Perbedaan prestasi belajar antara metode ceramah dan metode hafalan dalan pembelajaran PAI di SMAI HI Pondok Pinang Jakarta Selatan

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Di susun oleh:

NURMALIKHA 204011002701

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010


(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Oleh:

NURMALIKHA NIM. 204011002701

Dosen Pembimbing:

Dra. Manerah NIP. 196803231994032002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010


(3)

Jakarta Selatan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Maret 2010.

Guru sebagai subjek pendidikan dan pengajaran, bertanggung jawab terhadap kesuksesan proses belajar mengajar yang ditandai dengan pemahaman dan penguasaan anak didik terhadap suatu pelajaran yang telah diberikan. Untuk mendukung kesuksesan tersebut seorang guru harus memilih metode pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi, di mana proses belajar mengajar itu dilangsungkan. Selain itu juga metode tersebut harus sesuai dengan kecenderungan anak didik sehingga dapat mempermudah pemahaman mereka. Pembelajaran merupakan hal yang urgen dalam setiap lini kehidupan. Pembelajaran dapat menentukan kualitas manusia, bahkan kualitas bangsa.

Berbicara pendidikan dan pengajaran dalam pembelajaran, tentunya tidak lepas dari metode yang digunakan. Metode pembelajaran yang populer dari zaman dahulu hingga sekarang yaitu metode ceramah dan metode hafalan.

Metode ceramah banyak disukai oleh para pengajar karena guru cukup menyampaikan materi. Sedangkan siswa hanya mendengarkan saja (way one communication), dan dapat aktif sendiri dengan menggunakan media lainnya. Sedangkan metode hafalan sangat populer di dunia Pesantren. Selain digunakan dalam pesantren, metode hafalan juga dapat digunakan di dunia Sekolah. Seperti yang diteliti oleh peneliti di SMAI HI Pondok Pinang Jakarta Selatan.

Kedua metode ini dikupas tuntas oleh peneliti dalam skripsi ini. Dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana efektifitas dari kedua metode tersebut dalam penerapan pembelajaran dan untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada pokok bahasan tata krama pribadi dengan menggunakan metode ceramah dan metode hafalan serta perbedaan dari kedua metode tersebut. Bahkan peneliti juga melakukan penelitian lapangan di SMAI HI Pondok Pinang Jakarta Selatan. Atau yang disebut dengan Quasi Eksperimental. Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan, yang bertempat di SMAI HI Pondok Pinang Jakarta Selatan.

Untuk mengetahui efektifitas dan hasil belajar siswa antara yang menggunakan metode ceramah dan metode hafalan, di ambil dari hasil test yang diberikan kepada siswa kelas X. Instrumen yang digunakan adalah tes objektif bentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal dan tes uraian sebanyak 15 soal. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat efektifitas dan perbedaan hasil belajar siswa antara yang menggunakan metode ceramah dan metode hafalan pada konsep tata krama pribadi.


(4)

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. yang telah menuntun manusia kepada jalan yang benar, dijalan yang diridhai Allah SWT.

Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang ada, baik dari segi kemampuan berpikir maupun fasilitasnya; sudah barang tentu dari berbagai segi dalam skripsi ini masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangannya. Sungguhpun demikian, penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini. Yang dalam prosesnya tidak sedikit cobaan dan hambatan yang harus dihadapi, namun Alhamdulillah atas bantuan dan kemudahan dari Allah SWT. serta bimbingan, bantuan dan saran dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.

Selanjutnya penulis mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam terhadap semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan baik moril maupun materiil dalam menyelesaikan skripsi ini. Adapun ucapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibunda Dra. Manerah, pembimbing skripsi yang memberikan petunjuk serta bimbingan, perhatian dan waktunya dengan segala profesionalitas dan kesabaran, sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Semoga segala kebaikan dan ketulusan yang Ibunda berikan menjadi amal shaleh yang tiada akan pernah putus.


(5)

7. Dewan guru SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Jakarta Selatan.

8. Siswa dan siswi SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Jakarta Selatan khususnya kelas X1 dan X.2.

9. Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Tarbiyah yang telah membantu penulis mempermudah mencari referensi.

10.Ayahanda (A. Dimyathi, S.Ag) dan Ibunda (Nuraini) tersayang yang begitu bijak, baik, selalu berusaha dan berdo’a serta sabar dalam mendidik saya dengan penuh tanggung jawab dan selalu memberikan bantuan moril maupun materiil. Kau ajarkan aku kejujuran, kesabaran dan ketulusan, kaulah sebaik-baik pengajar di dunia ini. Tiada putus kau berikan yang tersebaik-baik untuk anak-anakmu. Semoga Allah akan selalu menjaga dan memberikan rahmatNya. Amien. Kecup sayang dari anakmu.

11.Special Calon suami (Abdul Mukti Jayakarta) yang selalu semangat dalam menjalani hidup yang tidak luntur tiap waktunya, pintar dan cerdas, serta selalu hadir dalam setiap langkah kehidupanku. Apalagi dalam penyusunan skripsi ini, yang tak pernah lelah dalam mengoreksi kata demi kata, lembar demi lembar, dan paragraf demi paragraf sampai akhirnya selesai pula penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan RahmatNya di setiap hembusan nafasnya. Amiin.

12.Adik-adikku tercinta (Afifah dan Imam Muzakki Al-Mubarok), jangan pernah lelah untuk belajar, hadirkan selalu semangat dalam jiwamu. Kalian pasti akan berhasil. SEMANGAT!!!

13.Teman-teman sejati (Erna, Rezti, Diyah, Meli, Desi, Zuve, Yanti, Sri Fajarwati, Umi Farida, Quston, Antick) dan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan namanya yang telah memberikan motivasi dan bantuannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(6)

iv

terhitung kekurangan dan kelemahan, maka penulis mengharapkan saran serta kritik yang membangun untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan tentunya membawa manfaat bagi semuanya. Amien.

Jakarta, Maret 2010

Nurmalikha

204011002701


(7)

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I : PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan masalah ……… 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….. 6

BAB II : KAJIAN TEORI ………... 8

A. Prestasi Belajar PAI ……… 8

1. Pengertian Prestasi Belajar PAI ……….. 8

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 12

3. Indikator Prestasi Belajar ... 17

B. Metode Pembelajaran PAI ……….………... 17

1. Pengertian Metode PAI ………...………. 17

2. Macam-Macam Metode PAI …...……….. 18

a.Metode Ceramah ……… 18

1. Pengertian Metode Ceramah ………..……... 18

2. Pengajaran dengan Metode Ceramah ………22

3. Kelemahan Metode Ceramah ………...… 23

4. Kelebihan Metode Ceramah ………... 26

b. Metode Hafalan ..……….... 27

1. Pengertian Metode hafalan ………..………. 27

2. Pengajaran Dengan Metode hafalan ……… 28

3. Kelemahan Metode hafalan ………..… 29

4. Kelebihan Metode Hafalan ………... 29


(8)

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……….….. 33

B. Variabel Penelitian ……….…….. 34

C. Populasi dan Sampel ……….……... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ……….... 35

E. Teknik Analisa Data ………....…….... 40

1. Hipotesis Statistik ... 40

2. Analisis Data ... 40

a. Uji Normalitas... 40

b. Uji Homogenitas ... 41

c. Uji Heterogenitas ... 42

BAB IV : HASIL PENELITIAN ……….. 43

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ………. 43

1. Sejarah berdiri SMA Islam Harapan Ibu …………...… 43

2. Strategi pengajaran SMA Islam Harapan Ibu ………...43

3. Visi dan Misi Pendidikan ………..… 44

4. Keadaan guru dan siswa SMA Islam Harapan Ibu ….. 45

5. Sarana dan prasarana SMA Islam Harapan Ibu ……... 46

B. Penerapan Metode Ceramah dan Metode Hafalan dalam Pembelajaran PAI (quasi eksperimen) …...……… 47

C. Deskripsi Data ... 49

1. Perbandingan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Ceramah dan Metode Hafalan ……….… 49

a. Data Siswa Kelas X1 dengan Menggunakan Metode Ceramah ... 51

b. Data Siswa Kelas X1 dengan Menggunakan Metode hafalan ... 56


(9)

vii

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

kelas X1 dan X2 SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Jakarta

Selatan ………... 33

Table 2 Kisi-kisi soal ulangan harian bentuk uraian untuk siswa kelas X1

dan X2 SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Jakarta

Selatan……….... 36

Tabel 3 Sarana dan prasarana serta fasilitas ... 44

Tabel 4 Perbandingan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Metode

Ceramah dan Metode Hafalan ... 50


(11)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan syariat Allah bagi manusia yang dengan bekal syariat itu manusia beribadah. Agar manusia mampu memikul dan merealisasikan amanat besar itu, syariat membutuhkan pengamalan, pengembangan, dan pembinaan. Pengembangan dan pembinaan itulah yang dimaksud dengan pendidikan islam. Karena pendidikan islam merupakan upaya untuk menanamkan ajaran-ajaran islam yang berisi data hidup yang diturunkan Allah kepada manusia, yang intinya berupa pegangan hidup atau akidah, jalan hidup atau syariah dan sikap hidup yang mengarahkan perbuatan atau akhlak. Oleh karena itu tepat sekali bila ajaran-ajaran tersebut untuk menuntun umat manusia dengan Tuhannya maupun manusia dengan alam sekitarnya.

Seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pendidikan Islam sebagai sub system pendidikan nasional, bertugas menggali, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam yang bersumber dari ajaran al-qur’an dan hadits kepada anak didiknya. Sumber ajaran tersebut benar-benar fleksibel dan responsive terhadap tuntunan hidup manusia yang semakin maju dan modern disegala bidang kehidupan, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi canggih yang terus berkembang, sehingga perlu bersikap dan berkeyakinan bahwa agama dan IPTEK dapat berperan bersama-sama dalam membangun struktur kehidupan yang lebih baik.

Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang melatih siswa sedemikian rupa, sehingga perilaku mereka terhadap kehidupan, langkah-langkah dan kehiodupan mereka diatur oleh nilai-nilai etika Islam yang sangat dalam dirasakan. Hal ini pun dapat ditempuh melalui bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.


(12)

mengarah terhadap pembentukan akhlak atau kepribadian yang mulia berdasarkan nilai dan norma-norma agama, untuk mencapai tujuan hidup seorang yakni menumbuhkan kesadaran manusia sebagai makhluk Allah, agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi makhluk yang berakhlak mulia dan beribadah kepada-Nya.

Dengan memperhatikan definisi di atas maka pendidikan Islam merupakan suatu proses yang mengarah terhadap pembentukan akhlak atau kepribadian yang mulia dengan nilai dan norma-norma agama. Pengertian pendidikan seperti disebutkan diatas mengacu pada suatu system yaitu sistem pendidikan Islam.

Oleh karena itu pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan Iman dan pendidikan Amal. Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat. 1

Pendidikan agama ini diharapkan dapat memberikan peranan dalam usaha menumbuhkembangkan sikap dan kemampuan beragama siswa. Sikap dan kemampuan siswa dalam beragama merupakan cerminan dari keberhasilan guru agama di sekolah tersebut dalam menyalurkan ajaran agama melalui usaha pendidikan. Kemampuan-kemampuan tersebut meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Proses pendidikan berlangsung bukan tanpa tujuan. Pendidikan merupakan proses yang berfungsi membimbing anak didik didalam kehidupan, yakni membimbing, mengembangkan diri sesuai dengan tugas-tugas perkembangan yang harus dijalankan olehnya. Tugas perkembangannya yaitu mencakup kebutuhan hidup baik secara individu maupun sebagai anggota masyarakat. Bilamana ditinjau secara luas akan jelas tampak bahwa manusia yang hidup dan berkembang adalah manusia yang selalu berubah, dan perubahan itu merupakan hasil belajar. Namun tidak semua peristiwa belajar itu berlangsung secara sadar dan terarah. Disinilah peranan guru dibutuhkan untuk mengarah dan membimbing anak didik dalam proses pendidikan dan pengajaran.

1


(13)

ini diharapkan dapat memberikan peranan dalam usaha menumbuhkembangkan sikap dan kemampuan beragama siswa. Secara umum PAI merupakan usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta menjadikannya pegangan hidup serta pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam.

Didalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan.

Dalam pola pendidikannya, secara praktis, Rasulullah saw. mengetengahkan doa-doa penting dan ayat-ayat Al-Qur’an kepada para sahabat. Untuk itu para sahabat mengulang-ulang doa atau ayat tersebut di hadapan Rasulullah saw. agar beliau dapat menyimak bacaan para sahabat. Sehubungan dengan itu, ada sebuah hadits yang mengajarkan beberapa kalimat yang menganjurkan membaca doa sebelum tidur. Dari Al-Barro’bin’Azib dikatakan bahwa Rosulullah saw. Bersabda:

”Apabila kamu hendak tidur, maka berwudhulah seperti halnya kamu akan sholat Kemudian berbaringlah pada sisi kanan (tubuhmu) lalu berdoa: Ya Allah sesungguhnya aku memasrahkan diriku kepada-Mu, menghadapkan wajahku kepada-Mu, dan menyerahkan segala persoalanku kepada-Mu. Tiada tempat bergantung dan tiada tempat berlindung, dari azabmu kecuali kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab-Mu yang telah Kau turunkan dan kepada Nabi-Mu yang telah Kau utus. Jika engkau meninggal dalam tidurmu, engkau meninggal dalan keaadan fitrah. Jadikanlah doa itu sebagai akhir ucapanmu”. Al-Barro berkata: ”Saya mengulang-ulang doa itu di hadapan Nabi saw., tatkala aku sampai pada ucapan ”aku beriman kepada kitabMu yang telah Engkau turunkan; dan ucapan ”dan kepada Rasulnya”, lalu Rasul bersabda: ”bukan begitu, tetapi ”...dan kepada nabimu yang telah kau utus”. (HR. Bukhari dan Muslim).


(14)

terhadap kesuksesan proses belajar mengajar yang ditandai dengan pemahaman dan penguasaan anak didik terhadap suatu pelajaran yang telah diberikan. Untuk mendukung kesuksesan tersebut seorang guru harus memilih metode pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi, di mana proses belajar mengajar itu dilangsungkan. Selain itu juga metode tersebut harus sesuai dengan kecenderungan anak didik sehingga dapat mempermudah pemahaman mereka.

Adapun yang menjadi latar belakang penulis membahas judul diatas, karena berdasarkan hasil penelitian pendahuluan diperoleh dari guru PAI SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Jakarta Selatan; bahwa sebagian anak didiknya ada yang tidak mampu memahami materi tata krama pribadi, padahal materi ini telah diajarkan dalam bidang studi PAI. Pada umumnya pembelajaran PAI menggunakan metode ceramah dan hafalan. Namun demikian pemilihan metode bisa jadi tidak tepat, khususnya untuk materi Akhlak.

Kondisi yang dialami oleh siswa pada sekolah tersebut, menjadi masalah tersendiri bagi guru. Hal ini merupakan kendala yang harus dicari solusinya serta hal-hal yang menunjang pada peningkatan kemampuan siswa dalam memahami tata krama pribadi. Berdasarkan pertimbangan tersebut penulis termotivasi untuk membahasnya kedalam sebuah penelitian yang berjudul :

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA METODE CERAMAH DAN METODE HAFALAN DALAM PEMBELAJARAN PAI


(15)

1. Identifikasi Masalah

Sehubungan dengan latar belakang masalah tersebut, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

a. Apakah metode ceramah efektif dipergunakan dalam proses belajar mengajar bidang studi PAI?

b. Bagaimana keberhasilan penggunaan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran bidang studi PAI di SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Jakarta Selatan ?

c. Apakah metode hafalan efektif dipergunakan dalam proses belajar mengajar bidang studi PAI?

2. Pembatasan masalah

Mengingat judul penelitian di atas masih sangat luas, maka untuk memudahkan dalam mengarahkan penelitian, penulis membatasi masalahnya, yakni : Perbedaan prestasi belajar antara metode ceramah dan metode hafalan dalam proses belajar mengajar bidang studi PAI

Karena di dalam proses pembelajaran terdapat metode yang dapat digunakan untuk mendukung keberhasilannya, maka dalam pembahasan ini penulis menyoroti pelaksanaan penggunaan metode ceramah dalam kegiatan bidang studi PAI. Di samping menggunakan metode ceramah, PAI juga menggunakan metode hafalan dalam bidang Akhlak yaitu materi tata krama pribadi.

3. Perumusan Masalah

Bertitik tolak pada pembatasan masalah tersebut di atas agar penelitian ini dilakukan dengan mudah, maka diperlukan perumusan masalah yang lebih jelas dan rinci. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:

a. Bagaimana prestasi belajar dengan menggunakan metode ceramah dalam pengajaran bidang studi PAI pada materi tata krama pribadi di SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Jakarta Selatan?


(16)

pengajaran bidang studi PAI pada tata krama pribadi di SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Jakarta Selatan?

c. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar PAI pada materi tata krama pribadi antara metode ceramah dan hafalan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada pokok bahasan tata

krama pribadi pada bidang studi PAI di SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Jakarta Selatan dengan menggunakan metode ceramah. b. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada pokok bahasan tata

krama pribadi pada bidang studi PAI di SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Jakarta Selatan dengan menggunakan metode hafalan. c. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok

bahasan tata krama pribadi pada bidang studi PAI di SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Jakarta Selatan dengan menggunakan metode ceramah dan metode hafalan.

2. Manfaat Penelitian

Selain sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi penulis untuk dapat meraih gelar sarjana (S1) dalam bidang Pendidikan Agama Islam secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang baru bagi dunia pendidikan. Adapun kegunaan penelitian ini adalah untuk:

1. Mahasiswa: khususnya bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan agar meningkatkan kualitas diri serta dapat menjadi tenaga pengajar yang kompeten sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dididiknya.


(17)

masyarakat luas pada umumnya untuk lebih meningkatkan kemampuan diri di dalam menyampaikan/mentransfer ilmu terhadap anak didiknya.


(18)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Prestasi Belajar PAI

1. Pengertian Prestasi Belajar PAI

Para ahli mempunyai rumusan yang berbeda mengenai pengertian prestasi belajar misalnya WS. Winkel memberikan pengertian prestasi belajar adalah hasil yang diraih oleh seseorang selama dan sesudah ia mengalami proses belajar.

Nana Sujana, mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil yang diperoleh dari proses belajar yang dilakukan oleh seseorang dalam beberapa waktu penugasan pengetahuan dan keterampilan yang dibuktikan melalui tes belajar dan dinyatakan dalam bentuk nilai.

Prestasi belajar dapat diketahui setelah dilaksanakan evaluasi belajar. Pada umumnya prestasi belajar di sekolah dinyatakan dalam bentuk angka dan angka tersebut biasanya dicantumkan dalam deretan nilai raport yang diberikan guru.

