Karakteristik Penyesuaian Diri Gambar Aspek Persepsi Yang Akurat Terhadap Realitas R1

1. Karakteristik Penyesuaian Diri Gambar 1. Aspek Persepsi Yang Akurat Terhadap Realitas R1 karakteistik penyesuaian diri persepsi yang akurat terhadap realitas mampu menetapkan tujuan saudara autis bisa menikah dengan teman perempuan yang ia kenal pada saat SD perempuan yang baik dan mengerti kondisi saudara autis mendirikan restoran atau toko roti untuk saudara autis saudara autis akan sulit mencari pekerjaan yang sesuai di masa depan, tidak ada yang membuka lowongan kerja untuk penderita autis saudara autis mandiri pada saat dewasa berharap saudara autis bisa meneruskan pondok peduli autis ayang didirikakan orang tua saudara autis tidak perlu mencari pekerjaan lagi saudara autis mendapat pekerjaan saudara autis bisa membiayai diri sendir dan tidak bergantung pada orang lain melakukan usaha dalam mencapai tujuan berdoa untuk kebaikan saudara autis agar tuhan menyembuhkan saudara autis dan tidak autis lagi memiliki niat untuk mendirikan restoran untuk saudara autis membantu saudara autis memiliki pekerjaan agar mandiri membantu saudara autis melakukan tugas sehari- hari agar saudara autis bisa lebih baik perkembangannya Universitas Sumatera Utara 1.a Persepsi yang akurat terhadap realitas Persepsi yang akurat terhadap realitas merupakan salah satu karakteristik seorang individu dengan penyesuaian diri yang baik. Persepsi yang akurat terhadap realitas ditandai dengan kemampuan dalam menetapkan tujuan, menyadari peluang dan hambatan yang ada, dan secara aktif mengejar tujuan tersebut. Responden berharap saudara autisnya bisa menikah dengan seorang teman perempuan yang baik hati dan peduli dengan keadaan saudara autisnya. Perempuan ini ia jumpai di sekolah dasar dulu. “Itu apa namanya, dulu waktu SD ami punya teman yang maklum, sayang lah sama ami, perempuan, cuma dia yang ngerti bang ami, pun ada yang lambat sikit pukul, atau jahat gitu ya kan, ami tu sering di gangguin sama kawan laki- lakinya, nama kawan perempuannya itu Masnun, jadi kalo uda di gangguin itu, “ Masnun, aku di pukul sama orang itu…” gitu ya kan, jadi kawan laki- lakinya pun yang “ ciehh.. Masnun ciehhhhh…punya pacar ye,,,” terus M asnun nya gini “ dia kan ga ngerti, klen bodoh kali “ kata si masnun keg gitu, jadi waktu dulu waktu di sekolah pas di siantar kan masuk siang, nungguin Ami di sekolah baru Winda diantar sama ayah, jadi inilah, di bilang sama ami, “ mi, bang Ami.. kau misalnya kalo uda besar nikah sama siapa?”, gitu, “ aku sama masnun aku”, “ oh, iya, Masnun baek “, kami bilang keg gitu, dia kalo asal dia ditanya “ mi, pacarnya siapa?” misalkan sama uwak, atau sama nenek selalu di bilangnya keg gitu S1.W1b.1110-1152h25 “Winda berharap nanti kalo bang ami uda besar nikah sama masnun” S1.W1b. 1158-1159h25 Responden saat ini sudah kehilangan kontak dengan Masnun dan harapan tersebut adalah harapan dimasa kecil responden. Responden juga berharap saudara menjadi koki dimasa yang akan datang. Responden menetapkan tujuan ini karena melihat saudara sangat suka memasak dan bercita-cita menjadi koki serta memiliki Universitas Sumatera Utara 61 toko roti sendiri. Responden menunjukkan cara memasak yang benar kepada saudara. Ia juga berniat akan mendirikan sebuah restoran dan usaha apa saja untuk saudara autis. “Bisa tapi gini, “jangan di gituin, rusak lah nanti” dikasih tau aminya, baru dia buatlah, jadi asal ditanya in cita-citanya apa, “ bang ami, cita-citanya apa?” ditanya sama mama, “ aku jadi koki,” katanya gitu, jadi Winda pengen dia jadi, seperti kata mama misalnya dia nanti uda besar , nanti kalau mama udah tua kan nanti sekolahnya dia lah yang ngurusin, jadi nanti selain itu pun mama bisa buka tok o roti sendiri” S1.W1b.1178-1195h26 Melihat perkembangan saudara yang cukup baik di sekolah ia juga berharap dimasa depan saudara tidak tantrum dan bisa mendapatkan pekerjaan yang layak agar ia bisa mandiri. Untuk mencapai tujuan ini ia selalu berdoa untuk saudara agar apa yang ia harapkan bisa tewujud. “Karna kan Ami yang di sekolah itu yang lumayan normal, yang lain pun masih parah-parah kalu misalnya ujian pun