commit to user 16
3. Penilaian Kinerja dan Indikator
Sebelum membahas lebih lanjut, terlebih dahulu kita harus mengetahui apa yang dimaksud dengan penilaian kinerja serta apa yang dimaksud
dengan indikator kinerja itu. Larry D. Stout dalam Bastian 2001 dalam Tangkilisan 2007:174
mengemukakan bahwa
pengukuranpenilaian kinerja
organisasi merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan
kegiatan dalam arah pencapaian misi mission accomplishment melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa, ataupun suatu proses.
Sedangkan Widodo 2008:95 berpendapat bahwa pengukuran kinerja merupakan aktivitas menilai pencapaian hasil kerja yang dicapai oleh
organisasi, dalam melaksanakan kegiatan berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan.
Dari dua pendapat diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa penilaian kinerja organisasi merupakan kegiatan menilai pencapaian hasil
kerja suatu organisasi yang berupa produk, jasa ataupun proses, berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan.
Mahmudi 2005:12 berpendapat tentang manfaat dari penilaian kinerja, bahwa pengukuran kinerja merupakan alat untuk menilai kesuksesan
organisasi. Dalam konteks organisasi sektor publik, kesuksesan organisasi itu akan digunakan untuk mendapatkan legitimasi dan dukungan publik.
commit to user 17
Selain sebagai alat untuk menilai kesuksesan organisasi, penilaian kinerja memiliki manfaat lain sebagaimana diungkapkan oleh Bastian
dalam Tangkilisan 2007:174 seperti di bawah ini: a. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi
b. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan c. Menjadikannya sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan
dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi Manfaat dari dilakukannya penilain kinerja adalah kita dapat
mengetahui bagaimana kinerja sebuah organisasi. Manfaat dari mengetahui bagaimana kinerja suatu organisasi pemerintah adalah
sebagaimana disampaikan oleh Teresa Curristine 2005:129 di bawah ini: “Performance information is important for governments in assessing
and improving policies: 1 in managerial analysis, direction and control of public services; 2 in budgetary analysis; 3 in
parliamentary oversight of the executive; 4 for public accountability - the general duty on governments to disclose and take responsibility for
their decision” Apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia maka artinya seperti
di bawah ini: “Informasiketerangan mengenai kinerja penting bagi pemerintah dalam
menilai dan memperbaiki kebijakan: 1 di bidang analisis pengelolaan, petunjuk dan kontrol pelayanan publik; 2 dalam analisis anggaran; 3
dalam pengawasan parlemen terhadap eksekutif; 4 untuk akuntabilitas publik-tugas
umum pemerintah
untuk memperlihatkan
dan bertanggungjawab atas keputusan mereka”
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan
penilaian terhadap kinerja, akan dapat ditentukan secara tepat langkah apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja.
commit to user 18
Dalam melakukan penilaian terhadap kinerja tentunya berdasarkan pada indikator-indikator tertentu. Indikator kinerja menurut Bastian 2001:33
dalam Tangkilisan 2007:175 adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan dengan memperhitungkan elemen-elemen indikator berikut ini: a. Indikator masukan inputs
Merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan agar organisasi mampu menghasilkan produknya, baik barang atau jasa, yang meliputi
sumberdaya manusia, informasi, kebijakan, dan sebagainya. b. Indikator keluaran outputs
Merupakan sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik atau pun non fisik.
c. Indikator hasil outcomes Merupakan segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran
kegiatan pada jangka menengah efek langsung. d. Indikator manfaat benefit
Merupakan sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.
e. Indikator dampak impacts Merupakan pengaruh yang ditimbulkan, baik positif maupun negatif,
pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.
commit to user 19
Berbeda dengan pendapat di atas, Levine dkk. 1990 dalam Dwiyanto 1995 dalam Tangkilisan 2007:170-171 berpendapat bahwa ada tiga
konsep yang dapat dijadikan acuan untuk mengukur kinerja organisasi publik, yaitu:
a. Responsivitas responsivveness Responsivitas mengacu pada keselarasan antara program dan kegiatan
pelayanan yang diberikan oleh organisasi publik dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Semakin banyak kebutuhan dan keinginan
masyarakat yang diprogramkan dan dijalankan oleh organisasi publik, maka kinerja organisasi tersebut akan dinilai semakin baik.
b. Responsibilitas responsibility Responsibilitas menjelaskan sejauh mana pelaksanaan kegiatan
organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prnsip yang implisit atau eksplisit. Semakin kegiatan organisasi publik itu
dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi dan peraturan serta kebijaksanaan organisasi, maka kinerjanya akan dinilai semakin
baik. c. Akuntabilitas accountability
Sedangkan akuntabilitas mengacu pada seberapa besar pejabat politik dan kegiatan organisasi publik tunduk pada pejabat politik yang dipilih
oleh rakyat. Dalam konteks ini kinerja organisasi publik dinilai baik apabila seluruhnya atau setidaknya sebagian besar kegiatannya
memenuhi harapan dan keinginan para wakil rakyat. Semakin banyak
commit to user 20
tindak lanjut organisasi atas harapan dan aspirasi pejabat politik, maka kinerja organisasi tersebut dinilai semakin baik.
