81
14. Akibat terhadap hak retensi kreditor
Akibat putusan pernyataan pailit terhadap hak retensi kreditor telah diatur dalam ketentuan Pasal 61 UUK dan PKPU yang menentukan bahwa kreditor yang
mempunyai hak untuk menahan benda milik debitor hak retensi
116
B. Akibat Hukum terhadap Kepailitan Perusahaan Pialang
, tidak kehilangan haknya karena ada putusan pernyataan pailit. Hak untuk menahan
benda milik debitor tersebut, menurut penjelasan Pasal 61 berlangsung sampai utangnya dilunasi.
Perusahaan pialang yang dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga tentu akan menimbulkan akibat-akibat hukum, baik akibat hukum terhadap perusahaan
pilang itu sendiri, maupun terhadap para nasabah dari perusahaan pialang tersebut. Salah satu penyebab terjadinya pailit pada perusahaan efek yang bergerak
sebagai perantara pedagang efek perusahaan pialang adalah terjadinya transaksi diatas limit. Hal tersebut disebabkan oleh lemahnya proses kredit manajemen dan
lemahnya prosedur manajemen jaminan, selanjutnya akan berdampak pada ketidakstabilan keuangan dan kebangkrutan perusahaan. Hal ini dapat disebabkan
oleh kurangnya pengawasan transaksi nasabah yang melebihi trading limit dan atau manajemen resiko yang kurang memadai.
117
116
Menurut Munir Fuady, hak retensi adalah hak dari kreditor untuk menahan barang- barang kepunyaan debitor yang karena sebab-sebab tertentu barang tersebut berada dalam
kekuasaan kreditor. Barang-barang tersebut ditahan tetap dikuasai oleh kreditor sampai utangnya dibayar oleh debitor. Dalam Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori Praktik, Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 2014, hal. 74.
117
Resita Fauziah Hakim, Perlindungan Aset Nasabah oleh Penyelenggara Dana Perlindungan Pemodal Investor Protection Fund Akibat Pailitnya Perusahan Efek, Malang:
Jurnal Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 2014, hal. 12.
Penyebab lain yang dapat menyebabkan pailitnya perusahaan pialang adalah tidak terpenuhinya kewajiban
Universitas Sumatera Utara
82
dari perusahaan tersebut kepada para nasabahnya. Penyebab kepailitan tersebut sebagaimana yang telah dialami oleh perusahaan efek yang bergerak sebagai
perantara pedagang efek dan penjamin emisi efek yakni PT. Andalan Artha Advisindo Sekuritas PT. AAA Sekuritas.
Dalam hal debitor pailit adalah perusahaan efek, baik yang bergerak sebagai perantara pedagang efek, penjamin emisi efek, maupun manajer investasi,
meurut ketentuan Pasal 2 ayat 4 UUK dan PKPU, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh OJK. Sementara tugas untuk melakukan pengurusan
dan pemberesan harta pailit dilakukan oleh kurator yang telah diangkat dalam putusan pernyataan pailit. Pemberesan harta pailit mengandung pengertian untuk
menguangkan aset atau pasiva harta pailit. Dalam menjalankan tugasnya, kurator diawasi oleh Hakim Pengawas yang juga ditunjuk dalam putusan pernyataan
pailit.
118
Pada saat putusan pernyataan pailit diputuskan, sebagaimana yang dimaksud dalam ketentuan Pasal 24 ayat 1 UUK dan PKPU, maka debitor pailit
demi hukum kehilangan haknya untuk berbuat bebas terhadap harta kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit, begitu pula haknya untuk mengurus harta
kekayaannya sejak tanggal putusan pailit diucapkan.
119
118
Arus Akbar Silondae dan Wirawan B. Ilyas, Pokok-Pokok Hukum Bisnis, Jakarta: Salemba Empat, 2011, hal. 69.
119
Resita Fauziah Hakim, Op.Cit.
Penjelasan Pasal 24 ayat 1 tersebut menjelaskan bahwa apabila debitor adalah suatu Perseroan Terbatas
PT, maka organ perseroan tersebut tetap berfungsi dengan ketentuan jika dalam pelaksanaan fungsi tersebut menyebabkan berkurangnya harta pailit, maka
pengeluaran uang yang merupakan bagian harta pailit, adalah wewenang kurator.