ngamuk, menjerit-jerit, yang lain kawannya mama bilang, ya nilainya yang selalu bagus ya itu bang ami ” S1.W1b.1204-1210h27 “Ya, Winda ya doain aja, mudah-mudahan, dia kan suka masak, asal nengok Winda masak dia suka bantuin, ntah motongin cabe atau ngaduk-ngaduk apalah, gitu… S1.W1b.70-76h26 Universitas Sumatera Utara Gambar 2. Aspek Kemampuan Mengatasi Stress Dan Kecemasan R1 Kemampuan Mengatasi Stres Dan Kecemasan toleransi + memahami perlakuan orang tua berusaha menganggap apa yang dilakukan orang tua untuk kebaikan bersama dan tidak ada konflik lagi menganggap pertanyaan berulang tentang saudara autis suatu hal yang baik agar orang lain dapat memahami autis sehingga tidak mengejek menganggap ejekan terhadap saudara autis karena tidak mengerti tentang autis agar tidak terlalu sakit hati dengan ejekan terhadap saudara autis terbuka terhadap pertanyaan tentang saudara autis agar orang lain semakin mengenal dan mengetahui autis dan tidak berpandangan negatif toleransi - menuntut untuk diperlakukan sama dengan saudara autis membuktikan kasih sayang orang tua sama dengan memenuhi permintaan membalas perilaku saudara autis tidak bisa menahan emosi dan memahami fitur perilaku autis benci dan marah pada teman yang mengejek saudara autis sakit hati dnegan ejekan terhadap saudara autis Universitas Sumatera Utara 1.b Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan Setiap tujuan yang ditetapkan tidak selalu dapat dicapai dengan segera. Proses pencapain tujuan dan keinginan bisa lebih cepat atau mengalami penundaan. Penundaan atau kegagalan dalam mencapai tujuan dan keinginan dapat menimbulkan stres dan kecemasan. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan ini tidak mudah untuk dilakukan akan tetapi sangat penting dalam kelangsungan kehidupan sehari- hari. Toleransi dan pengorbanan merupakan dua hal yang sangat penting dalam mengatasi stres dan kecemasan. Responden berusaha menjelaskan keadaan saudara yang mengalami autis kepada teman-teman sebaya ketika mereka mengganggu dan mengejek saudara. “Winda, abang kau gitu ya, uda gitu jelasin lah, gini…gini..lah abang aku gini, sakit, maklumin lah kalau dia itu aneh depan klen, maklum keg gitu sama kawan-kawan ba ru disitu, apa….pun yang belum ga ngerti tapi ami kan suka gayanya apa lah keren-keren keg gitu jadi dia itu suka sama ami” S1.W1b.177-189h5 Ia juga menjelaskan kembali kondisi autis seperti apa kepada teman yang menggunakan autis sebagai bahan ejekan untuk sesama mereka. Ia mengganggap teman-teman mengejek saudara autis karena mereka tidak mengetahui dan tidak mengerti tentang autis. Pertanyaan berulang dari teman-teman tentang kondisi saudara ia jawab dengan baik dengan tujuan mereka bisa mengerti kondisi saudara sehingga tidak mengejek dan mengganggunya lagi. “Ya Winda jawab aja, biar orang itu ngerti, gak ngejek-ngejek lagii” S1.W3b. 180-181h65 “Jadi kawan Winda, “ ih, autis, autis…” keg gitu-gitu ya kan, “ autis itu bukan bodoh, aku bilang ke g gitu, “ autis itu kan sikapnya, kalau klen kan sering- Universitas Sumatera Utara 65 sering bilang klo kawan- kawan klen yang bodoh dibilang autis, bukan,” aku bilang keg gitu, “ autis itu lain”, Winda bilang keg gitu, orang itu pun sering Nampak SLB, SLB itu kan berarti anak-anak bodoh lah, apa namanya, udah bodoh, cacat, gitu kan, jadi Winda bilang sama orang itu bukan, bukan keg gitu, lain, kan itu autis itu kan gara-gara penyakit, bukan bodoh, Winda bilang keg gitu, jadi klen jangan bilang keg gitu” S1W3b. 122-131h63-64 “Yah keg gini, Winda bilang, orang-orang kawan yang lain kan sering bilang aneh lah gitu, dari k awan sekelas yang lain bilang “eh, dasar lah kau memang anak autis, misalnya bodoh, dia kan ga pande belajar kawan Winda, jadi di bilang autis, padahal autis kan gak gitu, bukan gak pande belajar, yah terus Winda bilang autis itu gangguan saraf, jadi dia gak bisa apa-apa, dia gak bisa ngomong, kayak yang pernah ku jelasin sama kalian , keg gitu” S1.W1b. 536-554h12 Hal ini tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Ia berusaha mengatasi tekanan dari teman sebaya yang mengejek tetapi responden terkadang tidak dapat menahannya. Beberapa teman sebaya