Internet Akibat-Akibat Kepailitan Perlindungan Hukum terhadap Perusahaan Pialang dalam Kepailitan (Studi Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 08/Pdt.Sus.Pailit/2015/PN.Niaga.Jkt.Pst.)

129 Peraturan Nomor V.D.3 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-28PM1996 tentang Pengendalian Intern dan Penyelenggaraan Pembukuan oleh Perusahaan Efek. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 28POJK.052015 tentang Pembubaran, Likuidasi, dan Kepailitan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan Reasuransi Syariah. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 20POJK.042016 tentang Perizinan Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek.

C. Putusan Pengadilan

Putusan Pailit Nomor 08Pdt.Sus.Pailit2015PN.Niaga.Jkt.Pst.

D. Skripsi dan Jurnal

Hakim, Resita Fauziah. 2014. Perlindungan Aset Nasabah oleh Penyelenggara Dana Perlindungan Pemodal Investor Protection Fund Akibat Pailitnya Perusahaan Efek. Malang: Jurnal Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Krisnawati, Eva. 2010. Skripsi: Tanggung Jawab dan wewenang Penjamin dalam Kepailitan Perseroan Terbatas. Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Suryadi, Asep. 2012. Tanggung Jawab Direksi dalam Kepailitan Perseroan Terbatas. Jurnal Wawasan Hukum. Volume 26. Nomor 1. Februari 2012. Samosir, Agnes W. 2013. Skripsi: Analisis Yuridis Putusan Pailit terhadap PT. Telkomsel Tbk. Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Tarihoran, Abdul Reza Prima. 2015. Perlindungan Hukum bagi Kurator terhadap Tuntutan Hukum Kreditor dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit. Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

E. Internet

http:www.hukumonline.comberitabacalt55cfe5e1b1d0eada-yang-janggal- dalam-kasus-pailit-aaa-sekuritas, diakses pada tanggal 09 Oktober 2016. http:www.hukumonline.comberitabacalt55fc0566266a1ojk--putusan-pailit- aaa-sekuritas-tak-sesuai-uu, diakses pada tanggal 09 Oktober 2016. Universitas Sumatera Utara 130 http:tesishukum.compengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli, diakses pada tanggal 10 Oktober 2016. https:clickgtg.wordpress.com20080702hukum-kepailitan-di-indonesia, diakses pada tanggal 07 November 2016. http:click-gtg.blogspot.co.id200806hukum-kepailitan-di-indonesia_7388.html, diakses pada tanggal 08 November 2016. Lampiran Universitas Sumatera Utara 67 BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP KEPAILITAN PERUSAHAAN PIALANG

A. Akibat-Akibat Kepailitan

Putusan pernyataan pailit oleh pengadilan menimbulkan akibat-akibat hukum. UUK dan PKPU telah mengatur akibat-akibat hukum yang timbul dari adanya pernyataan pailit tersebut. Akibat-akibat hukum tersebut adalah: 1. Akibat terhadap kekayaan debitor pailit Kekayaan debitor pailit yang masuk dalam harta pailit berada di bawah penyitaan umum. Artinya, penyitaan tersebut berlaku untuk siapa pun, bukan hanya berlaku bagi pihak tertentu seperti halnya sita jaminan yang diputuskan oleh hakim perdata berkenaan dengan permohonan penggugat dalam sengketa perdata. 102 Dari ketentuan Pasal 21 UUK dan PKPU tersebut diketahui bahwa kepailitan merupakan sita umum. Dengan adanya sita umum tersebut hendak dihindari adanya sita perorangan. Pembentuk undang-undang memandang perlu untuk memungkinkan eksekusi massal dengan cara melakukan sitaan umum atas seluruh harta kekayaan debitor untuk kepentingan semua kreditor yang bersangkutan yang dijalankan dengan pengawasan seorang Hakim Pengawas. Sita Ketentuan Pasal 21 UUK dan PKPU menentukan bahwa kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitor pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan. 102 Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit., hal. 193. Universitas Sumatera Utara 68 umum tersebut haruslah bersifat konservatoir yaitu bersifat penyimpanan bagi kepentingan semua kreditor yang bersangkutan. 