Jadi seseorang dapat memperoleh prestasi apabila telah melakukan proses belajar beberapa waktu dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan.

Kegiatan manusia yang tidak lepas dari zaman ke zaman adalah melaksanakan kegiatan belajar. Kegiatan ini merupakan hal yang esensial dan dibutuhkan oleh manusia itu sendiri, sadar atau tidak sadar ini harus dilakukan sehingga belajar merupakan kegiatan dari tidak tau menjadi tahu atau dari belum dewasa menjadi dewasa.

Belajar adalah sebuah proses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.


(19)

Menurut S. Nasution ”belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf, dan sebagai perubahan sikap atas pengalaman dan latihan, serta penambahan pengetahuan, dimana guru berusaha memberikan ilmu sebanyak mungkin kepada murid untuk mengumpulkannya”.

Hilgard mengatakan: ”learning is the proses by which an activity originates or is changed through training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from channges by factors not attributable to training”. Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan, misalnya perubahan karena mabuk atau minum ganja bukan termasuk hasil belajar. 1

Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang terjadi dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasinya yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru.

Sementara Menurut Muhibbin Syah, Belajar adalah ”kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan”.

Belajar adalah ”suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut”.2

Menurut Moh. Uzer Usman belajar diartikan sebagai ”proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antar individu dan individu dengan lingkungannya”.3

1

S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) Cet. Ke I h. 34

2

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999) Cet.IV h.

3


(20)

Menurut Hilgard dan Bower Mengemukakan bahwa Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-kadaan sesaat seseorang. Sedangkan Skinner berpandangan bahwa belajar adalah, suatu perilaku pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.4

Lebih lanjut Suharsimi memberikan pandangannya, ”belajar adalah suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk melaksanakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya baik berupa pengetahuan ataupun sikap”.5

Reber dalam Kamus susunannya, ”membatasi belajar dengan dua macam definisi, pertama belajar adalah proses memperoleh pengetahuan. Kedua belajar adalah suatu perubahan kemampuan beraksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat”.6

Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan beberapa hal penting hal yang berkaitan dengan pengertian belajar sebagai berikut:

a. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan

b. Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan perilaku yang sudah ada.

c. Perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh belajar dapat berupa perilaku yang baik (positif) atau perilaku yang buruk (negatif).

d. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu terjadi melalui usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau berarti dengan pengalaman atau latihan.

4

Dimyati Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 43

5

Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990) h. 2

6

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung, PT.


(21)

e. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus relatif menetap bukan perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang kembali, seperti perubahan perilaku akibat alkohol/minuman keras.

f. Tingkah laku yang mengalami perubahan akibat belajar itu menyangkut semua aspek kepribadian/tingkahlaku individu, baik perubahan dalam pengetahuan, kemampuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, dan aspek perilaku lainnya.

g. Belajar itu dalam prakteknya dapat dilakukan di sekolah atau di luar sekolah. Belajar di sekolah senantiasa diarahkan oleh guru kepada perubahan perilaku yang baik/positif, sedangkan belajar di luar sekolah yang dilakukan sendiri oleh individu dapat menghasilkan perubahan perilaku yang positif atau negative.7

Penulis lebih lanjut merumuskan bahwa adanya perubahan baik pada pengetahuan, keterampian maupun sikap yang mana perubahan itu dihasilkan sebagi hasil dari latihan atau pengalaman. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah merupakan tingkah laku yang lebih baik atau sebaliknya dan perubahan yang terjadi setelah melalui proses belajar itu terjadi berkat latihan dan pengalaman sehingga perubahan tersebut relatif signifikan. Perubahan yang terjadi meliputi berbagai aspek kepribadian baik psikis, fisik seperti perubahan pada cara berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan maupun sikap.

Kata prestasi berasal dari kata Belanda yaitu “Prestatie” yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil dari usaha.8

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai individu dari aktualisasi potensi yang dimilikinya dalam jangka waktu tertentu. Dalam pendidikan prestasi belajar dilambangkan dengan nilai yang berbentuk angka. Dengan demikian prestasi belajar yang sudah diperoleh erat hubungannya dengan cita-cita yang ditanamkan oleh guru kepada anak didik. Hal ini mengandung pengertian bahwa potensi belajar merupakan manifestasi dari kemampuan yang bersangkutan, dan merupakan hasil interaksi berbagai faktor

7

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995) h. 54-56

8

Zaenal Arifin, Evaluasi Hasil Intruksional, Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996), h. 2.


(22)

yang mempengaruhinya, baik dari dalam diri (internal) maupun dari luar (eksternal).

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Walaupun kebanyakan orang beranggapan bahwa IQ adalah sebagai salah satu faktor terpenting dalam menentukan prestasi seorang dalam belajar, namun tidaklah selalu benar karena keberhasilan seseorang itu dipengaruhi oleh banyak faktor lainnya dan faktor-faktor tersebut saling mendukung dan saling mempengaruhi.

Adapun berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa.

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam:

a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal) terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental, sedangkan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) adalah berupa faktor fisiologis dan faktor psikologis pada diri siswa.

Adapun Faktor kondisi siswa ini sebagaimana telah diuraikan di atas ada dua macam yakni kondisi fisiologis siswa dan kondisi psikologis siswa. 9

a. Faktor Jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, kesehatan jasmani dan rohani sangatlah besar pengaruhnya terhadap kemampuan balajar. Demikian juga jika kesehatan rohani kurang baik maka dapat mengganggu, atau mengurangi semangat belajar. Karena itu pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap orang baik fisik maupun

9


(23)

mental agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar.

b. Faktor Psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh seperti minat, bakat, intelejensi, motovasi dan kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi, ingatan berfikir dan kemampuan dasar bahan pengetahuan (bahan appersepsi) yang dimiliki siswa.

Menurut Sumadi Suryabrata, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah: 10

a. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa, dibagi 2 yaitu: 1) Faktor non sosial

2) Faktor sosial

b. Faktor-faktor yang berasal dalam diri siswa, dibagi 2 yaitu: 1) Faktor-faktor fisiologis

2) Faktor-faktor psikologis

Sedangkan faktor-faktor yang datang dari luar diri atau eksternal siswa yang bersangkutan juga digolongkan ke dalam dua bagian yaitu 11

a. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat dilingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak pengangguran, misalnya, akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.

Selanjutnya, lingkungan sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar,

10

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT: Grafindo Persada, 2006) h. 233 11


(24)

misalnya, rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Lingkungan sosial yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri.

b. Lingkungan non Sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa

Contoh: kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkembangan yang terlalu padat dan tak memiliki sarana umum untuk kegiatan remaja seperti, lapang voli akan mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tak pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan perkembangan seperti itu jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.

Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh terhadap pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang lahir, ibunyalah yang selalu ada disampingnya. Oleh karena itu biasanya ia meniru perangai ibunya. Seorang anak akan lebih mencintai ibunya apabila ibu itu menjalankan tugas dengan baik. Ibu adalah yang mula-mula menjadi temannya dan dipercayainya, apapun yang dilakukan ibu dapat memaafkannya, kecuali apabila di tinggalkan, dengan memahami segala sesuatu yang terkandung didalam hati anaknya, juga jika anak telah mulai aga besar, disertai kasih sayang dapatlah ibu mengambil hati anaknya selama-lamanya.12

Sesuai dengan kriteria di atas, Keluarga dengan sendirinya akan membawa dampak atau pengaruh langsung kepada siswa baik itu positif ataupun negatif, tergantung pada kondisi yang terjadi. Siswa sekolah sangat rentan dengan masalah-masalah yang akan dihadapinya, peran orangtua sangat dibutuhkan dalam segala hal dan di setiap waktu.

12


(25)

Tingkat intelegensi siswa memang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Namun hal itu bukanlah faktor utama. Ada faktor lain yang mendukung prestasi belajar yang diperoleh siswa. Seperti dinyatakan oleh Slamet bahwa prestasi belajar siswa tidak semata-mata dinyatakan oleh tingkat kemampuan intelektualnya tetapi ada hal-hal lain seperti motivasi ,sikap, dan kesehatan fisik dan mental, kepribadian, ketekunan, dan lain lain.

Adapun H.M. Alisuf Sabri mengatakan : ”bahwa ada berbagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal”.

a. Faktor Internal Siswa

1) Faktor fisiologis siswa, seperti kondisi kesehatan dan kebugaran fisik, serata kondisi panca indranya terutama penglihatan dan pendengaran. 2) Faktor psikologis siswa, seperti minat, bakat, intelegensi, motivasi, dan

kemampuan-kemampuan kognitif seprti kemampuan persepsi, ingatan, berfikir dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan apersepsi) yang dimiliki siswa.

b. Faktor Eksternal Siswa

1) Faktor lingkungan Siswa. Faktor ini terbagi dua, yaitu pertama faktor lingkungan alam atau nono sosial seperti keadaan suhu, kelembaban udara, waktu, (pagi, siang, malam), letak sekolah, dan sebagainya. Kedua faktor lingkungan sosial seperti, manusia dan budayanya.

2) Faktor Instrumental, antara lain gedung atau sarana fisik kelas, sarana atau alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum atau materi pelajaran atau strategi belajar mengajar.

Sedangkan Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono berpendapat bahwa prestasi belajar yang diperoleh seseorang merupakan interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya baik yang berasal dari dalam diri (intern) maupun dari luar diri (ekstern) individu”13.