Sedangkan Dwiyanto dkk. 2002:48-49 dalam Tangkilisan 2007:176- 178 mengemukakan empat macam ukuran dari tingkat kinerja suatu
organisasi publik yang sedikit berbeda dengan pendapat Levinne di atas, yakni seperti di bawah ini:
a. Produktivitas Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tungkat efisiensi, tetapi
juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dan output. Konsep produktivitas kemudian
dirasa terlalu sempit dan General Accounting Office GAO mencoba mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas dengan
memasukkan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting.
b. Orientasi Layanan Kepada Pelanggan Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik
muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik. Dengan demikian, kepuasan
masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja organisasi publik.
c. Responsivitas Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali
kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan
commit to user 21
mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas di sini
menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan
sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam
menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Responsivitas yang
rendah ditunjukkan
dengan ketidakselarasan antara pelayanan dan kebutuhan masyarakat. Hal
tersebut jelas menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik. Organisasi yang memiliki
responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula.
d. Akuntabilitas Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan
kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang telah dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik
tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep
akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak
masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau
commit to user 22
pemerintah seperti penerapan target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal juga seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku
dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai
dengan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat. Salim dan Woodward 1992 dalam Ratminto 2007:174 berpendapat
bahwa indikator untuk menilai kinerja adalah sebagai berikut: a. Economy atau ekonomis, adalah penggunaan sumber daya yang
sesedikit mungkin dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik. b. Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan
tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam suatu penyelenggaraan pelayanan publik.
c. Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang
maupun misi organisasi. d. Equity atau keadilan adalah pelayanan publik yang diselenggarakan
dengan memperhatikan aspek-aspek kemerataan. Ratminto dan Atik 2005:174 berpendapat bahwa indikator-indikator
kinerja sangat bervariasi. Akan tetapi, dari sekian banyak indikator tersebut, kesemuanya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu indikator
kinerja yang berorientasi pada proses dan indikator kinerja yang berorientasi pada hasil. Pengelompokan indikator berdasarkan dua sudut
pandang di atas dapat dilihat dalam tabel II.1 di bawah ini:
commit to user 23
Tabel II.1 Perbandingan Indikator Pelayanan Publik
Pakar Indikator
Berorientasi hasil Berorientasi proses
McDonald Lawton 1997:
· Efficiency · Effectiveness
Salim Woodward 1992:
· Economy · Eficiency
· Effectiveness · Equity
Levine 1990: · Responsivitas
· Responsibilitas · Akuntabilitas
Zeithaml, Pasuraman Berry 1990:
· Tangibles · Reliability
· Responsiveness · Assurance
· Empathy
Keputusan MENPAN Nomor 632004:
Standar Pelayanan Publik
· Waktu peyelesaian · Biaya pelayanan
· Produk pelayanan · Prosedur pelayanan
· Sarana dan prasarana · Kompetensi petugas pemberi
layanan Keputusan MENPAN
Nomor 632004: Asas Pelayanan Publik
· Transparansi · Akuntabilitas
· Kondisional · Partisipatif
· Kesamaan hak · Keseimbangan hak dan
kewajiban Keputusan MENPAN
Nomor 632004: Prinsip Pelayanan
Publik · Ketepatan waktu
· Akurasi · Kesederhanaan
· Kejelasan · Keamanan
· Keterbukaan · Tanggung jawab
· Kelengkapan sarana dan
prasarana · Kenyamanan
· Kedisiplinan · Kesopanan dan keramahan
· Kemudahan akses
Gibson, Ivancevich Donnely 1990
· Kepuasan · Efisiensi
· Perkembangan · Keadaptasian
commit to user 24
· Produksi · Kelangsungan hidup
Sumber: Ratminto dan Atik 2007:178-179 Behn 2003, Hatry 1999, Halachmi 2002a, Halachmi 2002b
dalam Marc Holzer dan Kathryn Kloby 2005:1-2 menyebutkan bahwa terdapat dua pendekatan yang digunakan dalam penilaian kinerja, yaitu
seperti di bawah ini: “Two approaches to measuring and improving government
performance are evident in the literature. First, there are those that emphasize the purpose, techniques and utility of performance
measurement as a tool for increasing productivity. ... The second approach to measuring performance is addressed by a body of
literature providing the argument that citizen inclusion in measuring the performance of government adds value to process and better
informs policy decision” Apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah seperti di
bawah ini: “Dua pendekatan untuk mengukur dan meningkatkan kinerja
pemerintah adalah jelas dalam literatur. Pertama, ada yang menekankan tujuan, teknik dan kegunaan pengukuran kinerja sebagai alat untuk
meningkatkan produktivitas. ... Pendekatan kedua untuk mengukur kinerja ditujukan oleh badan literatur memberikan argumen bahwa
warga inklusi dalam mengukur kinerja pemerintah menambah nilai proses dan lebih baik menginformasikan keputusan kebijakan”
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua
pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai kinerja. Pertama, pendekatan dari sisi hasil yaitu menilai kinerja dengan menggunakan
indikator yang berorientasi pada hasil seperti efektivitas, produktivitas, efisiensi, dan sebagainya. Kedua, pendekatan dari sisi proses yaitu menilai
kinerja dengan menggunakan indikator yang berorientasi pada proses seperti responsivitas, akuntabilitas, responsibilitas, dan sebagainya.
commit to user 25
Dari penjelasan di atas dapat kita lihat bahwa indikator yang dipakai untuk menilai kinerja cukup banyak. Akan tetapi dari sekian banyak
indikator tersebut tidak semuanya cocok apabila digunakan untuk melakukan penilaian kinerja. Hal tersebut dikarenakan setiap organisasi
mempunyai tujuan, bidang kerja, jenis pelayanan langsung dan tidak langsung, dan kegiatan yang berbeda.
Dalam penelitian ini penulis ingin menilai kinerja dari dua segi, yaitu dari segi hasil dan dari segi proses. Dari segi hasil, indikator yang dipilih
adalah produktivitas. Sedangkan dari segi proses, indikator yang dipilih adalah responsivitas dan akuntabilitas.
B. Perlindungan