Universitas Sumatera Utara
83
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka dengan adanya putusan pernyataan pailit terhadap perusahaan pialang, organ perusahaan pialang tetap dapat berfungsi
dengan ketentuan dalam pelaksanaan fungsi tersebut tidak menyebabkan berkurangnya harta kekayaan perusahaan yang termasuk dalam harta pailit.
Apabila sebelum putusan pailit diucapkan telah dilaksanakan transaksi efek di buras efek sebagaimana yang dimaksud dalam ketentuan Pasal 24 ayat 4
UUK dan PKPU, maka transaksi tersebut wajib diselesaikan. Menurut penjelasan ketentuan Pasal 24 ayat 4 tersebut, Transaksi efek di bursa efek perlu
dikecualikan, hal tersebut untuk menjamin kelancaran dan kepastian hukum atas transaksi efek di bursa efek. Adapun penyelesaian transaksi efek di bursa efek
dapat dilaksanakan dengan cara penyelesaian pembukuan atau cara lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Berdasarkan
ketentuan tersebut, maka sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan, perusahaan pialang telah melakukan transaksi efek di bursa efek, baik pembelian
maupun penjualan efek, baik untuk kepentingan sendiri ataupun kepentingan pihak lain investor, maka transaksi tersebut wajib diselesaikan dengan cara
penyelesaian pembukuan atau cara lain sesuai dengan peraturan perundang- undangan di bidang pasar modal.
Selain akibat-akibat putusan pernyataan pailit terhadap perusahaan pialang tersebut di atas, putusan pernyataan pailit terhadap perusahaan pialang juga
memungkinkan terjadinya dua akibat hukum. Akibat hukum Pertama adalah perusahaan pialang yang dinyatakan pailit dapat tetap beroperasi.Perusahaan
pialang yang dinyatakan pailit dapat tetap beroperasi apabila telah memenuhi
Universitas Sumatera Utara
84
persyaratan sebagaimana yang telah diatur dalam ketentuan Pasal 104 ayat 1 UUK dan PKPU yang menentukan bahwa berdasarkan persetujuan panitia
kreditor sementara, kurator dapat melanjutkan usaha debitor yang dinyatakan pailit walaupun terhadap putusan pernyataan pailit tersebut diajukan kasasi atau
peninjauan kembali. Pasal 104 ayat 2 menentukan bahwa apabila dalam kepailitan tidak diangkat panitia kreditor, kurator memerlukan izin Hakim
Pengawas untuk melanjutkan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tersebut. Diteruskannya kelanjutan usaha dari debitor perusahaan pialang yang
dinyatakan pailit, maka dimungkinkan adanya keuntungan yang akan diperoleh diantaranya yaitu:
120
a. Dapat menambah harta si pailit dengan keuntungan-keuntungan yang
mungkin diperoleh dari perusahaan. b.
Ada kemungkinan lambat laun si pailit akan dapat membayar utangnya secara penuh.
c. Kemungkinan tercapainya suatu perdamaian.
Akibat hukum kedua adalah perusahaan pialang yang dinyatakan pailit dapat dibubarkan. Pembubaran perusahaan pialang dapat terjadi karena dua hal
sebagaimana yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, selanjutnya disebut UUPT. Kedua sebab pembubaran
tersebut yaitu:
120
Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, hal. 76.
Universitas Sumatera Utara
85
1. Pembubarandengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan
niaga yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit perseroan tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan.