13

Drs. H. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta; RINEKA CIPTA. cet.1.1991), h. 75


(26)

a. Faktor yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri (intern) adalah sebagai berikut:

1) Faktor Fisiologi karena sakit dan kurang sehat, maupun yang diperoleh karena cacat tubuh seperti penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya baik yang ringan maupun yang tetap (serius).

2) Faktor Psikologis karena rohani maupun yang diperoleh dari:

a) Faktor Intelektif, seperti kecerdasan bakat dan prestasi yang dimiliki. b) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu, seperti

sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan , motivasi, emosi dan penyesuaian diri.

c) Faktor yang berasal dari luar (eksternal) adalah:

(1) Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat, dan kelompok.

(2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

(3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim.

(4) Faktor lingkungan spiritual dan keamanan.

Menurut M. Dalyono,14 faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu:

a. Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri) 1) Kesehatan

2) Intelligensi dan Bakat 3) Minat dan Motivasi 4) Cara Belajar

b. Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri) 1) Sosial

2) Lembaga

14

M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 1997), cet. Pertama, h. 35-60


(27)

3. Indikator Prestasi Belajar

Indikator prestasi belajar yang dimaksud adalah ”tanda kesuksesan atau keberhasilan siswa dalam belajar. Untuk mengetahui sukses atau tidaknya siswa dalam belajar maka seorang guru perlu melakukan pengukuran atau penilaian (evaluasi)”.

Sebagaimana dijelaskan Suharsimi Arikunto dalam bukunya Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan menyebutkan: ”ada 3 ranah yang perlu dilakukan dalam pengukuran kegiatan evaluasi yaitu: pertama, ranah kognitif, kedua, ranah apektif. Ketiga, ranah psikomotorik”. 15

B. Metode Pembelajaran PAI 1. Pengertian Metode PAI

Dalam proses pembelajaran untuk menentukan metode yang digunakan, guru harus memperhatikan kesesuaian tujuan dan materi yang disajikan, sesuai dengan fasilitas dan sarana prasarana yang ada, sesuai dengan kemampuan guru dan harus mampu membuat siswa kreatif. Adapun metode berasal dari 2 kata yaitu meta yang artinya “melalui” dan hodoas yang artinya “jalan” atau “cara”. Jadi metode artinya jalan yang lurus yang harus dilalui untuk mencapai tujuan.

Metode mengajar adalah “cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pelajaran”.16

Oleh karena itu, peranan metode pembelajaran sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar, dengan metode diharapkan akan tumbuh berbagai kegiataan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain akan tercipta interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing. Sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing.

Proses interaksi ini akan berjalan dengan baik kalau siswa banyak aktif dibandingkan dengan gurunya. Oleh sebab itu, metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa.

15

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 114

16

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Sinar Baru algesindo, 2000), cet ke-5, h. 76


(28)

Proses belajar mengajar yang baik hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode mengajar secara bergantian atau saling bahu membahu satu sama lain. Karena masing-masing metode ada kelemahan dan ada keunggulannya. Tugas guru memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Ditinjau dari segi peranannya metode-metode mengajar ada yang tepat digunakan untuk siswa dalam jumlah yang kecil. Ada yang tepat digunakan didalam kelas atau diluar kelas.

2. Macam-Macam Metode PAI a. Metode Ceramah

1) Pengertian Metode Ceramah

Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini tidak selalu jelek bila penggunaannya betul-betul disiapkan dengan baik didukung dengan alat dan media serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaannya.

Metode ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelas. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat mempergunakan alat bantu seperti gambar-gambar. Metode ini biasa digunakan, tetapi metode ini dapat menarik jika digunakan tidak kaku, dan tidak hanya satu arah, tetapi dikembangkan dengan berbagai variasi.

Metode ceramah adalah “metode yang paling banyak disukai oleh kebanyakan guru, karena paling mudah mengatur kelas maupun mengorganisir. Bila guru dalam menyampaikan pesan (dalam hal ini materi pelajaran) dilakukan secara lisan kepada siswa, maka guru tersebut telah dapat dikatakan memberi ceramah”.17

17

Tengku Zahara Djafar, Kontribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Pe,Belajaran Terhadap Hasil Belajar, (Padang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang, 2001), h.71


(29)

Metode konvensional yang digunakan pada umumnya adalah “metode ceramah, siswa hanya mencatat dan menghafalkan konsep-konsep yang dijelaskan guru. Dalam metode ini siswa tidak diberi kesempetan untuk menemukan sendiri konsep-konsep tersebut”.18

Menurut Sumantri dan Permana yang dikutip oleh Baso Intang Sappaile, menyatakan bahwa metode ceramah adalah metode yang paling popular dan banyak dilakukan guru, selain mudah penyajian juga tidak banyak memerlukan media. Metode ceramah merupakan suatu metode penyampaian informasi, dimana guru berbicara memberi materi ajar secara aktif dan peserta didik mendengarkan atau menerimanya.19

Metode ceramah atau kuliah (lecture) merupakan suatu cara belajar mengajar dimana bahan disajikan oleh guru secara monologue (sologuy) sehingga pembicaraan lebih besifat satu arah (one way communication). Adapun siswa yang memiliki keterbatasan dalam memperhatikan, mendengar, mencamkan, mencatat, dan kalau perlu diberi kesempatan menjawab dan atau mengemukakan pertanyaan.20

Menurut Muhibbin Syah, metode ceramah ialah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Dalam hal ini guru biasanya memberikan uraian mengenai topik (pokok bahasan) tertentu ditempat tertentu dan dengan alokasi waktu tertentu. Metode ceramah atau kuliah (lecture method) adalah sebuah cara melaksanakan pengajaran yang dilakukan guru secara monolog dan hubungan satu arah (one way communication). Aktifitas siswa dalam pengajaran yang menggunakan metode ini hanya menyimak sambil sesekali mencatat. Meskipun begitu, para guru yang terbuka kadang-kadang memberi peluang bertanya kepada sebagian kecil siswanya. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi. Di samping itu, metode ini juga paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literature atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan daya paham siswa.21

18

Fatmawati, Perbedaan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Menggunakan Metode Inquiry Dan Discovery Di Kelas IV SD Kota Padang, Pedagogi Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. III No 2, Januari 2003, h. 129

19

Baso Intang Sappaile, Pengaruh Metode Mengajar Dan Ragam Tes Terhadap Hasil Belajar Matematika Dan Mengontrol Sikap Siswa, Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan No 056 Tahun ke-11, September 2005, h. 674

20

Abin Syamsudi Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat System Pengajaran Modul, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2003), cet. Ke-6, h. 239

21

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda Karya, 2002), h. 203


(30)

Yang dimaksud dengan metode ceramah ialah cara menyampaikan sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai. Ini relevan dengan definisi yang dikemukakan oleh Ramayulis, bahwa metode ceramah ialah “penerangan dan penuturan secara lisan guru terhadap murid-murid diruangan kelas”. Zuhairini dkk., mendefinisikan bahwa metode ceramah “adalah suatu metode di dalam pendidikan dimana cara penyampaian materi-materi pelajaran kepada anak didik dilakukan dengan cara penerangan dan penuturan secara lisan”. 22

Metode ceramah ialah suatu metode di dalam pendidikan di mana cara menyampaikan pengertian-pengertian materi kepada anak didik dengan jalan penerangan dan penuturan secara lisan. Untuk penjelasan uraiannya, guru dapat mempergunakan alat-alat Bantu mengajar yang lain, misalnya: gambar-gambar, peta, denah, dan alat peraga lainnya.

Metode ceramah dapat diartikan sebagai suatu metode di dalam proses belajar mengajar, di mana cara menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik adalah dengan penuturan/lisan.

Metode ceramah adalah teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim dipakai oleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru di muka kelas. Para murid sebagai penerima pesan, mendengarkan, memeprhatikan, dan mencatat keterangan-keterangan guru bilamana diperlukan.23

22

Dr. Armai Arief, MA., Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. I, h. 135-136

23

Drs. M. Basyiruddin Usman, MPd., Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet I, h. 34


(31)

Ceramah

Pengertian metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode yang bervariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan tujuan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif. Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman peserta.


(32)

2) Pengajaran dengan Metode Ceramah

Seperti yang tercantum dalam pembatasan masalahnya bahwa cara mengajar dengan metode ceramah adalah melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru kepada siswa. Metode ceramah ini mudah dijalankan karena penceramah hanya menyampaikan informasi sehingga siswa tidak mempunyai kesempatan banyak untuk memberi tanggapan.

Memang kita tidak menutup diri, bahwa teknik ceramah adalah teknik mengajar tradisional, yang digunakan oleh setiap guru sudah lama sekali, namun kita masih mengakui teknik ceramah ini mempunyai keunggulan seperti yang kita lihat bahwa guru akan lebih mudah mengawasi ketertiban siswa dalam mendengarkan pelajaran, disebabkan mereka melakukan kegiatan yang sama. Jadi bila murid tidak mendengarkan atau mempunyai kesibukan selain mendengarkan segera akan diketahui, kemudian diberikan teguran/peringatan sehingga mereka kembali memperhatikan pelajaran dari guru. Bagi guru juga ringan, karena perhatiannya tidak terbagi-bagi atau terpecah-pecah. Kegiatan siswa yang sejenis itu, guru tidak perlu membagi-bagi perhatian, anak-anak serempak, mendengarkan guru dan sepenuh perhatian dapat memusatkan kelas yang sedang bersama-sama mendengarkan pelajarannya.

