6. Memastikan bahwa semua orang, terutama mereka yang
diduga menjadi pelaku kejahatan, mengerti kerangka acuan dari invetigasi tersebut; harapannya adalah bahwa mereka
bersedia bersikap kooperatif dalam investigasi itu. 7.
Memastikan bahwa pelaku kejahatan tidak bisa lolos dari perbuatannya.
8. Menyapu bersih semua karyawan pelaku kejahatan.
9. Memastikan bahwa perusahaan tidak lagi menjadi sasaran
penjarahan. 10.
Menentukan bagaimana investigasi akan dilanjutkan.
Syafi’i dalam Yuhertiana 2005 : 2 juga mengungkapkan bahwa tujuan audit investigasi yaitu “mengadakan audit lebih lanjut atas
temuan audit sebelumnya serta melaksanakan audit untuk membuktikan kebenaran berdasarkan pengaduan atau informasi dari
masyarakat”. Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, pemilihan
di antara berbagai alternatif tujuan investigasi tergantung dari organisasi atau permintaan penyidik untuk membantu penyidik
mengungkapkan fraud yang terjadi dan menjebloskan oknum-oknum ke penjara. Tujuan ini juga untuk mengetahui apakah kecurigaan
fraud tersebut terbukti atau tidak.
2.2.4 Prinsip-prinsip Audit Investigasi
Prinsip-prinsip berikut berdasarkan pengalaman dan praktek dapat dijadikan pedoman bagi investigator dalam setiap situasi sebagai
berikut :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Investigasi adalah tindakan mencari kebenaran dengan
memperhatikan keadilan dan berdasarkan pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
2. Kegiatan investigasi mencakup pemanfaatan sumber-sumber
bukti yang dapat mendukung fakta yang dipermasalahkan. 3.
Investigator mengumpulkan fakta-fakta sedemikian rupa sehingga bukti-bukti yang diperolehnya dapat memberikan
kesimpulan sendiri bahwa telah terjadi tindak kejahatan dan pelakunya teridentifikasi.
4. Informasi merupakan napas dan darahnya investigasi sehingga
investigator harus mempertimbangkan segala kemungkinan untuk dapat memperoleh informasi.
5. Pengamatan, informasi dan wawancara merupakan bagian yang
penting dalam investigasi. 6.
Pelaku kejahatan adalah manusia, oleh karena itu jika ia diperlakukan sebagaimana layaknya manusia maka mereka juga
akan merespon sebagaimana manusia.
2.2.5 Aksioma Audit Investigasi
Ada tiga aksioma dalam melakukan audit investigasi. Aksioma menurut Tuanakotta 2007 : 208 adalah “asumsi dasar yang begitu
gamblangnya sehingga tidak memerlukan pembuktian mengenai kebenarannya”.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Fraud selalu tersembunyi.
Fraud dalam hal ini menyembunyikan seluruh aspek yang
mungkin dapat mengarahkan pihak lain dalam menemukan terjadinya fraud tersebut. Pihak-pihak yang terlibat menutup
rapat-rapat kebusukan mereka. Metode dalam menyembunyikan fraud tersebut begitu rapi sehingga pemeriksa fraud atau
investigator yang berpengalaman sekalipun dapat terkecoh. 2.
Melakukan pembuktian timbal balik. Seorang auditor harus mempertimbangkan apakah terdapat bukti
yang dapat memberatkan seorang tersangka yang tidak pernah melakukan fraud. Dan sebaliknya, auditor juga harus dapat
mempertimbangkan apakah bukti yang tidak memberatkan seseorang telah melakukan fraud.
3. Fraud terjadi merupakan kewenangan pengadilan untuk
memutuskannya. Dalam
menyelidiki fraud, investigator hanya membuat dugaan
mengenai apakah seseorang bersalah atau tidak berdasarkan bukti-bukti yang telah dikumpulkannya. Tetapi adanya suatu
fraud yang terjadi dapat dipastikan jika telah diputuskan oleh majelis hakim dan para jury di pengadilan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2.6 Metodologi Audit Investigasi