103 Demi pertimbangan kemanusiaan terhadap debitor debitor perseorangan, ada barang-barang milik debitor pailit yang oleh UUK dan PKPU dikecualikan dari harta pailit. Artinya, ada sebagian barang milik debitor pailit yang tidak dimasukkan dalam harta pailit. Barang-barang tersebut sebagaimanan yang telah ditentukan dalam Pasal 22 UUK dan PKPU adalah: 104 a. Benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan debitor sehubungan dengan pekerjaannya, perlengkapannya, alat-alat medis yang dipergunakan untuk kesehatan, tempat tidur dan perlengkapannya yang dipergunakan oleh debitor dan keluarganya, dan bahan makanan untuk 30 tiga puluh hari bagi debitor dan keluarganya, yang terdapat di tempat itu. b. Segala sesuatu yang diperoleh debitor dari pekerjaannya sendiri sebagai penggajian dari suatu jabatan atau jasa, sebagai upah, pensiun, uang tunggu atau uang tunjangan, sejauh yang ditentukan oleh Hakim Pengawas. c. Uang yang diberikan kepada debitor untuk memenuhi suatu kewajiban memberi nafkah menurut undang-undang. Menurut ketentuan Pasal 23 UUK dan PKPU, debitor pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22 UUK dan PKPU, termasuk juga istri atau suami dari debitor pailit yang menikah dalam persatuan harta, yaitu suami-istri yang menikah tanpa membuat perjanjian nikah yang menyatakan bahwa terjadi pemisahan harta antara harta suami dan harta istri, baik yang telah ada 103 Sunarmi, Op.Cit., hal. 94. 104 Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit., hal. 193. Universitas Sumatera Utara 69 ataupunyang akan diperoleh oleh masing-masing dikemudian hari, sehingga dengan demikian harta suami dan harta istri bergabung dan menyatu. Sesuai dengan ketentuan Pasal 23 UUK dan PKPU tersebut, maka harta kekayaan istri atau suami dari debitor pailit termasuk harta pailit. 105 2. Akibat terhadap debitor pailit Berdasarkan ketentuan Pasal 24 ayat 1 UUK dan PKPU, debitor pailit demi hukum kehilangan hak untuk mengurus dan menguasai kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit sejak hari putusan pailit diucapkan. Meskipun debitor telah diputuskan menjadi debitor pailit, bukan berarti debitor kehilangan hak keperdataannya volkomen handelingsbevoegdheid untuk dapat melakukan semua perbuatan hukum di bidang keperdataan. Debitor pailit hanya kehilangan hak keperdataannya untuk mengurus dan menguasai harta kekayaannya. Sementara itu, debitor masih berwenang masih memiliki kemampuan hukum untuk melakukan perbuatan-perbuatan keperdataan lainnya, seperti melangsungkan pernikahan dirinya, sebagai wali dalam mengawinkan anaknya, membuat perjanjian nikah, menerima hibah sekalipun hibah tersebut demi hukum menjadi bagian harta pailit, mengurus harta kekayaan pihak lain, menjadi kuasa pihak lain untuk melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama pihak pemberi kuasa, atau perbuatan-perbuatan keperdataan lainnya. 106 Dengan demikian, sejak putusan pernyataan pailit diucapkan, hanya harta kekayaan debitor pailit yang berada di bawah pengampuan di bawah penguasaan dan pengurusan pihak lain, sedangkan debitor pailit sendiri tidak berada di bawah 105 Ibid., hal. 194. 106 Ibid., hal. 190. Universitas Sumatera Utara 70 pengampuan seperti yang terjadi terhadap anak di bawah umur atau orang yang sakit jiwa yang dinyatakan berada di bawah pengampuan. 