Guru memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid pada waktu tertentu (waktunya terbatas) dan tempat tertentu pula. Dilaksanakan dengan bahasa lisan untuk memberikan pengertian terhadap sesuatu masalah, karena itu cara tersebut sering juga disebut dengan metode kuliah, sebab ada persamaan guru mengajar dengan seorang dosen memberikan kuliah kepada mahasiswa-mahasiswanya.

“Dalam metode ceramah ini murid duduk, melihat, dan mendengarkan serta percaya bahwa apa yang diceramahkan guru itu adalah benar, murid mengutip ikhtisar ceramah semampu murid itu sendiri dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih lanjut oleh guru yang bersangkutan”.24

24

Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), cet. Ke2, h. 289


(33)

Pelaksanaan ceramah yang wajar terletak dalam pemberian fakta atau pendapat dalam waktu yang singkat kepada jumlah pendengar yang besar dan apabila cara lain tidak mungkin ditempuh, misalnya: karena tidak adanya bahan bacaan dan untuk menyimpulkan dan memperkenalkan sesuatu yang baru.

Pengajaran dengan metode ceramah adalah memulai suatu pembicaraan dengan suatu ikhtisar ringkas tentang pokok-pokok yang akan diuraikan lalu menyusul penguraian dan penjelasan pokok-pokok yang penting dalam pembicaraan.

Penggunaan metode ceramah dalam Pendidikan Agama, hampir semua bahan/materi Pendidikan Agama dapat mempergunakan metode ini, baik yang menyangkut masalah Aqidah, Syari’ah maupun Akhlak. Hanya saja pelaksanaannya/penerapannya harus dilengkapi dengan metode-metode lain yang sesuai.

3) Kelemahan Metode Ceramah

Adapun kelemahan metode ceramah adalah sebagai berikut: a) Membuat siswa pasif

b) Mengandung unsur paksaan kepada siswa

c) Memendam daya kritis siswa

d) Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya, ini sukar sekali diterima

e) Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tangap auditifnya dapat lebih besar menerimanya

f) Sukar mengontrol sejauh mana perolehan belajar anak didik

g) Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)


(34)

i) Guru tidak mengetahui sampai dimana murid telah mengerti (memahami) yang telah dibicarakan.

j) Pada anak dapat terbentuk konsep yang lain dari apa yang dikatakan oleh guru tersebut.

Kelemahan metode ceramah menurut Hisyam25 adalah sebagai berikut: a) Membosankan

b) Siswa tidak aktif

c) Informasi hanya satu arah d) Feed back relative rendah e) Menggurui dan melelahkan

f) Kurang melekat pada ingatan siswa

g) Kurang tekendali, baik waktu maupun materi h) Monoton

i) Tidak mengembangkan kreatifitas siswa j) Menjadikan siswa hanya sebagai objek didik k) Tidak merangsang siswa untuk membaca

Kelemahan metode ceramah lainnya adalah

:

a) Metode ini adalah “one way communication” atau komunikasi satu arah, sehingga siswa kurang aktif (bahkan sering tidak aktif sama sekali).

b) Siswa cenderung bosan jika guru menggunakan metode ini dalam jangka waktu yang terlalu lama.

c) Kreativitas siswa cenderung tak terasah. d) Mengandung unsur paksaan kepada siswa. e) Menghalangi daya kritis siswa.

f) Anak didik yang lebih tanggap daya visualnya dirugikan dengan metode ini. g) Kontrol terhadap kemajuan siswa sangat sulit dilakukan.

h) Kegiatan pengajaran hanya berbentuk verbalisme dari guru.

25

Hisyam Zaini, et.al., Strategi Pembelajaran Aktif Di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: CTSD, 2001), cet. I, h. 86


(35)

Kemungkinan usaha mengatasi kelemahan itu bisa dirumuskan demikian:

“Selama guru melakukan ceramah, guru perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Tujuannya untuk meneliti apakah siswa telah menguasai pengertian dari setiap pokok persoalan yang telah diuraikan oleh guru. Dan untuk meneliti apakah perhatian siswa masih pada uraian pelajarannya, atau dapat membangkitkan perhatian siswa kembali pada pelajaran itu”.

Kelemahan metode ceramah menurut Armai Arief antara lain adalah "interaksi cenderung bersifat teacher centred, verbalisme, guru lebih aktif, sedangkan murid lebih pasif".26

Kelemahan metode ceramah menurut Basyiruddin Usman27 adalah sebagai berikut:

a) Guru sering kali mengalami kesulitan dalam mengukur pemahaman siswa sampai sejauhmana pemahaman mereka tentang materi yang diceramahkan. b) Siswa cenderung bersifat pasif dan sering keliru dalam menyimpulkan

penjelasan guru.

c) Bilamana guru menyampaikan bahan sebanyak-banyaknya dalam tempo yang terbatas, menimbulkan kesan pemaksaan terhadap kemampuan siswa.

d) Cenderung membosankan dan perhatian siswa berkurang, karena guru kurang memperhatikan factor-faktor psikologis siswa, sehingga bahan yang dijelaskan menjadi kabur.

Beberapa kelemahan yang lain diantaranya adalah:28

a) Dalam pengajaran yang dilakukan dengan metode ceramah, perhatian murid terpusat pada guru dan guru dianggap murid selalu benar.

b) Pada metode ceramah ada unsur paksaan, karena guru berbicara (aktif) sedang murid hanya mendengar, melihat, dan mengutip apa yang dibicarakan guru.

26

Dr. Armai Arief, MA., ibid, h. 145

27

Drs. M. Basyiruddin Usman, MPd., op.cit., h. 35

28

Dr. Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengjaran Agama Islam, (Jakarta\: PT Bumi Aksara, 2001), cet. Ke-2, h. 289-290


(36)

4) Kelebihan Metode Ceramah

Adapun keunggulan metode ceramah adalah: 29

a) Praktis dari sisi persiapan dan media yang digunakan b) Efisien dari sisi waktu dan biaya

c) Dapat menyampaikan materi yang banyak d) Mendorong dosen/guru menguasai materi e) Lebih mudah mengontrol kelas

f) Siswa tidak perlu persiapan

g) Siswa dapat langsung menerima ilmu pengetahuan

Salah satu kelebihan metode ceramah ialah ”suasana kelas berjalan dengan tenang”.30

Keunggulan metode ceramah menurut Basyiruddin Usman31 ialah sebagi berikut:

a) Penggunaan waktu yang efisien dan pesan yang disampaikan dapat sebanyak-banyaknya.

b) Pengorganisasian kelas lebih sederhana, dan tidak diperlukan pengelompokan siswa secara khusus.

c) Dapat memberikan motivasi dan dorongan terhadap siswa dalam belajar d) Fleksibel dalam penggunaan waktu dan bahan. Jika bahan banyak, sedangkan

waktu terbatas dapat dibicarakan pokok-pokok permasalahannya saja, sedangkan bila materi sedikit sedangkan waktu masih panjang, dapat dijelaskan lebih mendetail.

Kelebihan metode ceramah lainnya adalah guru dapat menguasai seluruh arah kelas.

29

Hisyam Zaini, op. cit., h. 220

30

Dr. Armai Arief, MA., ibid, h. 145

31


(37)

Dalam penggunaan metode ceramah harus memperhatikan 2 hal yaitu:

a) Menetapkan apakah metode ceramah wajar digunakan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

(1) Tujuan yang hendak dicapai, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dengan menggunakan metode ceramah harus relatif menetap bukan perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang kembali, seperti perubahan perilaku akibat pakaian tidak rapih. (2) Bahan yang akan diajarkan, yaitu memberikan materi yang berkaitan

dengan perubahan perilaku seperti tatakrama pribadi.

(3) Alat,fasilitas, serta waktu yang harus disesuaikan dan dikondisikan dengan siswa.

(4) Jumlah murid dan taraf kemampuannya harus efektif .

(5) Penguasaan materi untuk menyampaikan materi yang akan diajarkan. (6) Pemilihan metode lain sebagai metode bantu seperti metode diskusi,

tanyajawab, dan lain-lain. (7) Situasi dan waktu harus efektif b) Langkah-langkah metode ceramah

(1) Persiapan/perencanaan (2) Pelaksanaan

(3) Kesimpulan

b. Metode Hafalan

1) Pengertian Metode Hafalan

Metode hafalan ialah ”kegiatan belajar siswa dengan cara menghafal suatu teks tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan seorang guru. Para siswa diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu. Hafalan yang dimiliki siswa ini kemudian didemonstrasikan di hadapan sang guru, baik secara periodik atau insidental, tergantung kepada keinginan sang guru”.32

32

Drs. H. Mahmud, MM., Model-Model Pembelajaran Di Pesantren, (Ciputat: Media Nusantara, 2006), h. 72


(38)

Metode hafalan ialah ”cara mempelajari isi teks yang telah dipelajari dari guru dengan cara menghafal, dimana para siswa diharuskan menghafal satu bab dari (satu pelajaran) untuk diperdengarkan kepada gurunya”.33

2) Pengajaran dengan Metode Hafalan

Metode ini umumnya digunakan dalam pembelajaran kitab yang berbentuk nadham/syi’ir, bukan prosa (natsar). Dalam pelaksanaanya, siswa ditugasi untuk menghafalkan bagian tertentu dari buku, untuk kemudian didemonstrasikan di depan sang guru.

Mendapat materi pelajaran tertentu dari buku, mereka kemudian disuruh menghafal teks yang telah dipelajari untuk disetorkan. Di-sorog-kan (diucapkan secara hafal) pada pertemuan berikutnya di hadapan guru.

