30
5. Bukan disebabkan gangguan Rett atau gangguan Disintegratif pada masa
kanak –kanak.
D. Penyesuaian Diri Pada Remaja yang Memiliki Saudara Autis
Setiap individu, dalam proses kehidupan mulai sejak kelahiran sampai melewati beberapa tahapan perkembangan, dihadapkan pada keadaan kehidupan yang
selalu berubah, dimulai dari masa prenatal, bayi, masa kanak-kanak, remaja, dewasa sampai lansia. Masing-masing tahapan perkembangan ini memiliki karakteristik yang
khas serta diwarnai dengan pengalaman dan kondisi subjektif individu yang menjalaninya.
Salah satu tahapan perkembangan yang mendapatkan perhatian penting adalah masa remaja. Masa remaja merupakan suatu tahapan perkembangan dimana seorang
individu mengalami perubahan drastis dalam kehidupannya baik secara fisik, psikologis dan sosial. Perubahan-perubahan tersebut memberikan tuntutan dan
konflik tersendiri bagi remaja. Oleh karena itu tahapan perkembangan ini dikenal dengan periode
“storm and stress” Hurlock, 1999. Ada banyak tuntutan dan tekanan yang dialami seorang individu pada masa ini sesuai dengan tugas
perkembangan remaja. Pada umumnya, meskipun tugas perkembangan adalah suatu hal normal yang harus dihadapi setiap remaja, tugas perkembangan tetap menjadi
sumber stres yang harus dihadapi remaja Dacey Kenny, 1997.
Universitas Sumatera Utara
31
Setiap individu, termasuk remaja, pasti menginginkan hal yang terbaik dalam kehidupan mereka seperti kesempurnaan kondisi mental dan fisik pada diri sendiri
dan anggtoa keluarga. Pada kenyataannya, ada beberapa keadaan hidup yang berada diluar jangkauan manusia meskipun telah melakukan usaha terbaik yang dapat
dilakukan. Salah satunya adalah ketika seseorang harus menjalani hidup bersama dengan saudara yang mengalami gangguan autis.
Remaja yang memiliki saudara autis mendapatkan kondisi yang berbeda dengan teman seusianya yang memiliki saudara normal. Remaja dengan saudara yang
mengalami autis ini mendapat tekanan diluar tekanan dari tugas perkembangan remaja yang harus dijalani yaitu tekanan yang berasal dari saudara yang mengalami
autis. Autis adalah suatu gangguan perkembangan fungsi otak yang meliputi bidang
sosial dan afeksi, komunikasi verbal dan non-verbal, imajinasi, fleksibilitas, ketertarikan, kognisi serta perhatian. Gangguan autis yang terjadi pada seseorang
mengakibatkan ketidakmampuan dalam komunikasi timbal balik, senderung melihat orang lain sebagai benda mati, dan menampilkan berbagai fitur perilaku khas seperti
masalah persepsi sensoris, perilaku menyakiti diri sendiri, dan temper tantrum. Berbagai perilaku yang ditampilkan anak yang mengalami autis tersebut
mengakibatkan rasa frustasi dan kelelahan pada figur pengasuhnya Haugaard, 2008. Keluarga dengan salah satu anggota autis dan memiliki anak dalam tahapan
Universitas Sumatera Utara
32
perkembangan remaja akan menuntut dan mengaharapkan bantuan pengasuhan dari anak remaja terhadap anak yang mengalami autis tersebut.
Menjalani kehidupan bersama saudara yang mengalami autis memberikan berbagai perasaan yang kompleks pada remaja. Kehidupan remaja yang ditandai
sebagai suatu masa peralihan, dengan berbagai perubahan dan tuntutan peran sosial untuk mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman laki-laki maupun wanita,
membuat remaja sering menghadapi perasaan malu. Perasaan malu pada umumnya disebabkan ketika teman sebaya mereka bertanya tentang perilaku tidak sesuai yang
ditampilkan anak yang mengalami autis dan juga ketika akan membawa teman sebaya berkunjung ke rumah terutama teman lawan jenis pacar. Remaja juga
mungkin merasa harus berkompetisi mendapatkan perhatian orang karena begitu banyak waktu yang ditujukan kepada saudara yang mengalami autis Attfield
Morgan, 2007. Remaja yang memiliki saudara autis juga mengalami kebingungan dan
konflik emosi. Ada saat dimana remaja harus membela saudara autis dan diidolakan oleh saudara autis tersebut. Keadaan semacam ini membuat remaja merasa bersalah
atas perasaan dan emosi negatif, frustasi dan agresi serta kekecewan yang pernah ditujukan pada saudara yang mengalami autis. Berbagai perasaan dan kondisi remaja
yang memiliki saudara autis menunjukkan bahwa mereka tidak hanya mendapatkan tekanan dan tuntutan dari perubahan tahapan perkembangan akan tetapi juga dari
keberadaan saudara autis yang mereka miliki. Individu yang mengalami tekanan dan
Universitas Sumatera Utara
33
tuntutan membutuhkan penyesuaian diri untuk tetap dapat menjalani kehidupan normal di lingkungannya.