107 Khusus dalam hal debitor perseroan terbatas, menurut penjelasan Pasal 24 ayat 1 UUK dan PKPU, organ perseroan tersebut tetap berfungsi dengan ketentuan jika dalam pelaksanaannya menyebabkan berkurangnya harta pailit, maka pengeluaran uang yang merupakan bagian harta pailit, adalah wewenang kurator. Artinya, pengurus perseroan hanya dapat melakukan tindakan hukum sepanjang menyangkut penerimaan pendapatan bagi perseroan, tetapi dalam hal pengeluaran uang atas beban harta pailit, kuratorlah yang berwenang memberikan keputusan untuk menyetujui pengeluaran tersebut. Dapat diberi pandangan bahwa untuk pelaksanaan pengeluaran yang telah diputuskan oleh kurator tersebut, tetap dapat dilakukan oleh pengurus perseroan. 108 3. Akibat terhadap transfer dana dan transfer efek Mengenai transaksi-transaksi dana maupun efek, ketentuan Pasal 24 ayat 3 UUK dan PKPU menentukan bahwa apabila sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan telah dilaksanakan transfer dana melalui bank atau lembaga selain bank pada tanggal putusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, maka transfer tersebut wajib diteruskan. Sementara itu, ketentuan Pasal 24 ayat 4 menentukan bahwa apabila sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan telah dilaksanakan transfer efek di bursa efek, maka transaksi tersebut wajib diselesaikan. 107 Ibid. 108 Ibid., hal. 191. Universitas Sumatera Utara 71 Penjelasan Pasal 24 ayat 3 mengemukakan bahwa transfer dana melalui bank perlu dikecualikan untuk menjamin kelancaran dan kepastian sistem transfer melalui bank. Sementara itu, penjelasan Pasal 24 ayat 4 mengemukakan bahwa transaksi efek di bursa efek perlu dikecualikan untuk menjamin kelancaran dan kepastian hukum atas transaksi efek di bursa efek. Adapun penyelesaian transaksi efek di bursa efek dapat dilaksanakan dengan cara penyelesaian pembukuan atau cara lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. 4. Akibat terhadap perikatan debitor Ketentuan Pasal 25 UUK dan PKPU menentukan bahwa semua perikatan debitor yang terbit timbul sesudah putusan pernyataan pailit diucapkan tidak lagi dapat dibayar dipenuhi dari harta pailit, kecuali perikatan tersebut menguntungkan harta pailit. Menurut Sutan Remy Sjahdeini, konsekuensi hukum dari ketentuan Pasal 25 UUK dan PKPU tersebut adalah apabila setelah putusan pernyataan pailit debitor masih juga tetap melakukan perbuatan hukum yang menyangkut harta kekayaannya yang telah dimasukkan ke dalam harta pailit, maka perbuatan hukum tersebut tidak mengikat kecuali apabila perikatan-perikatan yang dibuatnya tersebut mendatangkan keuntungan bagi harta pailit tersebut. 109 5. Akibat terhadap tuntutan hukum oleh pihak lain terhadap debitor Akibat putusan pernyataan pailit terhadap tuntutan hukum oleh pihak lain terhadap debitor telah diatur dalam ketentuan Pasal 29 UUK dan PKPU yang menentukan bahwa suatu tuntutan hukum di pengadilan yang diajukan terhadap 109 Ibid., hal. 195. Universitas Sumatera Utara 72 debitor sejauh bertujuan untuk memperoleh pemenuhan kewajiban dari harta pailit dan perkaranya sedang berjalan, gugur demi hukum dengan diucapkannya putusan pernyataan pailit terhadap debitor. Menurut Sutan Remy Sjahdeini, ketentuan Pasal 29 tersebut merupakan konsekuensi berlakunya asas bahwa dengan kepailitan debitor maka harta debitor berada di bawah sita umum dan harta debitor harus dibagi kepada semua kreditornya. Berkenaan dengan gugatan tersebut, dengan debitor dinayatakan pailit, maka penggugat harus mengajukan tagihannya untuk dicocokkan dalam rapat pencocokan piutang bersama-sama