terus mengejek dan mengganggu saudara meskipun ia sudah menjelaskan berulang kali. Ejekan dan gangguan yang terus menerus dari teman sebaya terkadang ia balas dengan kekerasan fisik melempar wajah teman dengan tas dan memarahi mereka atas perbuatan yang dilakukan terhadap saudara autis. Ia mengaku tidak akan memaafkan orang-orang yang terus menggangu saudara. “Bang Ami kan itu, tas nya di oper-oper, kadang-kadang kan suka kalo sekolah itu, “ ma, mainan aku masukkan ke dalam tas”, kan keg gitu, mau main robot-robotan dia bilang keg gitu, jadi dimasukin lah sama mama, jadi pas maen- maen mau jajan, “bang Ami mau jajan apa, sini adek beli in?”, datang lah kan, orang itu apa lempar-lemparin tas bang Ami , “ klen aku capek kali nengok klen lah, ga pernah klen berubah, aku palak kali sama klen” aku bilang keg gitu, “ klen manfaatin orang aja, klen rakus kali klen, “ karna palak kali ya kan, tasnya Ami kan itu sama orang itu, terus yang lemparinnya ambil lempar ke mukanya, nangis dia ya kan, “ itu lah kau kan, nangis kau kan, coba Ami keg gitu, dia karna takut ajanya, makanya ini dia itu gak berani dia apain klen” Universitas Sumatera Utara 66 S1.W2.s1b.194-212h.36 “Habisnya keg mana, ma, aku uda palak kali sama dia” Winda bilang keg gitu, “terus, dia uda pernah minta maaf?, “pernah hari itu tapi malas maafinnya, enak aja, uda keg gitu minta maaf aja” S1.W2.s1b.228-232h.37 Ia juga berusaha mengatasi tekanan dari perbuatan saudara yang sering mengganggu dan menempatkannya dalam kesulitan dengan mencoba membayangkan berada di posisi saudara. Ia meminta maaf terhadap saudara setelah memarahinya. Hal ini ia lakukan untuk mengatasi kecemasan akan dimarahi orang tua karena perbuatannya. “Tadi kog marah ya sama ami, tadi dia kan nangis kasihan, kemarin pun nangis dia, ish aku pun kena marah lah nanti, uda gitu “bang ami, adek minta maaf ya”, “ iya, dek gitu” S1.W1b.1316-1323h29 Responden berusaha melembutkan suara kepada saudara agar hubungan dengan saudara autis bisa lebih baik dan mendapat hadiah yang dijanjikan orang tua. Keterbatasan aktivitas akibat kekhawatiran orang tua karena ia merupakan anak normal satu-satunya juga berusaha ia pahami dan mempertimbangkan situasi yang ada jika ia ingin beraktivitas dan menolak ajakan teman dengan menjelaskan kondisi yang ia alami sebenarnya. “Iya, “ma, itu kawan-kawan aku tadi pas pulang berenang, dia hari sabtu kan renang, jadi pulangnya itu, kan di daerah kota renangnya, itu kan sekalian jalan- jalan, “ ma, itu loh kawan aku pigi ngajakin aku jalan-jalan ke palad ma, rencananya nonton bioskop, ma aku juga suka nonton juga ma, tapi kan ma, aku gak punya duit ma, gak enak juga ma, dilarang gitu”, “iya sih dek, gak enak, tapi mau kek mana, mama itu takut lo, uda bang ami keg gitu, nanti kau ntah kenapa-kenapa, ditabrak masuk rumah sakit, Winda bilang keg gitu, Cuma Winda satu- satunya anaknya yang baik, payah lo nanti”, mama bilang keg gitu, “ ayah lagi ma berpikirnya yang egnggak enggak gitu, “ iya sih, ayah terlalu menjaga kali, itulah karna Cuma Winda aja yang bagus, mama bilang Universitas Sumatera Utara 67 keg gitu, gitulah sampe sekarang gak bisa diajakin orang itu, Winda nengok- nengok situasi dulu” S1.W3b.407-429h.70 Liburan yang batal atau ditunda terkadang membuatnya kesal tetapi dengan penjelasan yang diberikan orang tua yang menekankan kebaikan untuk saudara autis berusaha ia terima dan tidak terlalu menuntut janji orang tua. “Hmm, ga… kadang ya udah lah cuma jalan-jalan ke tempat nenek aja pun bosan gitu ” S1.W1b.462-465h11 “Gak, kadang-kadang pun malas, jalan-jalan gitu” S1.W1b.468-469h.11 Menggantikan tugas orang tua mengerjakan pekerjaan rumah terkadang membuat responden merasa kesal karena harus bekerja sendiri. Ia membandingkan diri dengan saudara yang tidak melakukan pekerjaan rumah apapun. Mengatasi hal ini ia berusaha merasa biasa saja tetap dan mengerjakannya. Kondisi rumah yang merupakan tempat beberapa anak autis dan gangguan lainnya mendapatkan terapi dan pendidikan membuat Winda merasa terganggu. Ia meminta kepada orang tua untuk memisahkan rumah dengan tempat terapi. Permintaan pindah rumah belum terwujud. Responden