penelitian tersebut peneliti berasumsi bahwa responden dengan Suku Angkola memiliki pandangan yang salah tentang anak dengan mengabaikan kesehatan
reproduksinya dengan melahirkan banyak anak demi mempertahankan nilai budaya.
b. Nilai Anak Berdasarkan Nilai Ekonomi
Pada penelitian ini didapat hasil mayoritas nilai ekonomi anak menurut Ibu PUS tentang keikutsertaan ber-KB adalah pada kategori buruk yaitu sebanyak 49
orang 53,3. Masih buruknya penilaian Ibu PUS terhadap nilai ekonomi anak dalam keukutsertaan program KB disebabkan karena masih tingginya harapan Ibu
PUS bahwa anak dapat memberikan bantuan dari segi ekonomi bagi keluarga. Hal ini dapat terlihat berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4.13 berdasarkan
jawaban yang diberikan responden atas beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan nilai ekonomi anak terhadap keikutsertaan Ibu PUS dalam program KB.
Adapaun alasan Ibu PUS tidak membatasi kelahiran anak karena menganggap bahwa banyak anak banyak rezeki, melahirkan banyak anak karena menganggap anak adalah
sumber rezeki, anak merupakan sumber tenaga kerja yang dapat membantu perekonomian keluarga di kemudian hari, anak adalah asuransi di hari tua, anak dapat
saling membantu kesulitan ekonomi kakak atau adiknya, anak dapat membantu pekerjaan di rumah, anak merupakan jaminan hidup di masa tua, dan menganggap
bahwa memiliki banyak anak berarti orang tua perlu bekerja lagi nantinya karena ada yang membantu.
Salah satu mata pencaharian masyarakat Suku Angkola adalah dari sektor pertanian. Peranan anak dalam keluarga petani mulai terasa saat anak mulai remaja,
Universitas Sumatera Utara
mereka telah diikutsertakan dalam membantu pekerjaan orang tua. Anak merupakan aset ekonomi yang tidak dibayar karena merupakan tenaga kerja keluarga.
Peranan anak juga penting disaat orang tua memasuki usia lanjut, dimana mereka tidak produktif lagi terhadap barang dan jasa sehingga anak merupakan
tempat pengaduan orang tuanya. Dalam hal ini anak dan segala biaya yang dikeluarkan untuk membesarkan dan menyekolahkan merupakan investasi orang tua
pada hari tuanya. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa nilai anak bagi responden masih
tinggi. Artinya, mereka masih memiliki harapan yang “tinggi” bagi anak-anaknya. Jika dahulu “Banyak Anak Banyak Rejeki”, anak dapat membantu pekerjaan orang
tua dan dapat membantu ekonomi keluarga. Sebagai aset tenaga kerja keluarga, anak tidak perlu digaji. Kehadiran anak dalam keluarga awalnya merepotkan keluarga,
akan tetapi di hari tua baik anak laki-laki maupun anak perempuan dapat membantu di hari tua serta menjadi jaminan hidup di hari tua.dari hasil penelitian ini, maka
anggapan tersebut tetap menjadi standar bagi masyarakat, terutama bagi wanita pasangan usia muda di Kota Padangsidimpuan.
c. Nilai Anak Berdasarkan Nilai Sosial