dengan para kreditor yang lain. 110 6. Akibat terhadap penetapan pelaksanaan pengadilan Sesuai dengan ketentuan Pasal 31 ayat 1 UUK dan PKPU, putusan pernyataan pailit berakibat bahwa segala penetapan yang berkenaan dengan pelaksanaan putusan pengadilan terhadap setiap bagian dari kekayaan debitor yang telah dimulai sebelum kepailitan, harus dihentikan seketika dan sejak itu tidak ada suatu putusan yang dapat dilaksanakan termasuk atau juga dengan menyandera debitor. Akan tetapi, ketentuan tersebut tidak berlaku bagi kreditor pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaaan lainnya sebagaimana yang dimaksud dalam penjelasan ketentuan Pasal 31 ayat 1 UUK dan PKPU. Dengan kata lain, kreditor-kreditor tersebut tetap dapat mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan. 7. Akibat terhadap penyitaan 110 Ibid., hal. 201. Universitas Sumatera Utara 73 Berdasarkan ketentuan Pasal 31 ayat 2 UUK dan PKPU, putusan pernyataan pailit mengakibatkan semua penyitaan yang telah dilakukan menjadi hapus dan jika diperlukan Hakim Pengawas harus memerintahkan pencoretannya. Dalam penjelasan ketentuan tersebut, bahwa yang dimaksud dengan “jika diperlukan Hakim Pengawas harus memerintahkan pencoretannya” antara lain pencoretan terhadap penyitaan tanah atau kapal yang terdaftar. 8. Akibat terhadap penahanan debitor Ketentuan Pasal 31 ayat 3 UUK dan PKPU menentukan bahwa dengan tidak mengurangi berlakunya ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 93, debitor yang sedang dalam penahanan harus dilepaskan seketika setelah putusan pernyataan pailit diucapkan. Penahanan yang dimaksud dalam ketentuan tersebut menurut penjelasan Pasal 31 ayat 3 UUK dan PKPU adalah gijzeling. 111 9. Akibat terhadap kewajiban pembayaran uang paksa Selama berlangsungnya kepailitan, menurut ketentuan Pasal 32 UUK dan PKPU, debitor tidak dikenakan uang paksa. Uang paksa dalam ketentuan tersebut mencakup uang paksa yang dikenakan sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan. Menurut Sutan Remy Sjahdeini, maksud ketentuan Pasal 32 UUK dan PKPU tersebut adalah apabila sebelumnya debitor dikenakan uang paksa sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan harus dibayar oleh debitor, maka dengan 111 Penahanan Gijzeling adalah tindakan penahanan terhadap debitor agar mau melunasi utangnya. Pemikirannya adalah apabila debitor ditahan, kemungkinan sanak keluarganya akan berusaha untuk mengeluarkan dari penyanderan dengan mengumpulkan uang untuk membayar utang debitor tersebut. Penahanan dimaksud tidak merupakan suatu penyanderaan, tetapi untuk mencegah kemungkinan debitor melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan kreditornya. Dalam Asep Suryadi, Tanggung Jawab Direksi dalam Kepailitan Perseroan Terbatas, Jurnal Wawasan Hukum, Volume 26, Nomor 1, Februari 2012, hal. 479-480. Universitas Sumatera Utara 74 adanya putusan pernyataan pailit tersebut, debitor tidak perlu lagi membayar uang paksa tersebut. 112 10. Akibat terhadap penjualan benda milik debitor Ketentuan Pasal 33 UUK dan PKPU menentukan bahwa sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan, penjualan benda milik debitor, baik bergerak maupun tidak bergerak dalam rangka eksekusi sudah sedemikian jauhnya hingga hari penjualan benda itu sudah ditetapkan, maka dengan izin Hakim Pengawas, kurator dapat meneruskan penjualan benda tersebut atas tanggungan harta pailit. Penjelasan Pasal 33 UUK dan PKPU tersebut menentukan bahwa hasil dari penjualan benda milik debitor tersebut masuk dalam harta pailit dan tidak diberikan kepada pemohon eksekusi. 