berusaha untuk bertoleransi atas keadaan tersebut dengan mendengarkan musik dan mengunci diri di kamar. “Ma, kita cari rumah lain yok. Nanti ada langganan mama nyewa tempat mama tempat yang mau mama sewain juga, udah mau abis, itu aja jadi nanti kita pindah situ” S1.W2.s2b.380-385h60 “Winda pun kalau bising kali kadang2 masuk kamar, wit idupun musik” S1.W2.s2b.392-393h60 Universitas Sumatera Utara 68 Responden juga memikirkan pengaruh positif dari anak-anak yang menjalani terapi sehingga ia bisa lebih menerima kondisi tersebut. Ia merasa dengan keberadaan anak- anak tersebut memberinya lebih banyak teman dan mengurangi rasa kesepian. “Tapi gak enak juga ya ma, Rumahnya sepi kalau disini kan rame gak ada kawan nanti kalau disana kek gitu ” S1.W2.s2b.385-388h60 Universitas Sumatera Utara Gambar 3. Aspek Kemampuan Mengungkapkan Perasaan R1 kemampuan mengungkapkan perasaan mengungkapkan perasaan secara negatif marah saudara autis mengganggu , saudara autis di ganggu, orang tua membela saudara autis mengeluh mengerj akan pekerjaa n rumah sendiria n, saudara autis terus bermain merajuk permint aan tidak dipenuh i mengungkapkan perasaan positif mengemuka kan pendapat mengun gkapkan apa yang dipikirka n untuk keterlib atan dalam memutu skan sesuatu meminta maaf menghil angkan perasaa n bersalah merasakan emosi positif merasa simpati kasihan pada kondisi saudara autis tang tidak normal kadang merasa beruntung dengan keadaan saudara autis membantu mengingatkan responden untuk merapikan barang pribadi merasakan emosi negatif sakit hati saudara autis diejek, dipanda ng negatif orang lain cemburu orang tua lebih memper hatikan saudara autis kesal janji liburan dibatalk an karena saudara autis khawatir ketidakpasti an masa depan saudara autis dengan kondisinya sekarang mengontrol emosi untuk menghindar i konflik keributan degan orang tua dan teman Universitas Sumatera Utara 1.c Kemampuan mengungkapkan perasaan Kemampuan mengungkapkan perasaan dalam berbagai emosi mencerminkan kesehatan emosional. Individu dengan penyesuaian diri yang baik mampu merasakan dan mengungkapkan perasaan melalui berbagai spektrum emosi yang tepat, mengatur dan menempatkan emosi dibawah kendali sendiri, mengidentifikasi emosi dengan baik dan mempertimbangkan alternatif dalam mengungkapkan emosi.. Berbagai perasaan responden rasakan silih berganti dengan kehadiran saudara autis dalam perjalanan hidup. Senang saat ia bisa tertawa menyaksikan tingkah lucu saudara, sedih saat membayangkan bagaimana kehidupan dibalik autis, bangga saat ia bisa menceritakan prestasi saudara yang bahkan melebihi apa yang dilakukan oleh individu normal. “Winda jelaskanlah ada abang Winda, orang itu kan dengar, gurunya kan nanya, ada abang Winda, “berarti abang kau autis lah” kata orang itu, “kenapa memang rupanya? Winda bilang, “ klen ga autis, abang aku dia pande bahasa inggris, pande bahasa arab, pande bahasa jepang, klen bahasa inggris aja gak pande, bahasa Indonesia aja gak lulus, Winda bilang keg gitu, lebih pintar lagi anak autis dari pada anak normal Winda bilang keg gitu” S1.W3b.135-146h.64 Malu ketika sang abang tantrum di depan keramaian dan banyak orang yang membicarakan perilaku saudara. Ia marah dan sakit hati saat teman sebaya mengejek saudara autis. “Itu, kalau orang itu gak pernah ngejekin Winda, tapi ngejekin bang Ami jadi, marah lah Winda sama orang itu ” S1.W2.s1b.130-132h34 “Winda tu sakit hati aja orang tu keg gitu, soalnya orang itu misalnya nanti punya saudara keg gitu malu juga, karna orang itu gak ngerasa in makanya orang tu ngejek- ngejek gitu” Universitas Sumatera Utara 71 S1.W3b.216-220h.66 “Masih, nanti kan tiba-tiba lagi serius belajar, Winda, murid mama mu lepas gitu, “alah, klen macam gak ngerti aja, udah capek aku jelasinnya”, Winda bilang keg gitu” S1.W3b.230-234h.66 Responden 2 juga terkadang ia melampiaskan kemarahan dalam cara negatif. Ketika ia merasa marah ia membanting barang disekitarnya. “Ya Winda kadang-kadang ini, kan misalnya kan apa..., marah lah gitu ya kan, pas anak- anak kan kalo kesal barang dibanting, “kog dibanting-banting itu” gitu yak an, “ ga ada jatuh,” gitu ya kan, “ gak