Latar Belakang Penerapan Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi Dalam Mendeteksi Fraud di Lingkungan Digital

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Saat ini pendeteksian penipuan fraud dan akuntansi forensik merupakan bidang studi yang lagi hangat-hangatnya. Dengan adanya pemberitaan media massa mengenai berbagai kasus kecurangan yang terjadi telah meningkatkan minat masyarakat terhadap akuntansi forensik dan audit investigasi terutama di kalangan mahasiswa program profesi akuntansi. Menurut Tuanakotta 2010 : 4 akuntansi forensik ialah “penerapan disiplin akuntansi dalam arti luas, termasuk auditing, pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam atau di luar pengadilan”. Sejalan dengan perkembangan yang pesat dengan dunia teknologi dan telekomunikasi dan teknologi komputer menghasilkan internet yang mutliguna. Perkembangan ini membawa kita ke revolusi dalam sejarah pemikiran manusia bila ditinjau dari konstruksi pengetahuan manusia dengan cara berpikir yang tanpa batas dengan percepatan teknologi yang semakin lama semakin canggih, menjadi sebab perubahan yang terus menerus dalam semua interaksi dan aktivitas masyarakat informasi. Pearson dan Singleton 2008 : 545 mengemukakan : Kolaborasi terbaru oleh rekan dalam praktek dan dalam pendidikan akuntansi yang lebih tinggi seperti dijelaskan dalam “Pendidikan dan Pelatihan Penipuan dan Akuntansi Forensik: Panduan bagi Lembaga Pendidikan, Organisasi Stakeholder, Fakultas dan Mahasiswa” telah menciptakan kerangka untuk menerapkan perubahan dalam pendidikan akuntansi untuk lebih memberdayakan lulusan akuntansi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA lebih efektif dalam peran mereka untuk mendukung upaya anti- penipuan dan melakukan akuntansi forensik dalam lingkungan digital. Teknologi juga membantu dalam berbagai pelayanan akuntansi forensik termasuk penilaian, perselisihan pemegang saham, dan kebangkrutan. Kebutuhan untuk memperoleh, mengelola, dan menganalisa data digital penting untuk keberhasilan akuntansi profesional di masa depan. Selain itu, justru teknologi juga menjadi sarana untuk melakukan tindakan penipuan. Oleh karena itu, pemahaman tentang alat-alat digital dan teknik tampaknya diperlukan untuk menghindari tindakan penipuan. Menurut Institute of Internal Auditors IIA yang dikutip dalam Sawyer et al 2006 : 339 menyebutkan kecurangan fraud adalah “meliputi serangkaian tindakan-tindakan tidak wajar dan ilegal yang sengaja dilakukan untuk menipu”. Belakangan ini kasus fraud yang sering terjadi di Indonesia yaitu kejahatan teknologi informasi cyber crime, kejahatan kerah putih white-collar crime. Belakangan ini kejahatan cyber crime semakin lama semakin meningkat. Penanganan kasus cyber crime saat ini masih cukup sulit dilakukan karena teknologi di Indonesia masih belum memadai dan kurangnya pengetahuan terhadap teknik digital. Metode dan cara yang digunakan untuk memanipulasi perusahaan sangat banyak jumlahnya, dan kemungkinan untuk mendeteksi seluruh fraud yang ada melalui komputer hanya impian belaka. Hanya sejumlah kecil dari kasus yang terjadi dapat terungkap sedangkan kasus yang terjadi angkanya sangat UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mengejutkan. Menurut Kwanadi 2006 : 16 dalam istilah ini, kegiatan yang melakukan kejahatan dalam dunia internet tersebut ialah cyber crime, yang merupakan “suatu tindakan yang merugikan orang lain atau pihak-pihak tertentu yang dilakukan pada media digital atau dengan bantuan perangkat-perangkat digital”. Selain cyber crime, white-collar crime termasuk kejahatan yang sedang marak-maraknya di Indonesia. White-collar crime terbatas pada kejahatan yang dilakukan dalam lingkup jabatan mereka dan karenanya tidak termasuk kejahatan pembunuhan, perzinaan, perkosaan, dan lain- lain yang lazimnya tidak dalam lingkup kegiatan para penjahat berkerah putih. Menurut