Persyaratan Permohonan Pernyataan Pailit

27 BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PIHAK-PIHAK YANG DAPAT MENGAJUKAN PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT DALAM UNDANG-UNDANG KEPAILITAN

A. Persyaratan Permohonan Pernyataan Pailit

Dalam mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap debitor kepada pengadilan niaga, terdapat persyaratan yang harus dipenuhi. Ketentuan hukum mengenai persyaratan tersebut telah diatur dalam UUK dan PKPU. Ketentuan hukum tersebut diatur dalam Pasal 2 ayat 1. Pasal 2 ayat 1 UUK dan PKPU menyatakan bahwa: “Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya”. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa permohonan pernyataan pailit terhadap debitor hanya dapat diajukan apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Debitor harus mempunyai dua atau lebih kreditor. Salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam mengajukan permohonan pernyataan pailit adalah debitor harus mempunyai dua atau lebih kreditor. Dengan demikian, undang-undang hanya memungkinkan seorang debitor dinyatakan pailit apabila debitor tersebut memiliki paling sedikit dua kreditor. Syarat mengenai Universitas Sumatera Utara 28 keharusan adanya dua atau lebih kreditor dikenal sebagai concursus creditorum. 36 Dalam hal seorang debitor hanya memiliki satu orang kreditor, maka eksistensi undang-undang kepailitan kehilanganraison d’etre-nya. Apabila terhadap debitor yang hanya memiliki seorang kreditor dibolehkan dalam pengajuan permohonan pernyataan pailit, maka harta kekayaan debitor, yang menurut Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Dengan kata lain, bahwa permohonan pernyataan pailit tidak dapat dilakukan apabila debitor hanya memiliki satu orang kreditor. 37 merupakan jaminan utangnya, tidak perlu diatur cara membagi hasil penjualannya, karena sudah pasti seluruhnya menjadi sumber pelunasan bagi kreditor tunggal itu. 38 Dengan demikian, persyaratan pertama yang mensyaratkan debitor harus mempunyai lebih dari seorang kreditor ini selaras dengan ketentuan Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 39 36 Sutan Remy Syahdeini, Hukum Kepailitan: Memahami Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan, Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2008, hal. 53. 37 Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa, segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan. 38 Aco Nur, Op.Cit., hal. 93. 39 Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa, kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya; pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar- kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila di antara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan. yang menentukan pembagian secara teratur semua harta pailit kepada para kreditornya, yang dilakukan berdasarkan prinsip pari passu pro rata parte. Dalam hal ini, yang dipersyaratkan bukan berapa besar piutang yang mesti ditagih oleh seorang kreditor dari debitor yang bersangkutan, melainkan berapa banyak orang yang menjadi kreditor dari debitor Universitas Sumatera Utara 29 yang bersangkutan. Disyaratkan bahwa debitor mempunyai utang kepada minimal dua orang kreditor. 40 2. Debitor tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Syarat lain yang harus dipenuhi untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit adalah syarat debitor tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Dalam Pasal 1 angka 6 UUK dan PKPU menyatakan bahwa: “Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang, baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitor”. Utang yang dimaksud dalam syarat ini adalah utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Suatu utang dikatakan jatuh waktu dan dapat ditagih jika utang tersebut sudah waktunya untuk dibayar. Dalam suatu perjanjian biasanya diatur kapan suatu utang harus dibayar. Jika suatu perjanjian tidak mengatur ketentuan mengenai jatuh waktu utang, utang tersebut sudah waktunya untuk dibayar setelah pemberitahuan adanya kelalaian diberikan kepada debitor. Dalam pemberitahuan tersebut, suatu jangka waktu yang wajar harus diberikan kepada debitor untuk melunasi utangnya. 41 Terhadap istilah “jatuh waktu dan dapat ditagih”, Sutan Remy Sjahdeni berpendapat bahwa kedua istilah itu berbeda pengertian dan kejadiannya. Suatu 40 Aco Nur, Op.Cit., hal. 93. 