mungkin, kalo jatuh kan ini, kog kuat kali suaranya” W1.S1b.901-913h20 Seiring berjalannya waktu, ia semakin dewasa. Ia mengidentifikasi apa yang ia rasakan dan mengungkapkan dengan terbuka kepada orang tua. “Terus certain lah, aku marah gara-gara mama bilang keg gini, ami aja yang ini..ini..ini.. mengarah ke perilaku saudara autis, “kadang pun silap, langsung ceplos aja ngomong, kan uda pernah mama bilang sama Winda, ami itu lain sama Winda, Winda itu apa.. normal, beda sama ami, ami keg gitu, coba Winda ditukar, Winda jadi ami, ami jadi Winda pasti ami pun keg gitu, ngejek in Winda ” gitu. Kadang-kadang pun marah sama Winda keg mana gitu ” W1.S1b.913-930h21 Pada waktu tertentu ia mengendalikan kemarahan terhadap saudara autis. Hal ini ia lakukan untuk menghindari konflik dengan orang tua karena setiap ia memarahi saudara ia akan berdebat dengan orang tua yang menurutnya pembela saudara autis. “Tahan aja, kalau gak ditahan nanti repot nanti diapain mama lagi” S1.W2.s1b347-349h.59 Ia juga merasa kesal atas perbedaan perlakuan orang tua. Cemburu saat ia tak dapat perhatian orang tua. Universitas Sumatera Utara 72 “Sering, misalnya kan, is ma… misalnya soal apa kan bagi rapot, maa.. aku lah, bang Ami suruh ayah aja datang, biar sama ayah dia, dia nanti gak ngerti lho Winda, nanti repot, Winda kan bisa sendiri, baru habis itu, terus habis itu apalah sering minta apa namanya minta dikawanin tidur gitu, “ma, kawanin Winda tidur napa, masa aku sendiri aja bang Ami terus yang di kawani, “ terus Ami kan tidur masih suka peluk- peluk, apa manja ya kan, “ aku peluk napa, ma?” keg gitu ya kan, “ aku gak pernah mama peluk”, gitu” S1.W2.s2b.521-532h46 Mengeluh saat orang tua meminta untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan membantu mengurus pekerjaan rumah saudara autis sementara saudara autis sibuk bermain. Ia juga merasa kesal ketika permintaannya tidak dipenuhi dan merasa cemburu karena saudara autis mendapatkan apa yang ia inginkan. Dibalik ungkapan emosi dan perasaan negatif yang dirasakan responden, kadang kala ia memikirkan apa yang telah ia lakukan, mengidentifikasi alasan kemarahan dan mengungkapkan pada orang tua serta meminta maaf jika ia menemukan kesalahan dalam dirinya. Ia juga tidak segan meminta maaf kepada saudara karena merasa bersalah. Hal ini ia lakukan ketika emosi mulai mereda dan menyadari kekurangan saudara. Ia merasa simpati dengan kondisi dan mengkhawatirkan masa depan saudara autis. Terkadang ia juga merasa beruntung memiliki saudara autis ketika saudara bisa membantunya dalam hal-hal tertentu. Universitas Sumatera Utara 73 Gambar 4. Aspek Self-Image R1 1.d Self Image Individu yang mampu menggambarkan diri dari berbagai aspek dan memiliki harmonisasi antara aspek yang satu dengan yang lain menunjukkan bahwa individu yang bersangkutan memiliki penyesuaian yang baik. Mampu menggambarkan diri dalam aspek positif akan tetapi tetap menyadari kelemahan yang ada pada dirinya. self-image negatif nakal melawan orang tua, memarahi saudara autis, tidak mendengar kan nasehat orang tua egois mementing kan diri sendiri, menuntut lebih, merasa selalu dibedakan degan saudara autis pemarah sering membalas perilaku saudara autis, melampias kan kemarahan kepada orang di sekitar pencembur u mebanding kan perlakuan orang tua antara diri sendiri dengan saudara autis positif suka berbagi mengikuti ajakan orang tua untuk terapi sedekah untuk saudara autis simpati membayan gkan berada diposisi saudara autis untuk memahami apa yang dirasakan saudara autis Universitas Sumatera Utara 74 Responden menggambarkan diri sebagai orang yang bersimpati, membantu dan berbagi serta tidak tega melihat orang lain dalam kesusahan. Disisi lain, ia merasa dirinya anak yang nakal, suka berdebat dengan orang tua, pemarah, egois, dan cemburu atas perlakuan orang tua antara dirinya dengan saudara autis. Universitas Sumatera Utara Gambar 5. Aspek Hubungan Interpersonal R1 Hubungan Interpersonal merasa disenangi dan menyenangi orang lain memiliki teman dekat, disukai lawan jenis, terkadang direspon baik oleh saudara autis menghargai keberadaan orang lain melihat aspek positif dari penderita autis