Kamus terbitan the Federal Bureau of Justice Statistics Dictionary of Criminal Justice Data Terminology dalam Tuanakotta 2010 : 213 mendefenisikan white-collar crime sebagai : kejahatan tanpa kekerasan demi keuntungan keuangan yang dilakukan dengan penipuan oleh orang yang pekerjaannya adalah wiraswasta, profesional atau semi profesional dan yang memanfaatkan keahlian dan peluang yang diberikan oleh jabatannya; juga kejahatan tanpa kekerasan demi keuntungan keuangan yang dilakukan dengan penipuan oleh orang yang mempunyai keahlian khusus dan pengetahuan profesional mengenai bisnis dan pemerintahan, meskipun ia tidak terkait dengan pekerjaannya Salah satu contoh kasus white-collar crime yang terjadi di Indonesia yaitu kasus bailout Bank Century yang di mulai pada bulan Oktober tahun 2008 lalu yang di mana pelaku tindak kriminal tersebut adalah pejabat-pejabat yang memiliki wewenang di Bank Century. Dan sampai sekarang kasus ini tidak kunjung selesai. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kasus ini merupakan permasalahan yang harus ditangani secara serius karena akibatnya sangat luas dan banyak merugikan perekonomian negara. Bila tidak ditanggulangi maka tingkat kriminal akan berkembang dengan cepat dan jika tidak terkendali dampaknya akan sangat fatal. Salah satu penyebab sulit terdeteksinya fraud di Indonesia dikarenakan perkembangan ilmu akuntansi forensik yang sangat lambat dan tidak adanya ahli-ahli yang dapat mengungkapkan fraud tersebut, sehingga penanganannya sulit dilakukan. Lulusan akuntansi yang berprofesi sebagai akuntan atau auditor, suka atau tidak suka harus memahami akuntansi forensik. Oleh karena itu, disiplin ilmu akuntansi dituntut untuk melakukan perubahan dan mengikuti tren permasalahan masa kini terutama yang terkait dengan isu-isu fraud. Dengan begitu, kalangan akademisi bisa lebih tanggap terhadap kasus-kasus fraud baik di dalam lingkungan digital maupun di luar lingkungan digital yang kerap terjadi sebagai indikasi korupsi di negara ini. Tetapi dalam mendeteksi fraud tidak hanya akuntansi forensik yang dibutuhkan untuk membedah kasus tersebut. Pelaksanaan audit investigasi juga harus dilakukan untuk membuktikan adanya fraud yang kemungukinan terjadi yang sebelumnya telah diindikasikan oleh berbagai pihak. Pelaksanaan audit investigasi lebih mendasarkan kepada pola pikir bahwa untuk mengungkapkan suatu fraud auditor harus berpikir seperti pelaku fraud itu sendiri, dengan mendasarkan pelaksanaan prosedur yang ditetapkan baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pelaporan hingga UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tindak lanjut pemeriksaan. Istilah investigasi muncul dalam Undang- Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara yang menjelaskan bahwa “audit investigasi termasuk dalam pemeriksaan dengan tujuan tertentu, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan kinerja”. Audit investigasi adalah serangkaian kegiatan mengenali recognize, mengidentifikasi identify, dan menguji examine secara detail informasi dan fakta- fakta yang ada untuk mengungkap kejadian yang sebenarnya dalam rangka pembuktian untuk mendukung proses hukum atas dugaan penyimpangan yang dapat merugikan keuangan suatu entitas http:id.wikipedia.orgwikiAudit Sebelumnya penelitian audit investigasi terhadap fraud telah dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu Zulaiha 2008 dan Hartini 2010. Adapun sumber untuk memenuhi penelitian adalah kumpulan jurnal-jurnal akuntansi yang terdapat di jurnal internasional. Dari beberapa uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai fraud yang terdapat pada lingkungan digital. Oleh karena itu penulis memberi judul penelitian ini “PENERAPAN AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGASI DALAM MENDETEKSI FRAUD DI LINGKUNGAN DIGITAL”. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1.2. Perumusan Masalah