Cara-cara yang dilakukan Rasulullah saw. dalam memberikan pelajaran Al-qur’an dengan metode hafalan yaitu: 34

a) Anak didik (sahabat) harus betul-betul menyimak bacaan Al-qur’an pengajarnya untuk kemudian mencoba membaca ulang hingga bacaannya sempurna dan sesuai dengan kaidah ilmu tajwid dan penekanan-penekanannya.

b) Anak didik cukup menyimak bacaan pengajarnya kecuali pengajar merasakan bahwa anak didik sukar mengikuti bacaannya, pengajar harus mengikuti bacaannya, pengajar harus menghentikan bacaannya dan kembali mengulang hingga anak didik mampu mengikuti bacaan selanjutnya.

c) Anak didik mencoba membaca sendiri dan pengajar menyimak serta meluruskan kesalahan baca.

33

KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA., Gontor Dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Pesada, 2005), h. 75

34

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah, Dan Masyarakat,


(39)

3) Kelemahan Metode Hafalan

Teknik mengajar melalui metode hafalan dari dahulu sampai sekarang masih berjalan dan paling banyak dilakukan, namun usaha-usaha peningkatan teknik mengajar tersebut tetap berjalan terus dan para ahli menemukan beberapa kelemahannya diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Jika si anak memiliki daya ingat yang lemah maka metode tersebut sulit diterapkan

b) Kurangnya interaktif antara siswa dengan guru

c) Sulit diterapkan pada materi yang bersifat problem solving.

”Metode menghafal bisa bersifat pasif jika murid hanya sekedar menghafal tanpa diikuti pemahaman, kemampuan mengabstraksi, atau mengkontekstualisasi, sehingga ilmunya tidak berkembang”.35

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih atau menggunakan metode hafalan adalah:

1.

4) Kelebihan Metode Hafalan

Adapun kelebihan metode hafalan yaitu:

a) Siswa dapat mengingat pelajaran yang telah dihafalnya b) Siswa dapat melatih ingatan sehingga menjadi kuat c) Lebih kuat secara emosional antara siswa dan guru

d) Siswa tidak perlu repot membawa teks jika ingin menyampaikan materi

e) ”Materi hafalan sangat efektif untuk memelihara daya ingat (memorizing) siswa terhadap materi yang dipelajari, karena dapat dilakukan baik di dalam maupun diluar kelas”.36

35

Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001), cet. II, h. 78

36

Drs. H. M. Sulton Masyhud, M.Pd dan Drs. Moh. Khusnurdilo, M.Pd., Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2005), h. 89


(40)

Metode menghafal merupakan ciri umum dalam sistem pendidikan islam di masa ini. Metode ini sangat ditekankan. Untuk dapat menghafal suatu pelajaran, murid-murid harus mebaca berulang-ulang sehingga pelajaran melekat dibenak mereka. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Hanafi bahwa seorang murid harus membaca suatu pelajarannya dan terus menerus mengulanginya sampai dia menghafalnya. Dalam proses selanjutnya, siswa akan mengeluarkan kembali dan mengkontektualisasi pelajaran yang dihafalnya sehingga dalam diskusi atau perdebatan dia dapat merespon, mematahkan lawan, atau memunculkan sesuatu yang baru.37

Dalam penggunaan metode hafalan harus memperhatikan 2 hal yaitu:

a) Menetapkan apakah metode hafalan wajar digunakan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

(1) Tujuan yang hendak dicapai, yaitu siswa dapat menyimak bacaannya seperti teks yang telah dibacakan oleh guru

(2) Bahan yang akan diajarkan, yaitu memberikan teks yang akan dihafalkan. Seperti hadits dan teks lainnya yang perlu dihafalkan. (3) Jumlah murid dan taraf kemampuannya harus efektif .

(4) Penguasaan materi untuk menghafal.

(5) Pemilihan metode lain sebagai metode bantu seperti metode diskusi, tanyajawab, dan lain-lain.

(6) Situasi dan waktu harus efektif b) Langkah-langkah metode ceramah

(1) Persiapan/perencanaan (2) Pelaksanaan

(3) Kesimpulan

37


(41)

C. Kerangka Berpikir

Ada banyak cara untuk belajar sehingga dibutuhkan sebuah metode pembelajaran yang berbeda pula. Dengan banyaknya ragam metode pembelajaran yang ada, ternyata masing-masing metode tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu, ketepatan metode pembelajaran yang dipilih memainkan peranan penting dan utama dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Kenyataan telah menunjukan bahwa manusia dalam segala hal selalu berusaha mencari efisiensi kerja dengan jalan memilih dan menggunakan sesuatu metode yang terbaik untuk mencapai tujuannya. Demikian pula halnya dalam pengajaran di sekolah, para pendidik (guru) selalu berusaha memilih metode pengajaran yang setepat-tepatnya, yang dipandang lebih efektif daripada metode-metode lainnya sehingga kecakapan dan pengetahuan yang diberikan oleh guru itu benar-benar menjadi milik murid.

Belajar mengajar adalah kegiatan guru-murid untuk mencapai tujuan tertentu. Semakin jelas tujuan mereka semakin besar kemungkinan ditemukan metode penyampaian yang paling serasi. Namun tidak ada pegangan yang pasti tentang cara mendapatkan metode mengajar yang paling tepat. Tepat tidaknya suatu metode, baru terbukti dari hasil belajar murid. Jadi yang dapat diketahui adalah hasil atau produknya. Proses belajar itu sendiri tetap mengandung misteri yang terjadi dalam diri seseorang. Bila hasil belajar tercapai, maka dianggap bahwa telah terjadi proses belajar yang tepat.

Pembelajaran dalam menggunakan metode ceramah di SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang dikatakan efektif dikarenakan penggunaan waktu yang efisien dan pesan yang disampaikan dapat sebanyak-banyaknya. Mendorong guru menguasai materi, lebih mudah mengontrol kelas, siswa tidak perlu persiapan, siswa dapat langsung menerima ilmu pengetahuan.

Adapun pembelajaran dalam menggunakan metode hafalan di SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang ternyata tidak efektif dikarenakan sulit diterapkan pada materi yang bersifat problem solving dan sulit diterapkan serta kurangnya interaktif antara siswa dengan guru.


(42)

Dari penjelasan diatas, diduga bahwa hasil belajar PAI yang menggunakan metode ceramah lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar PAI yang menggunakan metode hafalan di SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang.

D. Hipotesis

Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan dalam prestasi belajar PAI antara metode ceramah dengan metode hafalan

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam prestasi belajar PAI antara metode ceramah dengan metode hafalan


(43)

Metode adalah cara, yang di fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru (metode mengajar) maupun bagi siswa (metode belajar). Makin baik metode yang dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan.

Metodologi penelitian merupakan strategi umum yang dipakai dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab permasalahan yang dihadapi. Hal ini merupakan rencana pemecahan bagi permasalahan yang diselidiki. Penggunaan metodologi ini dimaksudkan untuk menemukan data yang valid, akurat, dan signifikan dengan permasalahan, sehingga untuk mengungkap masalah yang diteliti.

Penelitian tentang Perbedaan Prestasi Belajar Antara Metode Ceramah Dan Metode Hafalan Dalam Pembelajaran PAI Di SMAI HI Pondok Pinang Jakarta Selatan digunakan dengan menggunakan metode deskriftif kuantitatif (Quasi Eksperimental).

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang, adapun pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2009.


(44)

B. Variabel Penelitian

Suatu penelitian agar dapat dioperasionalkan dan dapat diteliti secara empiris, maka diubah menjadi variabel. Variabel adalah ”karakter dari unit observasi yang mempunyai variasi”1 atau segala sesuatu yang dijadikan obyek penelitian.

Sedangkan penelitian yang berjudul ” Perbedaan Prestasi Belajar Antara Metode Ceramah Dan Metode Hafalan Dalam Pembelajaran Bidang Studi PAI di SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Jakarta Selatan., variabelnya sebagai berikut:

- variabel bebas (X) adalah: prestasi belajar dengan menggunakan metode ceramah

- variabel terikat (Y) adalah: prestasi belajar dengan menggunakan metode hafalan

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila seorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Adapun target dalam populasi ini adalah keseluruhan siswa/siswi SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Jakarta Selatan angkatan 2008-2009. Adapun sampelnya adalah siswa-siswi kelas X1 dan X.2 SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Jakarta Selatan sebanyak 64 orang. Kemudian dari jumlah peserta didik di atas penulis mengambil sampel 100% responden yaitu 64 orang siswa kelas X.1 dan X.2 SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang.

1

Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), cet ke-1, h. 216


(45)

D. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar metode ceramah dan metode hafalan menggunakan test. Test dibuat sebanyak 35 butir soal yang terdiri dari 20 pilihan ganda dan 15 butir soal uraian.

