Candi sebagai Benda Cagar Budaya BCB

commit to user 45 candi Gunung Wukir, candi Badut, kompleks candi Gedong Songo dan kompleks candi Dieng. Sedangkan langgam Jawa Tengah Selatan, ukirannya lebih banyak dan mewah, bangunannya lebih megah, serta candi dalam kompleksnya lebih banyak dengan tata letak yang teratur. Candi yang termasuk dalam langgam Jawa Tengah Selatan ini contohnya adalah candi Borobudur, candi Mendut, candi Plaosan dan candi Sewu. Pada kurun akhir Majapahit, gaya arsitektur candi ditandai dengan kembalinya unsur-unsur langgam asli Nusantara bangsa Austronesia, seperti kembalinya bentuk punden berundak. Bentuk bangunan seperti ini tampak jelas pada Candi Sukuh dan Candi Cetho di lereng gunung Lawu, selain itu beberapa bangunan suci di lereng Gunung Penanggungan juga menampilkan ciri-ciri piramida berundak mirip bangunan piramida Amerika Tengah.

2. Candi sebagai Benda Cagar Budaya BCB

Candi merupakan salah satu jenis benda cagar budaya. Oleh karena itu, selain memahami tentang candi kita juga harus mengetahui beberapa hal terkait BCB, yaitu tentang pengertian BCB, kewajiban dan larangan terhadapnya. Hal itu penting karena hal-hal yang merupakan kewajiban terhadap BCB maupun larangan terhadapnya akan berlaku pula pada sebuah candi. Dalam Undang-Undang No.5 tahun 1992 pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa benda cagar budaya adalah: commit to user 46 a. Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 limapuluh tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 lima puluh tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. b. Benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Dari pengertian di atas, dapat kita ketahui dua hal: pertama, bahwa BCB ternyata bukan hanya benda buatan manusia saja, tetapi bisa juga benda alam yang memang memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, serta kebudayaan. Kedua, BCB dapat digolongkan menjadi BCB bergerak dan BCB tidak bergerak. BCB bergerak maksudnya adalah BCB yang mudah dipindahkan atau dibawa, contohnya keris, arca, kitab kuno. Sedangkan BCB tidak bergerak adalah BCB yang tidak mudah dipindahkan apalagi dibawa, contohnya candi, benteng, goa. Benda cagar budaya BCB secara umum disebut dengan warisan arkeologi. ICOMOS mendefinisikan warisan arkeologi sebagai berkut: “The archaeological heritage is that part of the material heritage in respect of which archaeological methods provide primary information. It comprises all vestiges of human existence and consists of places relating to all manifestations of human activity, abandoned structures, and remains of all kinds including subterranean and underwater sites, together with all the portable cultural material associated with them.” Apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, maka artinya kurang lebih adalah sebagai berikut: commit to user 47 “Warisan arkeologi adalah bagian dari warisanpeninggalan arkeologi yang dari metode arkeologi menghasilkan informasi primer. Ini terdiri dari semua sisa keberadaan manusia dan terdiri dari tempat-tempat yang berkaitan dengan semua manifestasi dari aktivitas manusia, struktur yang ditinggalkan, dan sisa-sisa segala jenis termasuk situs di bawah tanah dan bawah air, berikut dengan semua material budaya yang portabemudah dibawa yang terkait dengan mereka.” Melihat nilai penting BCB, jumlahnya yang terbatas, sifatnya yang tidak dapat diperbarui dan digantikan, dan tingkat kerawanan yang tinggi, maka dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1992 tentang BCB diatur tentang hal-hal yang berkaitan dengan BCB, salah satunya adalah tentang kewajiban dan larangan terhadap BCB. Kewajiban yang harus dilakukan seseorang terhadap BCB adalah sebagai berikut ini: a. Kewajiban melapor Kewajiban melapor ini berlaku bagi setiap orang yang: pertama, menemukan atau mengetahui ditemukannya BCB atau benda yang diduga BCB pasal 10 ayat 1. Kedua, BCB yang dikuasaidimiliki hilang atau rusak pasal 9. b. Kewajiban mendaftarkan BCB, meliputi: pertama, pendaftaran BCB yang dimilikidikuasainya. Kedua, pengalihan hak dan pemindahan BCB pasal 8 ayat 1. c. Kewajiban melindungi dan memelihara BCB Sedangkan larangan atau hal-hal yang tidak boleh dilakukan terhadap BCB adalah seperti di bawah ini: commit to user 48 a. Larangan Mutlak Larangan mutlak adalah larangan yang tidak boleh dilanggar apapun kondisinya. Larangan mulak terhadap BCB ada pada pasal 15 ayat 1 UU Benda Cagar Budaya, dimana setiap orang dilarang merusak benda cagar budaya dan situs serta lingkungannya. Kegiatan yang dinilai dapat merusak BCB adalah seperti kegiatan mengurangi, menambah, mengubah, memindahkan, dan mencemari BCB. Sedangkan kegiatan yang dinilai dapat merusak situs adalah seperti kegiatan mengurangi, mencemari, danatau mengubah fungsi situs. b. Larangan Bersyarat Larangan bersyarat adalah larangan yang berubah menjadi diperbolehkan apabila ada izin dari pemerintah. Larangan tersebut tertulis pada beberapa pasal dalam Undang-Undang Benda Cagar Budaya antara lain: 1 Mencari BCB, benda yang diduga sebagai BCB, benda berharga yang tidak diketahui pemiliknya dengan cara penggalian, penyelaman, pengangkatan, atau dengan cara pencarian lainnya tanpa izin dari pemerintah. Izin pencarian hanya diberikan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan dan teknologi, penyelamatan danatau pelestarian BCB Pasal 12. 2 Membawa BCB ke luar wilayah Indonesia pasal 15 ayat 2a. Seseorang hanya dapat melakukannya apabila telah mendapat izin commit to user 49 dari menteri. Izin ini hanya diberikan untuk kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, sosialbudaya. 3 Memindahkan BCB dari daerah satu ke daerah yang lain pasal 15 ayat 2b. Pemindahan diizinkan kalau tidak menghilangkan ataupun mengurangi nilai sejarah dan fungsi pemanfaatannya. 4 Mengambil atau memindahkan BCB, baik sebagian maupun seluruhnya kecuali untuk penyelamatan dalam keadaan darurat pasal 15 ayat 2c. 5 Mengubah bentuk danatau warna BCB serta memugarnya pasal 15 ayat 2d. 6 Memisahkan sebagian BCB dari kesatuannya pasal 15 ayat 2e. 7 Memperdagangkan atau memperjualbelikan atau memperniagakan BCB pasal 15 ayat 2f. Hal tersebut diperbolehkan dengan syarat memiliki izin usaha perdagangan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain itu, pedagang juga harus melaporkan secara berkala BCB tertentu yang diperjualbelikan. 8 Memanfaatkan BCB dengan cara penggandaan pasal 23 ayat 23

D. Kinerja BP3 Jawa Tengah Dalam Perlindungan Candi-Candi di Jawa