut Agus Nggermanto (2008: 98) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.

Dari beberapa pendapat di atas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan emosi menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Kecerdasan emosi tidak hanya menyangkut dengan masalah internal atau individu saja, akan tetapi juga menyangkut dengan masalah eksternal atau orang lain. Jadi, kecerdasan emosi merupakan kemampuan mengelola emosi yang terkait dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain.

b. Ciri-ciri kecerdasan emosi

Kecerdasan emosi dapat terlihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu yang bersangkutan. Dalam menghadapi situasi tertentu, kecerdasan emosi seseorang akan muncul sehingga kemampuan seseorang dalam menghadapi masalah tersebutlah yang menunjukkan kecerdasan emosinya. Mengutip pendapat Goleman, (Aunurrahman (2009: 89) mengemukakan beberapa ciri kecerdasan emosi yang terdapat pada diri seseorang berupa:


(39)

commit to user 1) Kemampuan memotivasi diri sendiri 2) Ketahanan menghadapi frustasi

3) Kemampuan mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, dan

4) Kemampuan menjaga suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati, dan berdo’a.

Kemampuan-kemampuan yang disebutkan tersebut sangat memberikan pengaruh pada diri seseorang untuk mampu mengatasi berbagai masalah dalam kehidupannya. Kemampuan dalam menghadapi masalah tersebut tentunya juga dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pengetahuan, kemampuan berpikir, dan tentunya juga memahami hak-hak dan kewajiban sendiri serta hak dan kewajiban orang lain yang berkaitan dengan permasalahan yang terjadi.

Ciri-ciri emosi juga dikemukakan oleh Syamsu Yusuf LN (2001: 116) yang mengemukakan bahwa emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri-ciri sebagai berikut: a. lebih bersifat subjektif daripada peristiwa psikologis lainnya seperti pengamatan dan berpikir. b. bersifat fluktuatif (tidak tetap), dan c. banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera. Dengan adanya ciri-ciri tersebut, maka emosi yang terjadi pada individu terutama yang berkaitan dengan individu anak dan orang dewasa berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh kemampuan berpikir dan pengalaman yang diperoleh selama menjalani kehidupan di dunia.


(40)

commit to user

24

c. Emosi dan Kegunaannya

Emosi menurut Syamsu Yusuf LN (2001: 114) mengutip dari pendapat English and English adalah “A complex feeling state accompained by characteristic motor and glandular activies”, yaitu suatu keadaan perasaan yang kompleks yang disertai karakterisik kegiatan kelenjar dan motoris. Selanjutnya, Alex Sobur (2009: 399) mengutip pendapat William James mengemukakan bahwa “emosi adalah kecenderungan untuk memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya”. Berdasarkan pendapat tersebut maka emosi merupakan situasi internal dalam individu ketika sedang menghadapi suatu objek tertentu yang menjadi perhatiannya.

Selanjutnya, mengenai kegunaan atau fungsi emosi menurut Goleman dan Hammen dalam Alex Sobur (2009: 400) disebutkan ada empat fungsi emosi. Pertama emosi adalah pembangkit energi. Kedua, emosi adalah pembawa emosi kita. Ketiga, emosi bukan saja pembawa informasi dalam komunikasi intrapersonal, tetapi juga pembawa pesan dalam komunikasi interpersonal. Keempat, emosi juga merupakan sumber informasi tentang keberhasilan kita. Dengan mengetahui empat fungsi emosi tersebut, maka emosi jelas tidak hanya berkaitan dengan diri sendiri, akan tetapi berkaitan juga dengan situasi eksternal.

d. Komponen Kecerdasan Emosi

Menurut Goleman dalam Agus Nggermanto (2009: 100) mengemukakan terdapat lima dimensi atau komponen kecerdasan emosi


(41)

commit to user

(EQ) yaitu: 1. Kesadaran diri, 2. Pengaturan diri, 3 Motivasi, 4. Emphati, dan 5. Keterampilan sosial. Sedangkan menurut Salovey dalam Hamzah B Uno (2001: 73-75) disebutkan ada lima wilayah utama sebagai aspek kecerdasan emosi yang meliputi: mengenali diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan. Dari kedua pendapat tersebut bahwa kecerdasan emosi terdiri dari lima komponen atau aspek. Kelima aspek tersebut secara singkat dijelaskan sebagai berikut :

