Remaja Yang Memiliki Saudara Autis

24

3. Remaja Yang Memiliki Saudara Autis

Remaja merupakan suatu tahapan perkembangan yang khas dan sangat berbeda dari tahapan perkembangan lainnya. Tahapan perkembangan ini memberikan tugas-tugas perkembangan yang harus dicapai individu yang menjalaninya. Semua tugas perkembangan remaja tersebut dipusatkan pada perubahan sikap kekanak- kanakan dan membentuk kesiapan mencapai masa dewasa. Tugas perkembangan remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku. Pada masa ini, penyesuaian dengan kelompok sosial menjadi penekanan yang sangat penting pada diri remaja. Mereka sangat memperhatikan bagaimana penerimaan kelompok teman sebaya atas apa yang terjadi dengan mereka, termasuk berbagai perubahan yang terjadi baik perubahan fisik, kognisi dan juga perilaku. Remaja yang memiliki saudara autis memiliki kondisi yang sangat berbeda dengan remaja yang memiliki saudara normal. Gangguan autis yang dialami oleh seorang individu menyebabkan ketidakmampuan dalam berkomunikasi dua arah, dan menampilkan beberapa fitur perilaku seperti masalah persepsi sensoris dimana mereka bisa sangat oversensitive terhadap suatu hal atau benda tertentu dan menampilkan perilaku menyakiti diri sendiri. Fitur-fitur perilaku seperti ini sering dianggap aneh oleh masyarakat sehingga menimbulkan rasa malu terhadap remaja akibat evaluasi negatif dari orang-orang disekitar terutama dari teman sebaya. Keberadaan seorang saudara dengan gangguan autis membuat remaja mendapatkan tuntutan tambahan diluar tututan dari tugas perkembangannya. Remaja Universitas Sumatera Utara 25 dituntut sebagai pengasuh muda young carer bagi saudara yang mengalami autis Burke, 2004. Remaja harus membantu dan bertanggung jawab pada saudara autis. Tanggung jawab semacam ini berbeda dengan tanggung jawab yang diberikan pada remaja yang memiliki saudara normal, hal ini disebabkan karena kebutuhan anak autis berbeda dengan kebutuhan anak normal. Burke 2004 menjelaskan kondisi yang dialami oleh individu yang memiliki saudara autis sebagai berikut: a. Tanggung jawab pengasuhan caring responsibility Setiap individu pasti akan membantu saudaranya. Bantuan dan pengasuhan yang diberikan seorang individu pada saudara yang mengalami ketidakmampuan jauh melebihi bantuan yang diberikan seseorang yang terbebas dari saudara yang tidak mengalami ketidakmampuan karena ketidakmampuan itu sendiri menuntut bantuan tambahan yang menuntut pengasuhan. b. Meringankan stress yang dialami orang tua relieving stress ecperienced by parents Keberadaan anggota keluarga dengan gangguan autis memberikan stres yang tinggi bagi orang tua. Saudara dari anak yang mengalami autis bisa membantu mengurangi tekanan yang dialami orang tua. Mereka menunjukkan dua peran yaitu mengurus diri mereka sendiri dan membantu orang tua. Siegal dan Silverstein dalam Burke 2004 mengungkapkan bahwa ketika anak normal mengambil peran orang tua Universitas Sumatera Utara 26 mereka bisa mengurangi stres yang dialami orang tua. Motivasi anak normal dalam melakukan hal ini dapat digolongkan kedalam dua hal. Pertama, anak normal melakukan hal tersebut karena mereka menerima situasi yang ada dikeluarga. Kedua, mereka merasa harus membantu mengasuh saudara yang mengalami ketidakmampuan sebagai kompensasi karena mereka normal dan tidak mengalami ketidakmapuan. Individu yang memiliki saudara autis dituntut untuk berperilaku baik terhadap saudara dan tidak membalas kenakalan yang diperbuat saudara autis. Hal ini mengakibatkan anak tidak dapat mengekpresikan pendapat dan menahan perilaku agresif. Rasa malu akibat keberadaan saudara dengan ketidakmampuan juga membuat mereka belajar untuk tidak berbicara mengenai saudara yang mengalami ketidakmampuan. Akibatnya, mereka merasa bingung akan peran dalam keluarga apakah sebagai pengasuh atau sebagai saudara, teman bermain atau sebagai orang yang bertanggung jawab atas anak yang mengalami ketidakmampuan tersebut tanpa memiliki kematangan seperti orang dewasa Powell dan Ogle dalam Burke, 2004 c. Keterbatasan aktivitas life restriction Pengasuhan yang diberikan pada anak yang mengalami ketidakmampuan mengakibatkan keterbatasan aktivitas dalam kehidupan saudara yang mengasuhnya. Keterbatasan kehidupan ini membuat saudara dari anak Universitas Sumatera Utara 27 yang mengalami ketikmampuan merasa tertekan karena aktivitasnya hanya terbatas pada pengasuhan. Saudara dalam tahapan perkembangan remaja tidak mendapatkan kebebasan yang sama sebagaimana proses yang dialami remaja pada umumnya. Seligman dalam Burke, 2004 mengungkapkan bahwa keterbatasan hidup akibat tanggung jawab pengasuhan semacam ini akan menimbulkan perasaan marah, balas dendam, perasaan bersalah dan gangguan psikologis. Saudara dari anak yang mengalami ketidakmampuan juga mengalami keterbatasan dalam mengungkapkan pendapat dan keinginan mereka karena tidak menyadari bahwa mereka juga memliki hak untuk mendapat perhatian orang tua. Kurangnya komunikasi semacam ini mengakibatkan perasaan terisolasi yang mengarah pada keputusasaan pada saudara dari anak yang mengalami ketidakmampuan tersebut.

C. Autis 1. Pengertian Autis