Data Bimbingan
Skripsi Rencana
Penyelesaian Skripsi
3.3 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Kuncoro 2009 : 148 mengemukakan data sekunder adalah “data yang telah
dikumpulkan oleh pihak lain”.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menginterpretasikan dan menganalisis data kualitatif, hal ini merupakan
tugas yang paling sulit dalam melakukan studi kasus. Pengumpulan data ini juga dilakukan secara manual yaitu dengan mencari data melalui referensi
pustakawan. Peneliti melakukan studi pustaka library research dengan mengumpulkan beberapa jurnal ekonomi dan buku-buku yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
4.1.1 Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder yang diperoleh dari referensi buku-buku yang berhubungan dengan materi
judul skripsi yang dipilih oleh penulis dan mengunduh data dari jurnal dan artikel-artikel yang terdapat di internet. Data yang diambil
yaitu teori-teori mengenai akuntansi forensik, audit investigasi dan fraud yang terkait dengan lingkungan digital. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara studi pustaka yang disebut juga dengan library research.
4.2 Sejarah Singkat Fraud dalam Lingkungan Digital TI
Dalam pendeteksian terhadap fraud selalu dikaitkan dengan akuntansi forensik dan audit investigasi. Lingkungan digital berkaitan erat dengan
perkembangan teknologi informasi. Teknologi informasi TI merupakan suatu bidang industri yang berkembang dengan begitu pesatnya pada tahun-
tahun terakhir ini dan akan terus berlangsung untuk tahun-tahun mendatang. Teknologi informasi merupakan teknologi yang dibangun dengan basis
utama teknologi komputer. Penemuan teknologi komputer sejak awal dimaksudkan untuk meringankan pekerjaan manusia agar lebih efektif dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
efisien. Perkembangan komputer ini diikuti dengan lahirnya internet yang mampu menyebarkan informasi dengan cepat tanpa adanya batasan ruang
dan waktu. Barang bukti yang berasal dari komputer telah muncul dalam persidangan
hampir 30 tahun. Awalnya hakim menerima bukti tersebut tanpa melakukan pembedaan dengan bentuk bukti lainnya. Sesuai dengan kemajuan teknologi
komputer, perlakuan serupa dengan bukti tradisional menjadi ambigu. US Federal Rules of Evidence 1976 menyatakan permasalahan tersebut sebagai
masalah yang rumit. Hukum lainnya yang berkaitan dengan kejahatan komputer :
1. The Electronic Communications Privacy Acts 1986, berkaitan dengan
penyadapan peralatan elektronik. 2.
The Computer Security Act 1987 Public Law 100-235, berkaitan dengan keamanan sistem komputer pemerintahan.
3. Economic Espionage Act 1996, berhubungan dengan pencurian rahasia
dagang. Akuntansi forensik tersebut muncul karena perkembangan fraud yang
semakin pesat. Untuk membuktikan adanya indikasi fraud di dalam lingkungan digital, auditor dapat melakukan computer forensic. Pada
akhirnya, jika ingin menyelesaikan suatu fraud di dalam lingkungan digital secara efektif, diperlukan pengujian sistem sebagai seorang detektif bukan
sebagai user. Hal ini merupakan tugas seorang akuntan forensik untuk menegakkan hukum dan mengamankan barang bukti, rekonstruksi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kejahatan, dan menjamin jika bukti yang dikumpulkan itu berguna di persidangan.
4.3 Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi terhadap fraud di lingkungan