1) Mengenali emosi diri

Mengenali emosi diri merupakan kesadaran diri tentang perasaan atau batinnya sendiri. Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosi, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi. 2) Pengelolaan diri


(42)

commit to user

26

Mengandung arti bagaimana seseorang mengelola diri dan perasaan-perasaan yang dialaminya, atau dengan kata lain adalah mengelola emosi. Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita (Goleman, 2002 : 77-78). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan. 3) Kemampuan untuk memotivasi diri

Kemampuan ini berguna untuk mencapai tujuan jangka panjang, mengatasi setiap kesulitan yang dialami bahkan untuk melegakan kegagalan yang terjadi. Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.

4) Empati

Empati ini dibangun dari kesadaran diri dan dengan memposisikan diri senada, serasa dengan emosi orang lain akan


(43)

commit to user

membantu anda membaca dan memahami perasaan orang lain tersebut. Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut empati. Menurut Goleman (2002 :57) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.

Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang-orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah bergaul, dan lebih peka (Goleman, 2002 : 136). Nowicki, ahli psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa frustasi (Goleman, 2002 : 172). Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.

5) Ketrampilan sosial

Merupakan ketrampilan yang dapat dipelajari seseorang semenjak kecil mengenai pola-pola berhubungan dengan orang lain.


(44)

commit to user

28

Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2002 : 59). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain.

Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi (Goleman, 2002 :59). Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan orang lain. Sejauhmana kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya.

3. Sikap Siswa

a. Pengertian Sikap

Sikap merupakan istilah yang menunjuk pada status mental seseorang, dalam bahasa inggris disebut atitude. Pengertian tentang sikap salah satunya dikemukakan oleh Abu Ahmadi (2002: 164) bahwa sikap


(45)

commit to user

adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten. Travers (2004: 344) mendefinisikan sikap yaitu “an attitude as a relativeley permanent way of feeling thinking and behaving toward something or samebody”, yaitu sikap sebagai suatu perasaan yang relatif tetap tentang berpikir dan untuk mendapatkan sesuatu atau seseorang. Dari kedua pendapat tersebut menunjukkan bahwa sikap merupakan sesuatu yang konsisten atau permanen dalam diri seseorang.

Gerungan (2004: 160) menyatakan bahwa “pengertian attitude dapat diterjemahkan dengan sikap terhadap objek tertentu yang merupakan sikap pandangan atau perasaan tetapi sikap tersebut disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek itu; jadi attitude (sikap) dapat diterjemahkan dengan tepat sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap sesuatu hal, tidak ada sikap tanpa objek”. Dari pendapat tersebut menunjukkan bahwa sikap muncul karena adanya objek tertentu. Sikap terwujud dalam bentuk suatu tindakan karena adanya stimulus dari objek yang menjadi perhatian seseorang.

Pendapat lainnya dikemukakan oleh Tanwey Gerson (2004: 80) bahwa “sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap suatu objek”. Pengertian ini juga terkait dengan pengertian di atas bahwa sikap muncul karena adanya suatu objek yang menjadi pusat perhatiannya. Objek tersebut mempengaruhi perilaku individu baik yang bersifat positif maupun


(46)

commit to user

30

negatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi (2002: 164) bahwa “sikap adalah suatu betuk evaluasi atau reaksi perasaan, sikap seorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavourable) pada objek tersebut”. Demikian pula dikemukakan oleh Edwards dalam Saifuddin Azwar (2005:5) bahwa sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan tanggapan seseorang terhadap suatu objek yang muncul dalam tindakan-tindakan tertentu dimana tindakan-tindakan tersebut dapat bersifat positif (mendukung) ataupun negatif (tidak mendukung).

b. Ciri-ciri Sikap

Ciri-ciri sikap menurut Abu Ahmadi (2002: 178) yaitu: “sikap dapat dipelajari, memiliki kestabilan, personal-societal significance, berisi kognisi dan afeksi, dan approach – avoidance directionality”. Sedangkan menurut Gerungan (2004: 163) menyebutkan ciri-ciri sikap yaitu: “sikap tidak dibawa orang sejak ia dilahirkan, tetapi dibentuk atau dipelajari sepanjang orang itu dalam hubungannya dengan objek, sikap dapat berubah-ubah, sikap tidak berdiri sendiri, objek sikap dapat berupa satu hal tertentu tetapi merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut, sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan”.