11. Akibat terhadap perjanjian pemindahtanganan Akibat putusan pernyataan pailit terhadap perjanjian pemindahtanganan diatur dalam ketentuan Pasal 34 UUK dan PKPU yang menentukan bahwa perjanjian yang bermaksud memindahtangankan hak atas tanah, balik nama kapal, pembebanan hak tanggungan, hipotek, atau jaminan fidusia yang telah diperjanjikan terlebih dahulu, tidak dapat dilaksanakan setelah putusan pernyataan pailit diucapkan, kecuali ditentukan lain dalam UUK dan PKPU. 12. Akibat terhadap perjanjian-perjanjian tertentu UUK dan PKPU telah mengatur akibat kepailitan terhadap perjanjian- perjanjian tertentu. Perjanjian-perjanjian yang dimaksud dengan akibat putusan pernyataan pailit terhadap perjanjian-perjanjian tersebut adalah: 112 Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit., hal. 196. Universitas Sumatera Utara 75 a. Terhadap perjanjian timbal balik Akibat putusan pernyataan pailit terhadap perjanjian timbal balik telah diatur dalam ketentuan Pasal 36 ayat 1 UUK dan PKPU yang menentukan bahwa apabila pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan, terdapat perjanjian timbal balik yang belum atau baru sebagian dipenuhi, maka pihak yang mengadakan perjanjian dengan debitor dapat meminta kepada kurator untuk memberikan kepastian tentang kelanjutan pelaksanaan perjanjian tersebut dalam jangka waktu yang disepakati oleh kurator dan pihak tersebut. Lebih lanjut ketentuan Pasal 36 ayat 2, 3, 4, dan 5menentukan bahwa apabila kesepakatan mengenai jangka waktu sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 tidak tercapai, maka Hakim Pengawas menetapkan jangka waktu tersebut. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan 2 kurator tidak memberikan jawaban atau tidak bersedia melanjutkan pelaksanaan perjanjian tersebut, maka perjanjian berakhir dan pihak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat menuntut ganti rugi dan akan diperlakukan sebagai kreditor konkuren. Apabila kurator menyatakan kesanggupannya, maka kurator wajib memberi jaminan atas kesanggupan untuk melaksanakan perjanjian tersebut. Ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud di atas tidak berlaku terhadap perjanjian yang mewajibkan debitor melakukan sendiri perbuatan yang diperjanjikan. Sementara itu, Pasal 37 ayat 1 UUK dan PKPU menentukan bahwa apabila dalam perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 tersebut telah diperjanjikan penyerahan benda dagangan yang biasa diperdagangkan dengan Universitas Sumatera Utara 76 suatu jangka waktu, dan pihak yang harus menyerahkan benda tersebut sebelum penyerahan dilaksanakan dinyatakan pailit, maka perjanjian tersebut menjadi hapus dengan diucapkannya putusan pernyataan pailit, dan dalam hal pihak lawan dirugikan karena penghapusan perjanjian tersebut, maka yang bersangkutan dapat mengajukan diri sebagai kreditor konkuren untuk mendapatkan ganti rugi. Apabila harta pailit dirugikan karena penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, maka berdasarkan ketentuan Pasal 37 ayat 2, pihak lawan wajib membayar ganti kerugian tersebut. b. Terhadap perjanjian sewa menyewa Akibat putusan pernyataan pailit terhadap perjanjian sewa menyewa telah diatur dalam ketentuan Pasal 38 ayat 1 UUK dan PKPU yang menentukan bahwa apabila debitor telah menyewa suatu benda, maka baik kurator maupun pihak yang menyewakan benda, dapat menghentikan perjanjian sewa tersebut dengan syarat pemberitahuan penghentikan dilakukan sebelum berakhirnya perjanjian sesuai dengan adat kebiasaan setempat. Pasal 38 ayat 2 mensyaratkan bahwa dalam hal melakukan penghentian sebagaimana dimaksud pada ayat 