senang berbagi pikiran dengan orang lain mendapat masukan dari orang lain memikirk an aspek positif dari setiap orang membangun hubungan baik mengajak teman sebaya berkunjun g ke rumah terbuka dengan pertanyaa n tentang saudara autis bersedia memulai pembicar aan dengan orang lain kesediaan berbagi emosi senang meminta pendapat orang lain senang menerima masukan dari orang lain Universitas Sumatera Utara 1.e Hubungan interpersonal Individu yang memiliki penyesuaian yang baik mampu membangun hubungan interpersonal yang baik juga. Berdasarkan aspek hubungan interpersonal, penyesuaian diri yang baik memungkinkan seseorang untuk merasa senang dan nyaman dengan keberadaan orang lain begitu juga sebaliknya orang lain senang dengan keberadaannya, menghargai keberadaan orang lain, mampu berbagi perasaan dan emosi dengan orang lain dan mampu membatasi kadar keintiman yang layak dengan orang lain. Responden adalah orang yang ramah, suka menyapa dan menegur orang lain terlebih dahulu dan berinisiatif dalam memulai percakapan dengan orang lain. Meskipun demikian ia selalu mempertimbangkan karakter orang yang akan ia ajak bicara apakah akan menyambutnya atau tidak sehingga ia mampu mencapai kadar keintiman yang layak dengan orang yang ia ajak bicara. “Iya, terbuka aja, ih ada kawan baru, kayak kakak-kakak itu, “ kak namanya siapa?” kek gitu” S1W2s1b.324-326h40 “Tergantung kak, kalau apa orangnya cepat bergabung pun cepat dekatnya, kalo gak, gak cepat ” S1W2s1b.329-331h40 Ia juga merasa sangat senang berkumpul dengan teman sebaya, merasa disukai oleh lawan jenis. Responden juga orang yang sangat terbuka. Ia menceritakan masalah yang ia hadapi baik yang berhubungan dengan saudara maupun dirinya sendiri kepada orang tua dan teman dekat serta meminta pendapat dan masukan kepada mereka. Universitas Sumatera Utara “Enak gitu, kalo misalnya uda diungkapkan soal apa namanya berantam sama kawan sekelas gitu misalnya teman dekat, jadi apa uda Winda bilang sama dia pertama Winda apa namanya, “ish, pengen siapa ya yang bisa diajak cerita, ga enak kalo gak di ceritain, habis itu ya udah, ngomel- ngomel sendiri” S1W3b.374-375h69 Responden merupakan orang yang terbuka dalam menanggapi pertanyaan teman tentang saudara dan membenci teman yang terus mengejek dan mengganggu saudara autis. Meskipun ia merasa terganggu dengan keberadaan beberapa anak yang menjalani terapi dirumahnya, ia menyadai bahwa keberadaan mereka juga bisa menjadi teman baginya disaat-saat tertentu dan ia akan kesepian jika membayangkan mereka tidak tinggal dirumahnya. “Tapi ma, kalo kita gak tinggal sama orang ini, gak sama sekolah nanti rumah kita gak rame lo, gak enak sepi, Winda bilang ke gitu S1.W3b.256-259h67 Universitas Sumatera Utara 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Responden 1 Gambar 6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri R1 Faktor Yang Mempengaruhi kondisi fisik sehat dan tidak cacat tidak ada yang mengh ambat penyes uaian diri lingkungan memili ki hubun gan dekat denga n orang tua mence ritakan masala h pada orang tua dan menda pat arahan orang tua untuk memec ahkan masala h keluar ga besar mendu kung memb erikan masuk an dan dukung an sehing ga tidak merasa sendiri mengh adapi masala h lingku ngan rumah mendu kung belajar dari anak ABK diruma h dengan berbag ai kondisi sehing ga lebih mengh argai saudar a autis masya rakat sekitar kurang peduli denga n gangg uan autis berpan dangan negatif yang memb uat sakit hati teman sebaya menge jek saudar a autis memb ela dan melindi ngi saudar a autis hingga berten gkar dengan teman pengalaman negatif menya ksikan fitur perilak u autis yang aneh menim bulkan kebing ungan menya ksikan saudar a autis digang gu merasa sakit hati dan memb alas sehing ga terjadi konflik menda pat pertan yaan berula ng tentan g saudar a autis memu nculka n perasa an tidak nyama n menya ksikan saudar a autis tantru m di depan umum malu di depan umum latihan, pengalaman dan pembelajaran orang tua memili ki latar belaka ng penget ahuan tentan g autis yang kuat menda pat inform asi dari orang tua utuk mema hami ganggu an autis mengi kuti berbag ai kegiat an dan semin