Sesuai dengan pendapat-pendapat di atas, sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir. Seorang manusia pada waktu dilahirkan belum


(47)

commit to user

memiliki sikap tertentu terhadap suatu objek. Karena tidak dibawa sejak lahir, maka sikap akan terbentuk mengikuti perkembangan individu yang bersangkutan. Dengan demikian, karena sikap dapat dibentuk, maka sikap dapat dipelajari dan tentunya juga dapat berubah. Meskipun demikian, sikap memiliki kecenderungan yang agak tetap. Hal ini sesuai dengan pendapat Kimbal Young (1957: 77) bahwa: “an attitude is essentially a form of anticipatory response, a beginning of action which is nor necessary completed. This readniness to react moreover, implies some kind of stimulating situation, either specific or general. Also, attitudes tend to have stability and persistence”. Sikap memiliki kecenderungan stabil meskipun dapat mengalami perubahan. Sikap dapat dibentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan objek tertentu. Berhubung dengan hal tersebut, akan terlihat pentingnya faktor pengalaman dalam rangka pembentukan sikap.

Sikap seseorang akan selalu berhubungan dengan suatu objek. Tanpa adanya objek tertentu, maka seseorang tidak akan memiliki sikap. Karena itulah maka sikap akan terbentuk karena adanya objek tertentu. Demikian pula sikap dapat dipelajari dengan menggunakan suatu objek melalui proses persepsi terhadap objek tersebut. Hubungan yang positif atau negatif antara seseorang dengan objek yang menjadi pusat perhatiannya akan menentukan atau menimbulkan sikap tertentu pula yaitu berupa sikap positif atau negatif pada objek tersebut.


(48)

commit to user

32

Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun beberapa objek. Jika sikap tertuju pada satu objek, maka seseorang akan memberikan salah satu alternatif penilaian, yaitu positif atau negatif. Namun ketika seseorang menghadapi beberapa objek, maka akan muncul berbagai persepsi dari masing-masing objek. Karena itu juga akan menimbulkan berbagai sikap terhadap objek-objek tersebut. Adanya berbagai sikap terhadap berbagai objek, maka seseorang akan dapat memilih atau menentukan objek mana yang dapat menguntungkan dirinya dan objek yang dapat merugikan. Dari sinilah, maka seseorang dapat melakukan seleksi terhadap banyak objek yang sedang dihadapinya.

Sikap yang sudah terbentuk dan telah menjadi nilai dalam kehidupan seseorang, secara relatif sikap itu akan lama bertahan pada dirinya. Jika demikian, maka sikap tersebut akan sulit berubah dan kalaupun dapat berubah akan memakan waktu yang relatif lama pula. Sebaliknya, sikap yang terbentuk sesaat dan belum mendalam pada diri seseorang, maka sikap tersebut secara relatif tidak tahan lama dan sikap tersebut akan mudah untuk diubah.

Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi. Hal ini berarti bahwa sikap terhadap suatu objek akan selalu diikuti oleh perasaan tertentu yang dapat menimbulkan rasa senang atau tidak senang terhadap objek tersebut. Karena itulah maka perasaan tersebut akan menimbulkan motivasi atau daya dorong tertentu untuk berperilaku tertentu pula terhadap objek tersebut. Jika suatu objek menimbulkan perasaan senang,


(49)

commit to user

maka akan muncul motivasi atau dorongan untuk mendekat atau memiliki objek tersebut. Sebaliknya jika objek tersebut menimbulkan rasa tidak senang, maka akan dapat memunculkan motivasi atau dorongan untuk menjauhi objek tersebut.

Berdasarkan ciri-ciri sikap tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa sikap dapat dipelajari. Sesuatu yang dapat dipelajari berarti dapat digunakan untuk mempengaruhi seseorang. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa sikap dapat dibentukkan kepada individu. Dalam dunia pendidikan, sikap dapat dibentukkan kepada peserta didik sehingga dalam waktu tertentu siswa akan memiliki sikap terhadap sesuatu sebagaimana yang telah dikondisikan oleh pihak-pihak tertentu (guru).

c. Komponen Sikap

Pengertian-pengertian sikap sebagaimana dikemukakan oleh para penulis menunjukkan adanya komponen-komponen dalam sikap. Komponen-komponen tersebut saling berinteraksi sehingga akan membentuk sikap pada diri seseorang. Mengenai komponen sikap, Franzoi (1997) menjelaskan ada tiga komponen sikap, yaitu: “1) Komponen kognisi yang merupakan representasi dari sesuatu yang dipercayai oleh individu, 2) komponen afeksi berkaitan dengan aspek emosional, dan 3) komponen konasi berhubungan dengan aspek kecenderungan untuk bertindak”.