1, harus diindahkan jangka waktu pemberitahuan penghentian menurut perjanjian. Apabila dalam perjanjian sewa menyewa tersebut tidak ditentukan jangka waktunya, maka Pasal 38 ayat 2 tersebut menentukan paling singkat adalah 90 sembilan puluh hari karena jangka waktu tersebut menurut kelaziman merupakan jangka waktu yang dianggap patut. Sementara itu, Pasal 38 ayat 3 menentukan bahwa apabila uang sewa telah dibayar di muka, maka perjanjian sewa tersebut tidak dapat dihentikan lebih Universitas Sumatera Utara 77 awal sebelum berakhirnya jangka waktu yang telah dibayar uang sewa tersebut. Dengan kata lain, hanya perjanjian sewa menyewa yang uang sewanya belum dibayar di muka yang dapat dihentikan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 38 ayat 1 di atas. Menurut Pasal 38 ayat 4, sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan, uang sewa menjadi utang harta pailit. c. Terhadap perjanjian kerja Akibat putusan pernyataan pailit terhadap perjanjian kerja telah diatur dalam ketentuan Pasal 39 ayat 1 UUK dan PKPU yang menentukan bahwa pekerja yang bekerja pada debitor pailit dapat memutuskan hubungan kerjanya, dan sebaliknya kurator dapat memberhentikan pekerja tersebut, namun kurator harus mengindahkan jangka waktu sebagaimana yang telah ditentukan dalam persetujuan perjanjian kerja atau sebagaimana ditentukan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila dalam perjanjian kerja tersebut tidak ditentukan jangka waktu minimal untuk memberitahukan maksud dari salah satu pihak untuk mengakhiri perjanjian kerja tersebut, maka baik pekerja maupun kurator hanya dapat memutuskanmengakhiri hubungan kerja tersebut dengan menyampaikan pemberitahuan paling singkat 45 empat puluh lima hari sebelumnya. Sesuai dengan penjelasan Pasal 39 ayat 1, berkenaan dengan pelaksanaan pemutusan hubungan kerja sebagaimana yang dimaksud dalam ketentuan Pasal 39 ayat 1, kurator tetap berpedoman pada peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan. Lebih lanjut ketentuan Pasal 39 ayat 2 menentukan bahwa sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan, upah yang terutang sebelum maupun sesudah Universitas Sumatera Utara 78 putusan pernyataan pailit diucapkan merupakan utang harta pailit. Sesuai dengan penjelasan ketentuan Pasal 39 ayat 2, bahwa yang dimaksud dengan “upah” adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pemberi kerja kepada pekerja atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Upah tersebut adalah yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk di dalamnya adalah tunjangan bagi pekerja dan keluarganya. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, UUK dan PKPU telah memberikan perlindungan hukum terhadap pekerja yang bekerja pada debitor. UUK dan PKPU telah menjamin hak-hak pekerja untuk mendapatkan upah meskipun debitor telah dinyatakan pailit. Meskipun demikian, permasalahan yang selalu muncul berkaitan dengan hak-hak pekerja bila perusahaan dinyatakan pailit adalah kesulitan perusahaan dalam membayar hak-hak normative pekerja, meskipun UUK dan PKPU secara tegas telah mengatur bahwa upah yang terutang sebelum maupun sesudah pernyataan pailit diucapkan merupakan utang harta pailit. 