Penyesuaian diri merupakan suatu kondisi dimana seseorang melakukan suatu usaha dalam mengatasi tekanan yang dialami. Penyesuaian diri dapat diartikan
sebagai suatu usaha dalam membiasakan diri hidup dengan atau belajar untuk hidup dengan suatu kondisi yang tidak dapat diubah seutuhnya. Individu berusaha untuk
terbiasa dengan suatu hal yang tidak dapat diubah dan belajar untuk menerima suatu keadaan yang tidak dapat dikontrol Haber Runyon, 1984. Hal ini sejalan dengan
kondisi remaja yang memiliki saudara autis dimana autis merupakan suatu gangguan yang tidak dapat disembuhkan dan membutuhkan penanganan dalam jangka panjang
Haugaard, 2008. Penyesuaian diri adalah suatu proses yang terus berlanjut selama kehidupan.
Situasi hidup selalu berubah-ubah. Individu selalu menetapkan tujuan dalam kehidupan tetapi seiring dengan berubahnya keadaan hidup individu juga terus
mengubah dan memodifikasi tujuan hidupnya. Suatu tujuan yang dianggap penting sebelumnya bisa tidak berarti lagi pada masa seterusnya. Kualitas penyesuaian
individu dilihat dari seberapa baik individu tersebut dalam mengatasi masalah dalam kehidupan.
Dinamika kehidupan selalu dipenuhi dengan dorongan internal dan eksternal yang saling mempengaruhi. Pada suatu waktu dan kondisi tertentu individu bisa
menjadi produk dari lingkungan dan pengalaman subjektifnya. Sedangkan pada
Universitas Sumatera Utara
34
kondisi lain bisa menjadi subjek dari keadaan yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas penyesuaian yang dilakukan seseorang bisa berubah dari waktu ke waktu dan
dari situasi ke situasi. Suatu saat bisa mengalami kesedihan, putus asa, depresi dan tidak menutup kemungkinan pada waktu lain memperoleh kenyamanan, kebahagiaan
dan juga kenikmatan Haber Runyon, 1984. Remaja yang memiliki saudara autis terkadang mengalami suatu kondisi
kesedihan dan kemarahan serta situasi yang tidak menyenangkan lainnya. Kondisi ini bisa terjadi ketika anak yang mengalami autis menggangu kehidupan remaja tersebut
seperti merusak mainan dan barang-barang berharga lainnya, membuat keributan serta mengganggu Attfield Morgan, 2007. Pada suatu waktu remaja bisa juga
mengalami suatu hal yang menyenangkan dan merasakan bahwa hidupnya berarti buat saudara yang mengalami autis, mampu membela saudara ketika mendapat
ejekan dari orang lain Hames McCaffrey, 2005. Hal ini menggambarkan
dinamika kehidupan remaja yang memiliki saudara autis. Tidak selamanya mendapatkan kondisi yang menyulitkan, penderitaan, dan tekanan tetapi ada saat
dimana remaja mengalami kebahagiaaan dan kepuasan yang tentunya diperoleh ketika remaja tersebut bisa menyesuaikan diri dengan keadaan yang dialami.
Remaja yang melakukan penyesuaian diri yang baik juga merasakan suatu keselarasan antara kondisi internal dan eksternal dimana ia merasa puas dengan apa
yang ia hadapi dan ia lakukan. Pada kondisi ini, meskipun merasakan suatu kekecewaan terhadap suatu kondisi dan kegagalan dalam pencapaian tujuan ia akan
Universitas Sumatera Utara
35
terus berusaha dan bersedia memodifikasi tujuan mereka pada hal yang lebih realistis jika tujuan sebelumnya terlalu tinggi dan tidak realistis Hurlock, 1978.
Universitas Sumatera Utara
36
E. Paradigma Berpikir