Pendapat dari para penulis lain antara lain adalah Mann yang menyebutkan komponen sikap terdiri dari : “1) komponen kognitif, 2)


(50)

commit to user

34

komponen afektif, dan 3) komponen perilaku” (dalam Hadi Suyono, 2008: 98). Menurut pendapat tersebut, komponen kognitif berisi tentang persepsi, kepercayaan, dan stereotipe yang dimiliki oleh individu mengenai sesuatu. Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Komponen tersebut biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap. Selain itu aspek sikap yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang akan mengubah sikap individu. Komponen perilaku merupakan tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara tertentu. Pada komponen perilaku inilah sikap akan dapat dilihat oleh orang lain yang menunjukkan sejauh mana sikap seseorang terhadap objek tertentu.

Senada dengan pendapat di atas, Eagly & Chaiken (1993) mengungkapkan bahwa sikap merupakan predisposisi untuk menentukan perilaku yang terdiri dari kognitif, afektif, dan konatif yang kemudian tiga komponen tersebut disebut dengan the tripartite model of atttitudes. Aspek kognitif merupakan aspek yang dinyatakan dalam seluruh kognisi yang dimiliki oleh individu mengenai objek sikap yang terdiri dari fakta, informasi, dan keyakinan tentang objek. Jumlah isi kognisi berasal dari berbagai objek sikap sehingga mengandung makna yang kompleks. Afektif merupakan komponen yang berupa perasaan atau emosi terhadap objek sikap. Komponen afektif merupakan emosi yang lebih sederhana daripada kognitif. Afektif berhubungan dengan nilai positif atau negatif,


(51)

commit to user

rasa suka atau tidak suka. Afektif ini merupakan komponen yang mewarnai kognisi, memilih informasi, mengevaluasi informasi, dan mendorong untuk melakukan sesuatu.

Bimo Walgito (2003) juga mengungkapkan hal yang sama tentang komponen-komponen sikap. Beliau juga menyatakan bahwa ada tiga komponen sikap, yaitu komponen kognisi atau komponen perseptual, komponen afektif atau komponen emosional, dan komponen konatif atau komponen perilaku. Komponen kognisi atau komponen perseptual berkaitan dengan persepsi seseorang. Komponen ini merupakan komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, dan keyakinan. Komponen afektif atau komponen emosional adalah komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Perasaan senang berkaitan dengan hal positif, sedang perasaan tidak senang berkaitan dengan hal negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap yang positif atau negatif maupun rasa suka atau tidak suka. Sedangkan komponen konatif atau komponen perilaku, yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap yang merupakan indikator besar atau kecilnya kecenderungan individu untuk bertindak terhadap objek sikap.

d. Fungsi Sikap

Ada empat fungsi sikap, yaitu a. fungsi pengetahuan, b. fungsi penyesuaian diri, c. fungsi manfaat, dan d. fungsi pengekspresian nilai.


(52)

commit to user

36

Dengan fungsi-fungsi tersebut, maka sikap dapat dipergunakan untuk kepentingan tertentu. Terkait dengan bidang pendidikan, pembentukan sikap dapat ditujukan kepada siswa agar siswa memiliki sikap-sikap positif yang diharapkan dalam kegiatan pembelajaran, misalnya membentuk sikap nasionalisme, membentuk sikap terhadap profesi tertentu, atau sikap-sikap lain yang positif.

Fungsi sikap yang lain dikemukakan oleh Abu Ahmadi (2002: 197) bahwa fungsi sikap dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu: a. sebagai alat untuk menyesuaikan diri, b. sebagai pengukur tingkah laku, c. sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman, dan d. sebagai pernyataan kepribadian”. Pendapat tersebut senada dengan pendapat sebelumnya, bahwa sikap dapat berfungsi untuk berbagai hal yang terkait dengan tingkah laku individu.

