Anak memiliki nilai universal namun nilai anak tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor sosio kultural dan lain-lain. Yang dimaksud dengan nilai anak oleh orang
tua adalah merupakan tanggapan dalam memahami adanya anak, yang berwujud suatu pendapat untuk memiliki diantara pilihan-pilihan yang berorientasi pada suatu
hal yang pada dasarnya terbuka dalam situasi yang datangnya dari luar. Pandangan orang tua mengenai nilai anak dan jumlah anak dalam keluarga dapat merupakan
hambatan bagi keberhasilan program KB Siregar, 2003. Masalah anak secara umum merupakan masalah dan tanggung jawab
keluarga, yang dimulai sejak sepasang laki-laki dan wanita bersepakat untuk membentuk keluarga di mana salah satu tujuannya adalah untuk memperoleh
keturunan, sebagai salah satu perwujudan dari eksistensi perkawinannya. Eksistensi sepasang suami istri bukan saja dilihat dari lahiriah berupa anak secara fisik biologis
lengkap, tetapi juga secara batiniah. Nilai-nilai terhadap anak yang cukup rumit tersebut dihubungkan dengan
variabel keikutsertaan Ibu PUS dalam program KB. Ditemukan antara lain bahwa orang tua ibu di wilayah kerja Puskesmas Pijorkoling Padangsidimpuan lebih
menitikberatkan manfaat budaya, ekonomi dan tunjungan hari tua dari anak-anak mereka, kemudian diikuti oleh manfaat sosial dan terlebih lagi menekankan aspek
emosional dan psikologis dari manfaat anak.
a. Nilai Anak Berdasarkan Nilai Budaya
Pada penelitian ini didapat hasil mayoritas nilai budaya anak menurut Ibu PUS tentang keikutsertaan ber KB adalah pada kategori buruk yaitu sebanyak 55
Universitas Sumatera Utara
orang 59,8. Masih buruknya penilaian Ibu PUS terhadap nilai budaya anak dalam keukutsertaan program KB disebabkan karena masih tingginya kepercayaan Ibu PUS
tentang kebenaran budaya yang diyakini selama ini yang ternyata perpengaruh negatif terhadap keikutsertaan Ibu PUS tersebut dalam program KB.
Hal ini dapat terlihat berdasarkan hasil penelitian pada TABEL 4.11 berdasarkan jawaban yang diberikan responden atas beberapa pertanyaan yang
berhubungan dengan nilai budaya anak terhadap keikutsertaan Ibu PUS dalam program KB. Adapun alasan Ibu PUS tidak membatasi kelahiran anak dengan alasan
melestarikan budaya atau adat istiadat yang dianut, agar memiliki pewaris kehidupan budaya. Kemudian akan tetap melahirkan sampai mendapatkan anak laki-laki karena
anak laki-laki memiliki kedudukan yang lebih tinggi menurut adat dianut, pewaris harta, pemberi marga dan menjadi penerus garis keturunan yang merupakan identitas
budaya yaitu budaya batak. Kemudian peran suami sebagai penentu jumlah anak yang dilahirkan juga sebagai penentu ibu untuk tetap melahirkan sebagai bukti
kepatuhan terhadap suami. Dilain sisi adanya anggapan bahwa wanita yang tidak dapat melahirkan anak laki-laki merupakan aib bagi wanita tersebut. Selanjutnya
IbuBapak merasa menjadi orangtua yang sempurna jika dapat harus melahirkan anak sesuai dengan keinginan suami terutama anak laki-laki serta melahirkan anak adalah
anugerah kodrat wanita. Pertimbangan keputusan mengenai jumlah anak berdasarkan nilai budaya
anak mencakup dan mempertimbangkan dua nilai budaya anak positif dan negatif. Dalam kebudayaan yang di anut oleh masyarakat Batak Angkola, marga adalah unsur
Universitas Sumatera Utara
penting dalam mengatur dan menjalankan adat-istiadat. Sebagai masyarakat yang mempunyai susunan kekeluargaan patrilineal, marga ditentukan menurut garis
keturunan laki-laki ayah. Artinya marga pihak laki-laki yang sudah berkeluarga akan diturunkan kepada anak, baik anak laki-laki maupun anak perempuan. Hal inilah
yang menjadi alasan masyarakat Suku Angkola menganggap penting melahirkan anak laki-laki agar dapat menjadi penerus kebudayaan. Keluarga tidak mempertimbangkan
seberapa jumlah anak demi mendapatkan jenis kelamin anak yang sesuai dengan keinginan yaitu mendapatkan anak laki-laki. Kehadiran dengan jenis kelamin yang
diharapkan menjadi faktor yang dirasakan menguntungkan orang tua dalam meneruskan kebudayaan. Orang tua akan memiliki kebahagiaan tersendiri jika
mereka mempunyai anak yang menggantikan generasi mereka. Akan lebih bahagia lagi apabila anak-anaknya memiliki keturunan, sehingga mereka mempunyai cucu-
cucu. Arti penting nilai anak dalam menunjang budaya berkaitan erat dengan
besarnya harapan untk meningkatkan kelestarian buadaya suku angkola dimana anak laki-laki dapat menjadi penerus kebudayaan. marga adalah unsur penting dalam
mengatur dan menjalankan adat-istiadat karena marga ditentukan menurut garis keturunan laki-laki ayah. Menurut Nursid 2005. Nilai-nilai yang melekat dalam
masyarakat tersebut dinamakan “nilai budaya” selanjutnya disebut “sistem nilai budaya”, jika berlaku sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh. Kemudian
Koentjoroningrat dalam Sujarwa 1999 menyatakan bahwa suatu “sistem nilai budaya” suatu saat dipandang serupa dengan pandangan hidup”. Berdasarkan hasil
Universitas Sumatera Utara
penelitian tersebut peneliti berasumsi bahwa responden dengan Suku Angkola memiliki pandangan yang salah tentang anak dengan mengabaikan kesehatan
reproduksinya dengan melahirkan banyak anak demi mempertahankan nilai budaya.
b. Nilai Anak Berdasarkan Nilai Ekonomi