Table 1

kisi-kisi soal ulangan harian bentuk pilihan ganda untuk siswa kelas X1 dan X2 SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Jakarta Selatan

No Kompetensi Dasar Materi Indikator No Butir

Soal 1 Menampilkan

contoh-contoh adab

Tata krama pribadi

Siswa dapat menampilkan contoh tata karma pribadi

1

2 Menjelaskan pengertian adab

Tata krama pribadi

Siswa dapat menjelaskan pengertian adab

2

3 Menyebutkan ciri-ciri perilaku manusia

Adab dalam berhias dan berpakaian

Siswa dapat menyebutkan ciri perilaku manusia dalam berhias dan berpakaian

3

4 Menampilkan contoh-contoh adab dalam berpakaian

Adab dalam berpakaian

Siswa dapat menunjukan contoh adab dalam berpakaian

4

5 Mempraktikan adab dalam berhias

Adab dalam berhias

Siswa dapat mempraktikan contoh adab dalam berhias

5

6 Mempraktikan adab dalam berpakaian

Adab dalam berpakaian

Siswa dapat mempraktikan contoh adab dalam berpakaian

6

7 Menampilkan contoh-contoh adab dalam berpakaian

Adab berpakaian

Siswa dapat menunjukan contoh adab dalam berpakaian


(46)

8 Mempraktikan adab dalam berpakaian

Adab berpakaian

Siswa dapat mempraktikan contoh adab dalam berpakaian

8

9 Mempraktikan adab dalam berpakaian

Adab berpakaian

Siswa dapat mempraktikan contoh adab dalam berpakaian

9

10 Menjelaskan hukum adab dalam berhias

Adab dalam berhias

Siswa dapat menjelaskan hokum dalam berhias

10

11 Mempraktikan adab dalam bertamu

Adab dalam bertamu

Siswa dapat mempraktikan contoh adab dalam bertamu

11

12 Mempraktikan adab dalam perjalanan

Adab dalam perjalanan

Siswa dapat mempraktikan contoh adab dalam perjalanan

12

13 Menjelaskan pengertian adab dalam bertamu

Adab dalam bertamu

Siswa dapat menjelaskan pengertian adab dalam bertamu

13

14 Mempraktikan adab dalam menerima tamu

Adab dalam menerima tamu

Siswa dapat mempraktikan contoh adab dalam menerima tamu

14

15 Mempraktikan adab dalam menerima tamu

Adab dalam menerima tamu

Siswa dapat mempraktikan contoh adab dalam menerima tamu

15

16 Mempraktikan adab dalam menerima tamu

Adab dalam menerima tamu

Siswa dapat mempraktikan contoh adab dalam menerima tamu

16

17 Mempraktikan adab dalam menerima tamu

Adab dalam menerima tamu

Siswa dapat mempraktikan contoh adab dalam menerima tamu


(47)

18 Mempraktikan adab dalam menerima tamu

Adab dalam menerima tamu

Siswa dapat mempraktikan contoh adab dalam menerima tamu

18

19 Menjelaskan fungsi adab dalam berpakaian

Adab berpakaian

Siswa dapat menjelaskan fungsi adab dalam berpakaian

19

20 Mempraktikan adab dalam berpakaian

Adab berpakaian

Siswa dapat mempraktikan contoh adab dalam berpakaian


(48)

Table 2

Kisi-kisi soal ulangan harian bentuk uraian untuk siswa kelas X1 dan X2 SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Jakarta Selatan

No Kompetensi Dasar Materi Indikator No Butir

Soal 1 Menjelaskan pengertian

adab dalam berpakaian

Adab berpakaian

Siswa dapat menjelaskan pengertian

adab dalam berpakaian

1

2 Mempraktikan adab dalam berpakaian

Adab berpakaian

Siswa dapat mempraktikan contoh adab dalam berpakaian

2

3 Mempraktikan adab dalam berpakaian

Adab berpakaian

Siswa dapat mempraktikan contoh adab dalam berpakaian

3

4 Menjelaskan hukum adab dalam berhias

Adab dalam berhias

Siswa dapat menjelaskan hukum

adab dalam berhias

4

5 Mempraktikan adab dalam berpakaian

Adab berpakaian

Siswa dapat mempraktikan contoh adab dalam berpakaian

5

6 Mendemonstrasikan hadist adab dalam berpakaian

Adab berpakaian

Siswa dapat menuliskan hadist adab

dalam berpakaian

6

7 Mempraktikan adab dalam berpakaian

Adab berpakaian

Siswa dapat mempraktikan contoh adab dalam berpakaian

7

8 Mempraktikan adab dalam menerima tamu

Adab dalam menerima tamu

Siswa dapat mempraktikan contoh adab dalam menerima


(49)

tamu 9 Menjelaskan pengertian

adab dalam bertamu

Adab dalam bertamu

Siswa dapat menjelaskan pengertian

adab dalam bertamu

9

10 Menjelaskan pengertian adab dalam menerima tamu Adab dalam menerima tamu Siswa dapat menjelaskan pengertian

adab dalam menerima tamu

10

11 Menjelaskan pengertian tata krama

Tata krama Siswa dapat menjelaskan pengertian tata krama

11

12 Menjelaskan fungsi adab dalam berpakaian

Adab berpakaian

Siswa dapat menjelaskan fungsi

adab dalam berpakaian

12

13 Menyebutkan syarat-syarat adab dalam berpakaian

Adab berpakaian

Siswa dapat menyebutkan

syarat-syarat adab dalam berpakaian

13

14 Menjelaskan adab dalam berpakaian

Adab berpakaian

Siswa dapat menjelaskan tentang

adab dalam berpakaian

14

15 Menyebutkan ciri-ciri adab dalam bertamu dan menerima tamu Adab dalam bertamu dan Adab dalam menerima tamu Siswa dapat menyebutkan ciri-ciri

adab dalam bertamu dan menerima tamu


(50)

E. Teknik Analisa Data 1. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik untuk menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan. Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho : µX = µY Ha : µX > µY Keterangan :

µX = rata-rata hasil belajar dengan menggunakan metode ceramah µY = rata-rata hasil belajar dengan menggunakan metode hafalan Ho = Hipotesis Nihil

Ha = Hipotesis Alternatif

2. Analisis Data

Analisis data diawali dengan pengujian prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat dari analisis data yang dilakukan sebelum analisis statistik.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sample yang diteliti berdistribusi normal/tidak. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan rumus liliefors.2

=

1 1 1.

f f x x

Keterangan:

x= Nilai rata-rata hasil metode ceramah dan metode hafalan x = batas tengah dari interval kelas

f = frekuensi Kriteria pengujian :

Lhit < Ltab, data berdistribusi tidak normal Lhit > Ltab, data berdistribusi normal

2


(51)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas untuk mengetahui apakah data sample tersebut bersifat homogen atau tidak. Dilakukan dengan menggunakan uji fisher pada taraf signifikansi 0,05:3

Setelah diketahui hasil uji syarat analisis, maka dapat dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji.t dengan signifikansi a = 0,05 yaitu dengan

rumus sebagai berikut:

y x n n s y x t 1 1 + −

= sebelumnya

s=

1 ) ( ) ( ) ( 2 1 2 2 2 2 1 1 − + − + − n n s n n s n n Keterangan:

X : rata-rata hasil belajar pendidikan agama islam dengan menggunakan metode ceramah

Y : rata-rata hasil belajar pendidikan agama islam dengan menggunakan metode hafalan

S : simpangan baku gabungan hasil belajar dengan menggunakan metode ceramah dan hafalan

x

n : hasil belajar dengan menggunakan metode ceramah

y

n : hasil belajar dengan menggunakan metode hafalan t : rasio yang akan dihitung

Keterangan pengujian:

tolak Ho dan terima Hi, bila t hitung > t tabel terima Ho dan tolak Hi, bila t hitung < t tabel

3

Anas Sudajana, Pengantar Statistika Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), cet ke10, h. 297


(52)

c. Uji Heterogenitas

Setelah diketahui hasil uji syarat analisis pada metode hafalan, maka dapat dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji.t dengan signifikansi a =

0,05 yaitu dengan rumus sebagai berikut:

n S n S

x x thit

2 2 2 1

2 1

+ −

= sebelumnya

2 ) 1 ( ) 1 (

2 1

2 2 2 2 1 1

− =

− + − =

n n

S n S n Sgab

Dengan memiliki derajat bebas atau db = min (n1−1;n2 −1) Keterangan pengujian:

tolak Ho dan terima Hi, bila t hitung > t tabel terima Ho dan tolak Hi, bila t hitung < t tabel


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Sejarah berdiri SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang

SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang didirikan pada tahun 1979 dan mulai beroperasi sekitar tahun 1985, dengan status kepemilikan tanah milik Yayasan Harapan Ibu Pondok Pinang, yang berlokasi di Jl. H. Banan No 1, Komplek Deplu, Ciputat Raya, Pondok Pinang Jakarta Selatan.

SMA Islam Harapan Ibu berdiri pada tanggal 25 Juli 1985, bertepatan dengan berdirinya SLTP Harapan Ibu. Pada saat itu unit TK dan SD sudah ada terlebih dahulu dengan usia 5 dan 4 tahun.

Gedung yang dipergunakan saat itu masih berkapasitas rendah, yaitu baru 1 lantai dan itupun belum terbangun seluruhnya (masih Letter U) karena itu, pemakaiannya bergantian, di mana unit SMU (saat itu masih bernama SMA) menggunakan gedung tersebut pada siang hari.

Jumlah siswa yang terdapat pada saat itu 10 orang dengan perincian 9 siswa laki-laki dan 1 siswi perempuan. Meski dalam periode prihatin dengan kondisi siswa yang sedikit dan fasilitas yang sangat minim, perjalanan para guru yang penuh perjuangan dan pengorbanan, setahap demi setahap unit SMU mengalami kemajuan yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari tabel perkembangan dari tahun ke tahun.