Fungsi sikap dari segi instrumental atau penyesuaian atau manfaat adalah berkaitan dengan sarana-tujuan. Sikap merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Orang yang memandang sampai sejauh mana objek yang menjadi pusat perhatiannya dapat digunakan sebagai sarana atau alat dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Jika objek sikap dipersepsikan oleh seseorang bahwa objek tersebut dapat memberikan keuntungan pada dirinya, maka orang tersebut akan bersikap positif terhadap objek. Demikian sebaliknya bila suatu objek dipersepsikan dapat menimbulkan kerugian pada dirinya, maka orang tersebut akan memiliki sikap negatif. Karena itulah, maka sikap memiliki fungsi untuk mencapai tujuan. Setiap


(53)

commit to user

individu akan memiliki tujuan yang berbeda meskipun objek yang sedang diperhatikan sama, karena masing-masing orang juga memiliki kepentingan yang berbeda-beda.

Sikap juga dipergunakan oleh individu atau seseorang untuk mempertahankan egonya. Sikap ini akan berfungsi ketika seseorang merasa terancam akan eksistensinya atau egonya. Karena adanya perasaan terancam tersebut, maka sikap akan berperan atau berfungsi untuk mempertahankan dirinya. Untuk mempertahankan egonya tersebut, maka seseorang akan mengambil suatu sikap tertentu. Misalnya saja jika pendapatnya tidak diakui, maka seseorang akan mengambil sikap untuk keluar dari kelompok tertentu.

Sikap juga berfungsi untuk mengekspresikan nilai. Sikap pada diri seseorang dapat digunakan untuk mengekspresikan nilai yang ada pada dirinya. Dengan mengekspresikan dirinya, seseorang akan memperoleh kepuasan dan menunjukkan siapa dirinya kepada lingkungannya. Dengan mengambil sikap tertentu, maka seseorang dapat menunjukkan bagaimana nilai-nilai yang ada dalam dirinya. Demikian juga dari sisi luar, orang lain akan dapat memberikan penilaian pada seseorang dengan melihat sikap yang diambilnya.

Sikap juga memiliki fungsi pengetahuan. Seseorang memiliki motivasi untuk mengerti melalui pengalaman-pengalamannya. Aktivitas tersebut merupakan aktivitas untuk memperoleh pengetahuan. Unsur-unsur dari pengalaman yang kurang konsisten dengan pengetahuannya


(54)

commit to user

38

akan disusun kembali agar konsisten. Hal ini berarti seseorang memiliki sikap tertentu yang menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap suatu objek.

e. Karakteristik Sikap

Sikap merupakan respon yang bersifat evaluatif. Hasil evaluasi tersebut dapat bersifat positif ataupun negatif. Hal ini menunjukkan bahwa dalam sikap terkandung adanya preferensi atau rasa suka- tidak suka terhadap sesuatu objek sikap. Berkaitan dengan hal tersebut, sikap dapat dipahami tidak hanya pada seberapa suka atau tidak sukanya perasaan seseorang, namun sikap dapat dipahami dari dimensi-dimensi yang lain.

Sax dalam Saifudin Azwar (2008: 87) mengemukakan bahwa sikap memiliki beberapa karakteristik atau dimensi, yaitu arah, intensitas, keluasan, konsistensi, dan spontanitas. Untuk lebih memahami tentang karakteristik sikap tersebut, maka akan diuraikan tentang masing-masing dimensi atau karakteristik sikap.

Sikap memiliki arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan, yaitu apakah seseorang setuju atau tidak setuju dengan suatu objek, apakah seseorang memihak atau tidak memihak pada sesuatu atau seseorang. Seorang yang memiliki memihak atau setuju dengan suatu objek atau seseorang, berarti orang tersebut memiliki sikap positif pada objek atau orang tersebut. demikian pula sebaliknya, jika seorang tidak setuju dengan suatu objek, berarti ia memiliki sikap negatif atau menolaknya.


(55)

commit to user

Sikap memiliki intensitas. Karakteristik ini menunjukkan kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Dua orang yang memiliki sikap dalam kategori sama, misalnya sama-sama positif, namun intensitas dari masing-masing orang tentunya tidak sama persis. Jadi, sikap dua orang yang sama-sama suka terhadap suatu objek, namun tingkat kesukaannya tentu berbeda.