41 Imran Nating, Peranan dan Tanggung Jawab Kurator dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004, hal. 26. Universitas Sumatera Utara 30 utang dapat saja telah dapat ditagih tetapi belum jatuh waktu. Utang yang telah jatuh waktu dengan sendirinya menjadi utang yang telah dapat ditagih, namun utang yang telah dapat ditagih belum tentu merupakan utang yang telah jatuh waktu. Utang hanyalah jatuh waktu apabila menurut perjanjian kredit atau perjanjian utang piutang telah sampai jadwal waktunya untuk dilunasi oleh debitor sebagaimana ditentukan di dalam perjanjian tersebut. 42 Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka pengertian utang diberikan batasan secara tegas, demikian pula pengertian jatuh waktu dan dapat ditagih, hal ini semata-mata untuk menghindari adanya berbagai penafsiran. Menurut penjelasan Pasal 2 ayat 1 UUK dan PKPU, yang dimaksud “utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih” adalah: “Kewajiban untuk membayar utang yang telah jatuh waktu, baik karena telah diperjanjikan, karena percepatan waktu penagihannya sebagaimana diperjanjikan, karena pengenaan sanksi atau denda oleh instansi yang berwenang, maupun karena putusan pengadilan, arbiter, atau mejelis arbitrase”. 43 3. Atas Permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya. Permohonan pernyataan pailit dapat dimohonkan oleh debitor itu sendiri maupun oleh satu atau lebih kreditornya. Dalam penjelasan Pasal 2 ayat 1 UUK dan PKPU, yang dimaksud dengan “kreditor” adalah: “Baik kreditor konkuren, kreditor separatis maupun kreditor preferen. Khusus mengenai kreditor separatis dan kreditor preferen, mereka dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit tanpa kehilangan hak agunan atas kebendaan yang mereka miliki terhadap harta debitor dan haknya untuk didahulukan. Bilamana terdapat sindikasi kreditor maka masing- 42 Ibid., hal. 27. 43 Rahayu Hartini, Penyelesaian Sengketa Kepailitan di Indonesia: Dualisme Kewenangan Pengadilan Niaga Lembaga Arbitrase, Jakarta: Kencana, 2009, hal. 77. Universitas Sumatera Utara 31 masing kreditor adalah kreditor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2”. Pasal 1 angka 2 UUK dan PKPU menyatakan bahwa: “Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan”. Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat 3, 4, dan 5 UUK dan PKPU, apabila debitor adalah bank, maka permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Bank Indonesia. Dan dalam hal debitor adalah perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, maka permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal. Serta apabila debitor adalah perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, dana pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik, maka permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan. 4. Debitor harus berada dalam keadaan insolvent, yaitu debitor tidak membayar lebih dari 50 utang-utangnya. Debitor harus telah berada dalam keadaan berhenti membayar, bukan sekedar tidak membayar kepada satu atau dua kreditor. 44 Dalam syarat ini, debitor harus dalam keadaan insolvent, yaitu debitor telah berada dalam keadaan berhenti membayar kepada para kreditornya, bukan hanya tidak membayar kepada satu atau dua orang kreditor saja, sedangkan kepada kreditor lainnya debitor masih melaksanakan kewajiban pembayaran 44 Adrian Sutedi, Hukum Kepailitan, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009, hal.32. Dalam Eva Krisnawati, Op.Cit., hal. 82. Universitas Sumatera Utara 32 terhadap utang-utangnya dengan baik. Dalam hal debitor hanya tidak membayar kepada satu atau dua orang kreditor, sedangkan kepada kreditor lainnya debitor masih membayar utang-utangnya, maka terhadap debitor tidak dapat diajukan permohonan pernyataan pailit kepada pengadilan niaga tetapi diajukan gugatan secara perdata kepada pengadilan negeri. 45 Dalam UUK dan PKPU, pengaturan tentang syarat kepailitan diatur dengan lebih tegas, hal ini semata-mata untuk menghindari adanya: 46 a. Perebutan harta debitor apabila dalam waktu yang sama ada beberapa kreditor yang menagih piutangnya dari debitor. b. Kreditor pemegang hak jaminan kebendaan yang menuntut haknya dengan cara menjual barang milik debitor tanpa memperhatikan kepentingan debitor atau para kreditor lainnya. c. Kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh salah seorang kreditor atau debitor sendiri. Misalnya, debitor berusaha untuk memberi keuntungan kepada seorang atau beberapa orang kreditor tertentu sehingga kreditor lainnya dirugikan, atau adanya perbuatan curang dari debitor untuk melarikan semua harta kekayaannya dengan maksud untuk melepaskan tanggung jawabnya terhadap para kreditor.

B. Pihak-Pihak yang Dapat Mengajukan Permohonan Pernyataan Pailit