Sebab pembubaran perusahaan pialang tersebut telah ditentukan dalam ketentuan Pasal 142 ayat 1 huruf d UUPT yang menentukan bahwa pembubaran
suatu perseroan dapat terjadi dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit
perseroan tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan. Perusahaan pialang yang dibubarkan dengan dicabutnya kepailitan
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 142 ayat 1 huruf d tersebut, maka berdasarkan ketentuan Pasal 142 ayat 4 UUPT, pengadilan niaga sekaligus
memutuskan pemberhentian kurator dengan memperhatikan ketentuan dalam UUK dan PKPU. Pada putusan pengadilan niaga tersebut juga ditetapkan jumlah
biaya kepailitan dan imbalan jasa kurator berdasarkan ketentuan Pasal 75 UUK dan PKPU. Berdasarkan putusan tersebut, maka dilakukan pembubaran
perusahaan pialang yang diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator sebagaimana yang dimaksud dalam ketentuan Pasal 142 ayat 2 huruf a UUPT.
2. Pembubaran karena harta pailit perseroan yang telah dinyatakan pailit berada
dalam keadaan insolvensi. Sebab pembubaran perusahaan pialang tersebut telah ditentukan dalam
ketentuan Pasal 142 ayat 1 huruf e UUPT yang menentukan bahwa pembubaran perseroan terjadi karena harta pailit perseroan yang telah dinyatakan pailit berada
dalam keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam UUK dan PKPU.
Universitas Sumatera Utara
86
Setelah harta pailit berada dalam keadaan insolvensi, maka menurut ketentuan Pasal 187 ayat 1 UUK dan PKPU, Hakim Pengawas dapat
mengadakan suatu rapat kreditor pada hari, jam, dan tempat yang ditentukan untuk mendengar mereka seperlunya mengenai cara pemberesan harta pailit dan
jika perlu mengadakan pencocokan piutang, yang dimasukkan setelah berakhirnya tenggang waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 113 ayat 1, dan belum juga
dicocokkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133. Dengan demikian, apabila ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam
ketentuan Pasal 187 ayat 1 tersebut dihubungkan dengan ketentuan Pasal 142 ayat 1 huruf e UUPT, maka terhitung sejak harta pailit perusahaan pialang yang
dinyatakan pailit berada dalam keadaan insolvensi, berarti pula sejak saat itu terjadi pembubaran perusahaan pialang yang diikuti dengan likuidasi yang
dilakukan oleh kurator sebagaimana yang dimaksud dalam penjelasan ketentuan Pasal 142 ayat 2 huruf a UUPT yang menjelaskan bahwa likuidasi yang
dilakukan oleh kurator adalah likuidasi yang khusus dilakukan dalam hal perseroan bubar berdasarkan ketentuan pada ayat 1 huruf e pembubaran
perseroan karena harta pailit perseroan yang dinyatakan pailit berada dalam keadaan insolvensi.
Apabila suatu perusahaan pialang bubar sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 142 ayat 1 UUPT, maka berdasarkan Peraturan OJK Nomor
20POJK.042016 tentang Perizinan Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek, izin usaha
perusahaan pialang tersebut dapat dicabut oleh OJK. Pencabutan izin usaha oleh
Universitas Sumatera Utara
87
OJK tersebut telah diatur dalam ketentuan Pasal 61 huruf d yang menentukan bahwa izin usaha perusahaan efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai
penjamin emisi efek atau perantara pedagang efek dapat dicabut oleh OJK apabila perusahaan tersebut bubar.