ar tentan g autis mena mbah penget ahuan dan kemam puan untuk mengh adapi saudar a autis konflik dan frustasi tergan ggu denga n lingku ngan rumah sebaga i tempa t terapi anak ABK suasan a rumah bising, tidak bisa konsen trasi terbat as melak ukan aktivit as denga n teman sebaya kekha watira n orang tua yang berlebi han lelah denga n sikap teman yang terus menge jek Universitas Sumatera Utara 2.a Kondisi fisik Kondisi fisik yang sehat membantu individu dalam menyesuaikan diri dari permasalahan yang ia hadapi. Individu yang memiliki penyakit lebih memiliki kecenderungan kurang percaya diri, perasaan rendah diri, ketergantungan dan perasaan ingin diperhatikan orang lain. Responden mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki riwayat penyakit jangka panjang yang mempengaruhi kehidupannya. Meskipun saudara mengalami autis, responden tidak mewarisi penyakit tertentu yang menggangu dalam menjalankan kehidupan sehari-sehari. Faktor ini merupakan salah satu faktor yang membuat responden bisa menjalani tuntutan dari kondisi saudara yang mengalami autis baik secara langsung maupun tidak langsung. 2.b Perkembangan dan kematangan Perkembangan dan kematangan mempunyai hubungan yang erat dengan proses penyesuaian diri, dalam arti bahwa proses penyesuaian diri itu akan banyak tergantung pada tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapai. Dalam proses perkembangan, respon anak berkembang dari respon yang bersifat instingtif menjadi respon yang diperoleh melalui belajar dan pengalaman. Dengan bertambahnya usia, anak juga matang untuk melakukan respon. Responden pada awalnya, ketika masih kanak-kanak, tidak mengerti tentang autis dan terus mengajak saudaranya untuk bermain meskipun ia tidak mendapat respon. “Gak lah, kan waktu itu belum ngerti, jadi di ajak main-main aja” S1W1b.241-243h6 Universitas Sumatera Utara Seiring berjalannya waktu, keluhan atas sikap orang tua yang selalu menuntut untuk tidak membalas perilaku saudara dan perasaan diperlakukan secara berbeda dengan saudara autis berubah menjadi penerimaan dan pemahaman atas ketidakmampuan yang dialami saudara autis dari penjelasan orang tua. “bang Ami kan keg gini, Winda tahu kan bang Ami itu masih itu, tingkah lakunya masih kayak anak-anak, umurnya aja yang besar, tingkah lakunya macam anak-anak, mama bilang keg gitu, barulah Winda ngerti bang Ami itu belum bisa, makanya dia dia dibantu ” S1W2s1b.537-539h46 Pemahaman responden mengenai hal ini juga didukung dengan kematangan kognitif responden dengan prestasinya yang sangat baik di sekolah. 2.c Faktor psikologis Pengalaman merupakan suatu konsep yang luas yang mempengaruhi penyesuaian diri. Pengalaman yang baik bermanfaat dalam mendukung penyesuaian yang lebih baik bagi individu. Pekerjaan ibu responden yang merupakan pengurus yayasan pondok peduli autis memberikan responden pengalaman yang positif yang membantu dalam menyesuaikan diri dengan berbagai fitur perilaku saudara dan kesiapannya menghadapi lingkungan sosial yang lebih luas dengan kehadiran saudara. Ia mendapatkan informasi tentang kondisi saudara yang mengalami gangguan dari ibu. Ia cukup aktif mengikuti berbagai seminar dan berbagai hal yang berhubungan dengan autis yang diikuti ibu nonton bareng film tentang penderita autis “Temple Grandin” dan bazar suplemen anak autis. Hal ini memberikan tambahan pengetahuan dan keterampilan yang membantu memahami kondisi autis yang dialami saudara. Ibu selalu menginformasikan hasil seminar dan workshop yang Universitas Sumatera Utara diikuti kepada responden dan menjelaskan kondisi autis yang dialami saudara secara berulang kali. “Mama kan ikut sem.. apa workshop yang kemaren itu, jadi gini kata ibu itu supaya klen gak berantem, Winda ngomongnya tu jangan kasar2 apa tu ngomong pelan2 soalnya sampe besar nanti ngaruh mama bilang kek gitu, jadi Winda ngomongnya pelan2, ibu2 itu bilang kayak gitu, klu ngomong pelan2 dia ingat sampe besar oh ini dia ingat ini baek sama aku gak kasar ngomongnya jadi dia ngerti bahwa Winda tu sayang sama dia. Padahal kalau keras2 dia nggak ngerti,mesti jahat ini, jadi kek gitulah. jadi misalnya ya, ini betul loh mama itu gak bohong