Sikap memiliki keluasan, maksudnya bahwa kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap suatu objek dapat mengenai aspek yang sedikit dan spesifik atau sebaliknya dapat mencakup banyak aspek. Dua orang yang memiliki sikap yang sama pada suatu objek, misalnya sama-sama setuju dengan objek tersebut, kesetujuannya antara satu orang dengan lainnya berbeda. Satu orang mungkin setuju atas semua aspek yang ada pada objek tersebut, sedangkan orang lainnya mungkin hanya setuju pada satu atau beberapa aspek saja.

Sikap memiliki konsistensi. Maksudnya bahwa kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responnya terhadap objek sikap yang dimaksudkan. Konsistensi sikap diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu. Sikap yang konsisten merupakan sikap yang sudah teruji dalam waktu yang relatif panjang. Jika seseorang memiliki sikap yang positif pada suatu objek dalam waktu yang lama, maka sikap tersebut baru sikap yang konsisten. Sedangkan bila sikap selalu berubah dalam


(56)

commit to user

40

waktu yang relatif pendek, maka sikap seseorang tersebut dinamakan sikap inkonsisten.

Sikap juga merupakan spontanitas. Spontanitas dalam sikap menyangkut sejauh mana kesiapan individu menyatakan sikapnya secara spontan. Sikap dikatakan memiliki spontanitas yang tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka tanpa harus melakukan pengungkapan atau desakan terlebih dahulu. Dengan kata lain bahwa tanpa diminta atau didesak pun, seseorang akan menyatakannya secara spontan.

f. Pengukuran Sikap

Mengukur sikap merupakan pekerjaan yang tidak mudah, karena menyangkut masalah psikologi. Objek psikologi tidak mudah untuk diamati karena memang tidak nampak yang dapat diamati secara langsung. Akan tetapi, mempelajari psikologi dilakukan dengan mengamati manifestasi dari kehidupan psikis, demikian pula dalam mempelajari sikap.

Untuk melakukan pengukuran, harus ada alat ukurnya dan ada objek yang diukur. Namun tidak hanya kedua faktor itu saja, masih banyak faktor yang perlu diperhatikan ketika melakukan pengukuran. Apalagi jika mengukur sikap sebagai manifestasi dari kondisi psikologi seseorang. Menurut Bimo Walgito (2003: 152) mengutip pendapat Sutrisno Hadi menyatakan bahwa variasi pengukuran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: “a) keadaan objek yang diukur, b) situasi


(57)

commit to user

pengukuran, c) alat ukur yang digunakan, d) penyelenggaraan pengukuran, dan e) pembacaan atau penilaian hasil pengukuran”.

Pengukuran sikap harus memperhatikan faktor keadaan objek yang diukur. Pengukuran sudah semestinya dapat mengungkap apa yang ingin diungkap atau ingin diukur. Hal ini terkait dengan ketepatan alat ukur. Dalam bidang psikologi, tidak ada alat ukur yang benar-benar sempurna mengungkap atau mengukur secara murni tentang objek yang diukur. Karena itulah, maka pengukuran gejala psikologi seperti sikap akan dipengaruhi oleh keadaan objek yang diukur.

Situasi pengukuran juga akan mempengaruhi hasil pengukuran. Pengukuran sesuatu dalam situasi yang berbeda dapat menimbulkan hasil pengukuran yang berbeda pula. Misalnya saja mengukur motivasi belajar pada anak SD dan SMA akan menghasilkan informasi yang berbeda. Perbedaan situasi sekelompok objek akan menjadikan hasil pengukuran juga berbeda. Karena itulah, situasi pengukuran perlu diperhatikan ketika ingin mengungkap informasi atau mengukur gejala psikologis manusia seperti sikap.

Alat ukur sangat penting untuk menghasilkan informasi sebagaimana yang diinginkan. Alat ukur yang tidak seragam akan menghasilkan informasi yang tidak seragam pula. Dalam bidang psikologi, alat ukur yang digunakan disesuaikan dengan situasi dan kondisi objek. Karena itu, alat ukur dibuat sesuai dengan keadaan objek penelitian


(1)

commit to user

pelajaran tertentu akan mempengaruhi hasil belajar pada mata pelajaran tersebut.

