Kesimpulan Perlindungan Hukum terhadap Perusahaan Pialang dalam Kepailitan (Studi Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 08/Pdt.Sus.Pailit/2015/PN.Niaga.Jkt.Pst.)

121 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian analisis pada bab-bab sebelumnya, maka selanjutnya dapat dirumuskan kesimpulkan sebagai jawaban atas permasalahan dalam penelitian skripsi ini yakni sebagai berikut: 1. Pengaturan tentang pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit diatur dalam UUK dan PKPU. UUK dan PKPU mengatur secara tegas mengenai pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit. Dalam Pasal 2 ayat 1 selain mengatur persyaratan untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit, juga mengatur tentang pihak yang dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit. Pada dasarnya pihak yang dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit sebagaimana yang telah diatur dalam ketentuan Pasal 2 ayat 1adalah pihak debitor sendiri atau pihak kreditor. Akan tetapi, UUK dan PKPU juga mengatur secara khusus pihak- pihak yang dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit, yakni Pasal 2 ayat 2 mengatur bahwa dalam hal kepailitan untuk kepentingan umum, pihak yang mengajukan permohonan pernyataan pailit adalah kejaksaan. Pasal 2 ayat 3 mengatur bahwa dalam hal debitor adalah bank, pihak yang dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit hanyaBank Indonesia. Pasal 2 ayat 4 mengatur bahwa dalam hal debitor adalah perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan Universitas Sumatera Utara 122 penyelesaian, pihak yang dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit hanya OJK, termasuk dalam kepailitan debitor yang merupakan perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, dan dana pensiun. Dan Pasal 2 ayat 5 mengatur bahwa dalam hal debitor adalah Badan Usaha Milik Negara BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik, pihak yang dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit hanya Menteri Keuangan. 2. Akibat hukum terhadap kepailitan perusahaan pialang adalah bahwa selain berakibat terhadap perusahaan pialang sendiri, juga berakibat terhadap para nasabahnya.Terhadap perusahaan pialang yang dinyatakan pailit, maka berdasarkan ketentuan Pasal 24 ayat 1, perusahaan pialang kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus harta kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit. Akan tetapi, berdasarkan penjelasan Pasal 24 ayat 1, organ perusahaan pialang tetap dapat berfungsi, dengan ketentuan bahwa hal tersebut akan menguntungkanmenambah harta pailit. Dengan perusahaan pialang dinyatakan pailit, maka terhadap perusahaan pialang tersebut terdapat dua kemungkinan yang dapat terjadi. Pertama, perusahaan pialang tersebut tetap dapat beroperasi apabila telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 104 ayat 1 dan 2 UUK dan PKPU, yakni harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari panitia kreditor atau Hakim Pengawas. Kedua, perusahaan pialang dapat dibubarkan berdasarkan ketentuan Pasal 142 ayat 1 huruf d dan e UUPT, baik pembubaran dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit perseroan tidak cukup untuk Universitas Sumatera Utara 123 membayar biaya kepailitan maupun pembubaran karena harta pailit perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan insolvensi. Apabila perusahaan pialang tersebut bubar, maka berdasarkan Pasal 61 huruf d Peraturan OJK Nomor 20POJK.042016 tentang Perizinan Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek, izin usaha perusahaan pialang tersebut dapat dicabut oleh OJK. Sedangkan terhadap nasabah perusahaan pialang, berdasarkan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, Peraturan BAPEPAM Nomor V.E.1 tentang Perilaku Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Perantara Pedagang Efek, dan Peraturan BAPEPAM Nomor V.D.3 tentang Pengendalian Intern dan Penyelenggaraan Pembukuan oleh Perusahaan efek, maka aset milik nasabah perusahaan pialang tetap menjadi hak para nasabah, meskipun perusahaan pialang telah dinyatakan pailit, karena telah terjadi pemisahan harta antara harta perusahaan pialang dengan harta para nasabah. Dengan kata lain, bahwa efek nasabah telah disimpan dalam rekening yang berbeda dengan rekening perusahaan pialang, sehingga harta nasabah dan harta perusahaan pialang telah terpisah. 3. Pertimbangan hakim dalam putusan pernyataan pailit terhadap PT. AAA Sekuritas Putusan Pailit Nomor 08Pdt.Sus.Pailit2015PN.Niaga adalah bahwa hakim hanya mempertimbangkan persyaratan materil dalam memutuskan pernyataan pailit terhadap PT. AAA Sekuritas sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal 2 ayat 1 Jo. Pasal 8 ayat 4 UUK dan PKPU, yakni syarat debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor, debitor Universitas Sumatera Utara 124 tersebut tidak membayar lunas sedikitnya satu utang, dan utang tersebut telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Serta persyaratan tersebut telah terbukti secara sederhana. Secara materil, PT. AAA Sekuritas telah memenuhi persyaratan untuk dapat dinyatakan pailit. Akan tetapi, secara formil putusan pernyataan pailit terhadap PT. AAA Sekuritas tersebut telah bertentangan dengan UUK dan PKPU. Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat 4 UUK dan PKPU, maka permohonan pernyataan pailit terhadap PT. AAA Sekuritas hanya dapat diajukan oleh OJK selaku otoritas yang berwenang, karena PT. AAA Sekuritas merupakan perusahaan yang bergerak di sektor pasar modal. Dengan kata lain, bahwa kreditornasabah tidak berwenang dalam mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap PT. AAA Sekuritas. Dengan demikian, bahwa dalam putusan pernyataan pailit terhadap PT. AAA Sekuritas tersebut, hakim dalam pertimbangannya telah melakukan kesalahankekeliruan dengan tidak mempertimbangkan ketentuan Pasal 2 ayat 4 UUK dan PKPU, sehingga perusahaan tersebut dinyatakan pailit.

B. Saran