113 d. Terhadap warisan Akibat putusan pernyataan pailit terhadap warisan telah diatur dalam ketentuan Pasal 40 ayat 1 UUK dan PKPU yang menentukan bahwa apabila warisan yang selama kepailitan jatuh kepada debitor pailit, oleh kurator tidak boleh diterima, kecuali apabila warisan tersebut menguntungkan harta pailit. Menurut Sutan Remy Sjahdeini, ketentuan Pasal 40 ayat 1 tersebut dapat dimengerti, karena tidak mustahil debitor pailit bukan menerima warisan berupa 113 Sunarmi, Op.Cit., hal. 101. Universitas Sumatera Utara 79 piutang, tetapi menerima warisan berupa utang. Apabila debitor pailit menerima warisan berupa piutang tagihan, maka warisan tersebut akan menguntungkan harta pailit. Akan tetapi, apabila debitor pailit menerima warisan berupa utang, maka warisan tersebut akan membebani harta pailit. Tentunya hal tersebut bukan saja akan merugikan debitor pailit, tetapi juga para kreditornya. 114 Menurut Sutan Remy Sjahdeini, ketentuan Pasal 40 ayat 2 terkesan kontradiktif dengan ketentuan Pasal 40 ayat 1. Di satu pihak, Pasal 40 ayat 1 menentukan bahwa kurator tidak boleh menerima warisan yang jatuh kepada debitor pailit selama debitor berada dalam kepailitan, kecuali warisan tersebut menguntungkan harta pailit. Namun di pihak lain, Pasal 40 ayat 2 menentukan bahwa untuk tidak menerima suatu warisan, kurator memerlukan izin dari Hakim Pengawas. Apabila tujuan ketentuan Pasal 40 ayat 2 tersebut adalah untuk memastikan tindakan kurator tidak merugikan harta pailit, sebaiknya bukan saja dalam hal kurator tidak menerima warisan, tetapi juga apabila kurator menerima suatu warisan yang jatuh kepada debitor pailit. Dengan demikian, baik penolakan maupun penerimaan warisan yang dilakukan oleh kurator tersebut tidak sampai Sementara itu, ketentuan Pasal 40 ayat 2 menentukan bahwa untuk tidak menerima suatu warisan, kurator memerlukan izin dari Hakim Pengawas. Dengan kata lain, bahwa apabila debitor pailit mendapatkan suatu warisan, baik berupa utang maupun piutang, maka untuk menolak warisan tersebut, kurator harus memperoleh izin dari Hakim Pengawas. 114 Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit., hal. 199. Universitas Sumatera Utara 80 merugikan harta pailit karena kekeliruan pertimbangan kurator atau karena kurator beritikad tidak baik. 115 e. Terhadap hibah Akibat putusan pernyataan pailit terhadap hibah telah diatur dalam ketentuan Pasal 43 UUK dan PKPU yang menentukan bahwa hibah yang dilakukan debitor dapat dimintakan pembatalan kepada pengadilan, apabila kurator dapat membuktikan bahwa pada saat hibah tersebut dilakukan, debitor mengetahui atau patut mengetahui bahwa tindakan tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi kreditor. Berdasarkan penjelasan Pasal 43 tersebut, kurator tidak perlu membuktikan bahwa penerima hibah tersebut mengetahu atau patut mengetahui bahwa tindakan tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi kreditor. 13. Akibat terhadap kreditor pemegang hak jaminan Akibat putusan pernyataan pailit terhadap kreditor pemegang hak jaminan telah diatur dalam ketentuan Pasal 55 ayat 1 UUK dan PKPU yang menentukan bahwa dengan tetap memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56, Pasal 57, dan Pasal 58, setiap kreditor pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya, dapat mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Akan tetapi, ketentuan Pasal 56 UUK dan PKPU menentukan bahwa hak eksekusi kreditor pemegang hak jaminan tersebut ditangguhkan tidak dapat seketika dilaksanakan untuk jangka waktu paling lama 90 Sembilan puluh hari sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan. 115 Ibid., hal. 199-200. Universitas Sumatera Utara 81 14. Akibat terhadap hak retensi kreditor Akibat putusan pernyataan pailit terhadap hak retensi kreditor telah diatur dalam ketentuan Pasal 61 UUK dan PKPU yang menentukan bahwa kreditor yang mempunyai hak untuk menahan benda milik debitor hak retensi 116

B. Akibat Hukum terhadap Kepailitan Perusahaan Pialang