4. Pengujian Hipotesis Keempat

Hipotesis keempat dalam penelitian ini dinyatakan bahwa: ”Ada hubungan positif antara persepsi siswa pada kemampuan profesional guru, kecerdasan emosi dan sikap siswa dengan hasil belajar Mata Diklat Statika Bangunan siswa kelas X Jurusan Teknik Konstruksi Kayu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011”. Berdasarkan hasil

analisis regresi untuk hubungan Persepsi Siswa pada Kemampuan Profesional Guru, Kecerdasan Emosi, dan sikap siswa dengan Hasil Belajar Mata Diklat Statika Bangunan diperoleh F hitung sebesar 12,079 dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, maka disimpulkan bahwa hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol ditolak. Dengan demikian, hipotesis keempat dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa antara persepsi siswa pada kemampuan profesional guru, kecerdasan emosi, dan sikap siswa secara bersama-sama memiliki hubungan dengan hasil belajar. Adanya hubungan ini menunjukkan bahwa ketiga faktor tersebut merupakan faktor yang penting dalam membentuk keberhasilan siswa dalam belajar. Faktor-faktor tersebut memang perlu diperhatikan sedemikian rupa sehingga keberadaannya pada siswa akan dapat menjadikan siswa memiliki hasil belajar yang baik.


(2)

commit to user

94

E. Keterbatasan Masalah

Berbagai hambatan muncul seiring dengan dilaksanakan penelitian ini. Hambatan tersebut menjadikan hasil penelitian kurang sempurna. Karena itulah maka penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan. Adapun keterbatasan penelitian ini antara lain :

1. Subjek penelitian

Dari sisi subjek penelitian, maka keterbatasan dalam penelitian ini a. Faktor kelas yang terbatas, karena jumlah siswa kelas X jurusan Teknik

Konstruksi Kayu 100 siswa dari 3 kelas secara keseluruhan, dan juga satu-satunya Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Sragen yang masih ada Jurusan Teknik Konstruksi Kayu.

b. Persepsi siswa pada kemampuan profesional guru yang diukur hanya terbatas pada kemampuan profesional guru, sehingga siswa hanya bisa melihat dan mengamati guru pada saat mengajar saja, di luar itu siswa tidak dapat mengamati kemampuan guru yang sebenarnya.

2. Objek penelitian

Pada objek penelitian ini sebenarnya masih banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, akan tetapi keterbatasan yang ada pada penelitian ini sebatas pada persepsi siswa pada kemampuan guru, kecerdasan emosi, dan sikap siswa.


(3)

commit to user BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan 122

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan pengujian hipotesis, maka penelitian ini memperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada hubungan positif antara persepsi siswa pada kemampuan profesional guru dengan hasil belajar Mata Diklat Statika Bangunan siswa kelas X Jurusan Teknik Konstruksi Kayu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011”. (rhitung sebesar 0,405 > rtabel sebesar

0,231)

2. Ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan hasil belajar Mata Diklat Statika Bangunan siswa kelas X Jurusan Teknik Konstruksi Kayu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 (rhitung sebesar 0,470 > dari r tabel sebesar 0,231)

3. Ada hubungan positif antara sikap siswa dengan hasil belajar Mata Diklat Statika Bangunan siswa kelas X Jurusan Teknik Konstruksi Kayu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011” (rhitung

sebesar 0,446 > dari r tabel sebesar 0,231)

4. Ada hubungan positif antara persepsi siswa pada kemampuan profesional guru, kecerdasan emosi, dan sikap siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar Mata Diklat Statika Bangunan siswa kelas X Jurusan Teknik Konstruksi Kayu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen Tahun


(4)

commit to user

96

Pelajaran 2010/2011”. (F hitung sebesar 12,079 dengan signifikansi sebesar

0,000 < 0,05)

B. Implikasi 122

Berdasarkan kesimpulan penelitian, dapat diimplikasikan dalam bidang pendidikan bahwa penelitian yang membahas tentang persepsi siswa pada guru, kecerdasan emosi, dan sikap siswa terhadap hasil belajar ini memiliki banyak kaitan dengan masalah pembelajaran pada umumnya. Persepsi siswa sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, terutama persepsi siswa terhadap gurunya. Siswa yang mempersepsikan guru bahwa guru itu baik, memberikan keuntungan bagi dirinya, maka akan menimbulkan persepsi yang baik. Karena itu, siswa akan mengikuti apa yang dinyatakan, diperintahkan, atau dianjurkan oleh guru. Karena itulah maka sangat penting bagi guru untuk menimbulkan persepsi yang baik bagi dirinya.