Sementara itu, akibat hukum kepailitan perusahaan pialang terhadap para nasabahnya adalah bahwa aset milik nasabah perusahaan pialang tetap menjadi
hak para nasabah tersebut meskipun perusahaan pialang telah dinyatakan pailit, karena telah terjadi pemisahan antara harta kekayaan perusahaan pialang dengan
harta kekayaan para nasabahnya. Ketentuan pemisahan harta kekayaan tersebut telah diatur dalam ketentuan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal yang mewajibkan perusahaan pialang yang menerima efek dari nasabahnya untuk menyimpan efek tersebut dalam rekening yang terpisah
dari rekening perusahaan pialang, dan menyelenggarakan pembukuan secara terpisah untuk setiap nasabah dan menyediakan tempat penyimpanan yang aman
atas harta nasabahnya, sesuai dengan tata cara yang ditetapkan oleh OJK. Penjelasan ketentuan Pasal 37 tersebut menjelaskan bahwa efek nasabah
yang dikelola oleh perusahaan pialang merupakan titipan nasabah, bukan merupakan bagian kekayaan dari perusahaan pialang. Oleh karena itu, efek
nasabah tersebut harus disimpan dalam rekening yang terpisah dari rekening perusahaan pialang. Karena efek nasabah tersebut bukan merupakan bagian dari
kekayaan perusahaan pialang, dalam hal perusahaan pialang yang bersangkutan pailit atau likuidasi, efek nasabah tersebut bukan merupakan bagian dari harta
kepailitan ataupun harta yang dilikuidasi. Dengan demikian, semua kreditor atau
Universitas Sumatera Utara
88
pihak lain yang mempunyai hak tagih terhadap perusahaan pialang tidak mempunyai hak untuk menuntut efek nasabah yang dikelola oleh perusahaan
pialang. Lebih lanjut penjelasan Pasal 37 tersebut menjelaskan bahwa di samping
kewajiban untuk memisahkan efek nasabah dari kekayaan perusahaan pialang, perusahaan pialang juga wajib menyelenggarakan pembukuan secara terpisah
untuk setiap nasabahnya agar tidak terjadi percampuran efek di antara nasabahnya. Selain itu, perusahaan pialang juga menyediakan tempat
penyimpanan yang aman atas harta nasabah agar terhindar dari kemungkinan hilang, rusak ataupun resiko kecurian. Dengan pembukuan secara terpisah
tersebut, setiap nasabah perusahaan pialang dapat secara mudah mengetahui jumlah efeknya dan menggunakannya untuk kepentingan pembuktian.
Berdasarkan ketentuan Pasal 37 tersebut, maka pihak-pihak yang bersengketa dengan perusahaan pialang para kreditor, khususnya dalam hal
perusahaan pialang yang dinyatakan pailit tidak dapat mengklaim harta kekayaan nasabah perusahaan pialang sebagai bagian dari harta perusahaan pialang. Dengan
demikian, meskipun perusahaan pialang dinyatakan pailit, hal tersebut tidak menimbulkan akibat hukum terhadap harta kekayaan nasabah perusahaan pialang
yang dapat digolongkan sebagai harta pailit perusahaan pialang. Dengan kata lain, bahwa harta kekayaan nasabah perusahaan pialang tidak dapat digolongkan
kedalam harta pailit perusahaan pialang, karena telah terjadi pemisahan antara harta kekayaan perusahaan pialang dengan harta kekayaan nasabah perusahaan
pialang.
Universitas Sumatera Utara
89
Berkaitan dengan pemisahan harta kekayaan perusahaan pialang dengan harta kekayaan nasabah perusahaan pialang, OJK telah memiliki beberapa
peraturan mengenai pemisahan harta kekayaan tersebut guna mencegah terhadap terjadinya resiko kehilangan aset nasabah. Peraturan-peraturan tersebut yaitu:
121
a Pasal 37 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal,
mengatur tentang pemisahan rekening efek milik nasabah dengan perusahaan pialang, didukung oleh peraturan Bapepam Nomor VI.A.3 tentang Rekening
Efek pada Kustodian. b
Peraturan BAPEPAM Nomor V.E.1 tentang Perilaku Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek. Mengatur bahwa
perantara pedagang efek dilarang menggunakan efek dan atau uang yang diterima dari nasabah untuk melakukan transaksi atas nama nasabah tanpa
atau tidak sesuai dengan perintah nasabah. c
Peraturan BAPEPAM Nomor V.D.3 tentang Pengendalian Intern dan Penyelenggaraan Pembukuan oleh Perusahaan Efek. Mengatur bahwa dalam
pelaksanaan kegiatan sehari-hari perusahaan efek harus sekurang-kurangnya memiliki 4 empat bagian pengendalian internal, yaitu bagian pemasaran,
bagian pesanan dan perdagangan, bagian pembukuan, dan bagian custodian, memiliki fungsi masing-masing yang terpisah antara satu dengan yang lain.
121
Resita Fauziah Hakim, Op.Cit., hal. 14.
Universitas Sumatera Utara
90
C. Perlindungan Hukum terhadap Perusahaan Pialang dalam Kepailitan