sama Winda” S1W2s2b.81-99h50-51 “Pernah tapi apa pas seminarnya itu pun kadang-kadang ada autis kadang- kadang gak, gitu ” S1W2s1b.302-304h39 “Iya, kak gini, ayah uda pigi, “ma, mama mau kemana?”, Winda Tanya gitu, “ mau seminar”, “ seminar apa”, “ kitu lho yang kemaren,”, “ oh, aku ikut lah”, lagian pun mama pernah juga apa, seminar kan, jadi seminarnya tu buka bazaar, jadi jual makan-makanan autis gitu, kebetulan ada yang kenalin suplemen bang Ami itu, jadi sekalian jelasin tentang autisnya dan promosi sekolah, jadi Winda jaga bazarnya ” S1W2s1b.306-315h39 Disisi lain dari pengalaman positif yang mengarahkan responden pada penyesuaian yang baik, ia juga mendapatkan pengalaman negatif dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dengan kehadiran saudara. Menyaksikan fitur perilaku saudara autis, pertanyaan berulang dari teman sebaya menyangkut saudara autis, berada di sekolah yang sama, dan sebangku sehingga menyaksikan saudara autis diganggu dan diejek oleh teman sebaya. Bahkan kadang kala ia mencapai titik frustasi akibat gangguan teman sebaya yang memaksanya untuk membalas perbuatan teman. “Ga pernah klen berubah, aku palak kali sama klen” aku bilang keg gitu, “klen manfaatin orang aja, klen rakus kali klen, “ karna palak kali ya kan, tasnya Ami kan itu sama orang itu, terus yang lemparinnya ambil lempar ke Universitas Sumatera Utara mukanya, nangis dia ya kan, “ itu lah kau kan, nangis kau kan, coba Ami keg gitu, dia karna takut ajanya, makanya ini dia itu gak berani dia apain klen” S1W2s1b.201-204h36 2.d Faktor lingkungan Responden memiliki hubungan yang dekat dengan ibu. Meskipun responden mengaku sering berdebat dan mengalami sedikit konflik dengan ibu akibat sang ibu kerap kali membela saudara yang menurutnya salah, ibu tetap menjadi tempat ia mencurahkan segala apa yang ia rasakan. Ibu meminta responden untuk terbuka dan tidak berbohong dengan apa yang terjadi pada responden. Begitu sebaliknya, responden terbuka dengan ibu dan menceritakan apa yang dia alami baik yang berhubungan dengan pengalaman negatif dengan saudara autis dan bahkan terbuka soal kedekatannya dengan teman lawan jenis. Pada saat responden mengungkapkan keluhan pada orang tua Ibu, ia selalu mendapat tanggapan dari setiap keluhan tersebut meskipun terkadang berujung pada nasihat dan penjelasan yang diberikan orang tua kepada responden. “Kan uda pernah mama bilang sama Winda, ami itu lain sama Winda, Winda itu apa.. normal, beda sama ami, ami keg gitu, coba Winda ditukar, Winda jadi ami, ami jadi Winda pasti ami pun keg gitu, ngejek in Winda ” gitu. Kadang-kadang dia pun marah sama Winda keg mana gitu ” S1W1b.917-920h20 Selain itu, responden dan keluarga mendapat dukungan yang positif dari keluarga secara luas. Mereka memperhatikan bagaimana perkembangan saudara yang mengalami autis dan sesekali menyarankan tempat terapi yang menurut mereka bermanfaat untuk anak yang mengalami autis. Hal ini disebabkan oleh keterbukaan Universitas Sumatera Utara ibu responden yang mengkomunikasikan apa yang terjadi dengan anaknya kepada keluarga besar. Pondok peduli autis yang didirikan ibu responden membuat lingkungan sekitar mengetahui apa yang terjadi dengan saudara. Masyarakat di lingkungan tempat tinggal tidak banyak bertanya mengenai saudara sehingga ia tidak merasa kesulitan dengan hal tersebut. Ia menemukan kesulitan dengan lingkungan teman sebaya. Diluar teman dekat, ia merasakan tidak ada kepedulian teman sebaya terhadap kondisi saudara. Ia mengaku hal ini mungkin disebabkan teman sebaya tidak memiliki anggota keluarga autis sehingga mereka tidak merasakan apa yang dirasakan responden. 2.e Faktor agama, adat istiadat, dan budaya Orang tua menekankan ajaran agama yang cukup kuat kepada responden dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi. Orang tua menekankan bahwa saudara yang mengalami autis adalah anak surga dan meminta repsonden untuk bersikap baik agar keluarganya bisa berkumpul di surga nanti. Orang tua juga mengajarkan responden untu bersedekah sebagai bagian dari terapi penyembuhan saudara yang mengalami autis. B. Deskripsi Data Responden 2 B.1. Sekilas Responden Penelitian