Seorang siswa juga memiliki kecerdasan emosi. Pada beberapa waktu yang lalu, kecerdasan emosi kurang menjadi perhatian para pemerhati pendidikan. Karena itu, masalah kecerdasan emosi tidak menjadi kajian dalam masalah pendidikan. Kecerdasan emosi sebagai kemampuan dalam mengendalikan emosi ternyata mempengaruhi perilaku seorang individu siswa. Karena itu adanya kecerdasan emosi pada siswa akan dapat mempengaruh kegiatannya dalam belajar. Dengan adanya kecerdasan emosi yang tinggi, maka siswa akan dapat mengendalikan perilaku belajarnya dengan baik.


(5)

commit to user

Sikap sebagai kemampuan merespon objek yang menjadi perhatiannya juga sangat penting bagi siswa. Siswa yang sedang belajar akan merespon objek yang ada di lingkungannya, termasuk lingkungan belajar. Salah satu yang ada dalam lingkungan belajar siswa adalah mata diklat atau mata pelajaran. Mata diklat atau mata pelajaran akan menjadi objek perhatian siswa. Sikap yang timbul pada siswa terhadap objek yang berupa mata diklat akan mempengaruhi terhadap perilakunya dalam mempelajari mata diklat tersebut. Karena itu, sikap yang ada diharapkan muncul dengan sifat positif. Dengan sikap positif pada mata diklat, maka siswa akan belajar dengan baik dan dapat memperoleh hasil belajar yang tinggi.

C. Saran 124

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka penelitian ini mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepada Pendidik 124

Kepada pendidik diharapkan dapat menumbuhkan persepsi terhadap dirinya dengan persepsi yang baik. Untuk itu guru harus berperilaku baik terhadap siswa dengan menempatkan dirinya sebagai individu yang mampu memberi keamanan dan kenyamanan dalam belajar. Guru harus bersikap objektif terhadap siswa sehingga siswa akan memberikan persepsi yang baik terhadap dirinya. Sikap objektif tersebut dapat dimunculkan dalam memberikan penilaian terhadap siswa, memberikan hukuman atau reward secara tepat.


(6)

commit to user

98

Guru juga harus mengarahkan siswa untuk mengendalikan emosi siswa. Karena itu guru harus sabar dalam menghadapi berbagai perilaku siswa yang sangat beragam. Dengan kesabaran tersebut, maka akan dapat menjadi contoh bagi siswa dalam mengendalikan emosi.

Guru juga harus dapat menumbuhkan sikap terhadap mata pelajaran yang diajarnya. Untuk itu, guru harus memberikan pengetahuan kepada siswa tentang pentingnya materi pelajaran yang disampaikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara tersebut maka siswa akan memberikan sikap pada mata pelajaran dengan sikap yang positif.

2. Kepada Peneliti yang akan datang 125

Kepada para peneliti yang akan datang diharapkan dapat melakukan penelitian dengan topik yang sama di tempat yang berbeda untuk lebih memperkuat hasil penelitian ini.


Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Kemampuan Belajar Bahasa Arab Siswa terhadap Minat Belajar Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyyah As-Salafiyyah Sawangan

0 4 68

Pengaruh persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar guru terhadap hasil belajar IPS siswa di SMP Muhammadiyah 1 Cileungsi

0 11 0

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT AKUNTANSI

0 5 107

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA DENGAN HASIL BELAJAR GAMBAR TEKNIK SISWA KELAS X SMK-1 YAPIM MEDAN.

0 3 20

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PENERIMAAN DIRI BAGI SISWA KELAS X Hubungan Antara Konsep Diri Dan Kecerdasan Emosi Dengan Penerimaan Diri Pada Siswa Smk.

0 2 14

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MENERAPKAN ILMU STATIKA DAN TEGANGAN (MIST) PADA SISWA KELAS X KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN (TGB) SMK NEGERI 1 LUBUK PAKA

0 1 40

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT AKUNTANSI SISWA JURUSAN AKU

0 0 18

PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT AKUNTANSI SISWA JURUSAN AKUNTANSI SMK BATIK 2 SURAKARTA TAHUN DIKLAT 2010/2011.

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS ATAS SDN 2 BANJARKERTA.

0 5 157

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

0 0 153