Adapun kepala sekolah (Pimpinan) yang pernah menjabat di SMU Islam Harapan Ibu, sejak berdirinya hingga kini adalah :

2. StrategiPengajaran SMA Islam Harapan Ibu

a. Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif murid,yaitu metode yang dapat meningkatkan motivasi murid karena seluruh dimensi siswa terlibat secara aktif dengan diberikan materi pelajaran yang kongkrit, bermakna serta relavan dalam konteks


(54)

kehidupannya (student active learning, contektual learning,inquiry_based learning, integrated learning)

b. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (condusive learning community) sehingga anak dapat belajar dengan efektif di dalam suasana yang memberikan rasa aman, penghargaan, tanpa ancaman dan memberikan semangat.

c. Memberikan pendidikan budi pekerti /karakter (akhlakul karimah) secara eksplisit, sistematis dan berkesinambungan dengan melibatkan aspek fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiritual dan intelektual siswa secara optimal.

d. Metode pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-masing anak,yaitu menerapkan kurikulum yang melibatkan juga seluruh dimensi aspek kecerdasan individu siswa.

3. Visi dan Misi Pendidikan

Visi pendidikan SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Jakarta Selatan adalah mewujudkan Sekolah yang unggul dalam berprestasi berdasarkan iman dan taqwa serta menjadi pilihan dan dambaan masyarakat.

Adapun misi pendidikan di SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Jakarta Selatan sebagai berikut:

a. Melaksanakan pembelajaran secara efektif

b. Mendidik siswa untuk memiliki kemam-puan dalam bidang IPTEK dan IMTAQ

c. Meningkatkan profesionalisme kinerja guru dan karyawan

d. Melaksanakan ajaran agama sehingga lulusannya berbudi pekerti yang luhur/ berakhlaqul karimah


(55)

Dalam mengemban misi pendidikan, kampus Pendidikan Islam Harapan Ibu bertekad untuk menjadi wadah dalam rangka peningkatan mental rohani sekaligus dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang ilmu pengetahuan dan Ilmu agama. Pendidikan Islam Harapan Ibu bertekad menjadi benteng pembela agama, bangsa, dan negara yang berarti juga sebagai kampus perjuangan.

4. Keadaan guru dan siswa SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang a. Keadaan Guru

Data keadaan guru dan karyawan yang penulis dapati sampai saat ini adalah sebagai berikut: ”jumlah guru keseluruhan 26 orang, dan staf tata usaha 2 orang serta 1 orang pegawai kebersihan”.

b. Keadaan Siswa

Adapun keadaan siswa dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Jumlah pada tahun 2008/2009 murid SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Jakarta Selatan berjumlah 216 orang.


(56)

5. Sarana dan prasarana SMA Islam Harapan Ibu Pondok Pinang Untuk sarana dan prasarana serta fasilitas yang penulis dapati, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3 Sarana dan Prasarana

No Jenis Ruang Jumlah Keterangan

1 Kelas 8 Sedang

2 Kepala Sekolah 1 Sedang

3 Guru 1 Sedang

4 Ruang Perpustakaan 1 Sedang

5 Ruang Tata Usaha 1 Sedang

6 Ruang Laboratorium M-IPA

1 sedang

7 Masjid/Mushalla 1 -

8 Ruang Lab. Komputer 1 Sedang

9 WC (guru dan siswa) 2 Sedang

10 Pertemuan secretariat 1 Sedang

11 Security 4 Sedang

12 Ruang Humas 1 Sedang

13 Ruang Musik 1 Sedang

14 Mobil Operasional 2 Sedang

15 Area Parkir 1 Sedang

16 Ruang Fotocopy 1 Sedang

17 Taman bermain anak-anak

1 Sedang

18 Lapangan Upacara 1 Sedang

21 Ruang UKS 1 Sedang


(1)

65

3. Siswa

Adanya metode ceramah ini, siswa kelas X1 dan X2 SMA Islam Harapan Ibu juga dituntut untuk berperan aktif, karena yang menjadi sumber ilmu pengetahuan tidak hanya guru PAI, melainkan sumber lain yang mengandung unsur edukatif, misalnya buku-buku bacaan, majalah, media masa, media elektronik yang memberikan pengalaman-pengalaman dan ilmu pengetahuan, dan realita yang ada dalam kehidupan sehari-hari serta yang berkaitan dengan materi tata krama pribadi.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor Dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Jakarta: PT. Raja Grafindo Pesada, 2005

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah, Dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, cet. Ke2, 1996

Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat System Pengajaran Modul, Bandung: PT. Rosda Karya, cet. Ke-6, 2003

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta; Rineka Cipta. cet.1.1991

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, cet ke-7, 2003

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995

Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, cet. I, 2002

Baso Intang Sappaile, Pengaruh Metode Mengajar Dan Ragam Tes Terhadap Hasil Belajar Matematika Dan Mengontrol Sikap Siswa, Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan No. 056 Tahun ke-11, September 2005

Chairinniza Graha, Keberhasilan Anak Tergantung Orangtua, Jakarta: Gramedia, 1997

Dimyati Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1999

Fatmawati, Perbedaan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Menggunakan Metode Inquiry Dan Discovery Di Kelas IV SD Kota Padang, Pedagogi Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. III No 2, Januari 2003

Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, cet. II, 2001

Hisyam Zaini, et.al., Strategi Pembelajaran Aktif Di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: CTSD, cet. I , 2001

Mahmud, Model-Model Pembelajaran Di Pesantren, Ciputat: Media Nusantara, 2006 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, cet I,2002

M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, cet. Pertama, 1997 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet.IV 2004


(3)

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Rosda Karya, 2002

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Sinar Baru Algesindo, cet ke-5, 2000

Roestiyah, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, Jakarta Bina Aksara,1986

Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 1990

S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ke I, 1995 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006 Sulton Masyhud, M.Pd dan Drs. Moh. Khusnurdilo, M.Pd., Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta: Diva Pustaka, 2005

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2006

Tengku Zahara Djafar, Kontribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar, Padang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang, 2001

Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Rosyda karya, 2000

Zaenal Arifin, Evaluasi Hasil Intruksional, Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996

Zakiah Darajat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, cet.IV, 2004 Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, cet. Ke-2, 2001


(4)

ULANGAN HARIAN KELAS X

SMA ISLAM HARAPAN IBU PONDOK PINANG JAKARTA SELATAN

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Materi : Tata Krama Pribadi

A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d, atau e sesuai dengan jawaban yang paling tepat!

1. Bersikap sopan santun harus di biasakan sejak dini dengan mengambil contoh teladan dari…..

a. tetangga d. majalah

b. teman e. orang tua

c. televisi

2. Sopan santun dalam ajaran islam disebut……

a. tata karma d. perilaku b. budi pekerti e. moral c. adab

3. Budaya berhias dan berpakaian merupakan salah satu ciri…..manusia sebagai mahluk terhormat

a. kewajiban d. kelakuan b. kebiasaan e. perilaku c. peradaban

4. Pegangan utama yang perlu diperhatikan dalam berpakaian adalah….. a. keindahan d. tidak berlebihan b. harga pakaian e. sesuai selera pribadi c. sesuai dengan zaman

5. Dalam surah An Nur ayat 31, telah dijelaskan tentang larangan menampakan perhiasan, kecuali…..

a. muka d. muka dan kedua telapak tangan b. dua telapak tangan e. bentuk tubuh

c. rambut

6. Perintah mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh terdapat dalam surah….. a. An Nur 31 d. Ali Imran 19 b. Al Ahzab 59 e. An Nisa 59

c. Al Baqarah 183

7. Putri Abu Bakar yang ditegur Rasulullah saw. Karena memakai pakaian tipis adalah…..

a. fatimah d. hafsoh

b. umi kulsum e. asma c. ummu salamah


(5)

8. Batasan seorang wanita tidak boleh memperlihatkan tubuhnya yaitu pada saat…..

a. 5 tahun d. mumayyiz

b. 9 tahun e. dewasa

c. baligh

9. Aurat laki laki adalah…..

a. dari pusar ke bawah d. dari pusar sampai betis b. antara pusar sampai lutut e. dari pundak sampai lutut c. antara pusar sampai betis

10.Memakai perhiasan emas dan pakaian sutra bagi laki laki menurut sebagian ulama hukumnya…..

a. mubah d. haram

b. sunnah e. makruh

c. wajib

11.Dalam adab bertamu, kita dibolehkan mengetuk pintu sebanyak…. a. satu kali d. tiga kali b. dua kali e. lima kali c. sampai tuan rumah keluar

12.Sabda rasulullah saw, “….. bila saling berpisah, maka berpisahlah dengan ucapan…..”

a. istighfar d. tasbih

b. hamdalah e. tahlil

c. takbir

13.akrimud duyuf artinya…..

a. silaturahmi d. menghormati orangtua

b. ta’aruf e. berda’wah

c. menghormati tamu

14.Adab menyambut tamu, hendaklah dengan…..

a. semangat sekali d. ikhlas b. gelak tawa e. malas c. jamuan mewah

15.Boleh membedakan tamu dalam hal…..

a. kecantikannya d. manfaatnya b. ketampanannya e. takwanya c. status sosialnya

16.Kewajiban menjamu tamu adalah sehari semalam, sedangkan selebihnya adalah….

a. heran d. mubadzir

b. makruh e sedekah


(6)

17.Adab menerima tamu adalah sebagaimana dibawah ini, kecuali... a. ceria d. anti pati

b. sopan e. ramah

c. antusias

18.Bila kita tidak menghendaki tamu yang datang ke rumah, maka boleh menolaknya dengan cara…..

a. mengusir d. marah marah b. ditinggal pergi e. bijaksana c. menutup pintu

19.Fungsi berpakaian yang sesuai dengan tuntunan agama adalah….. a. agar tampak lebih cantik d. agar dapat bersaing

b. agar lebih tinggi status sosialnya e. mencegah timbulnya fitnah c. agar tampil menarik

20.Jika akan memakai pakaian, dahulukanlah anggota badan….. a. tangan d. sebelah kiri

b. kaki e. kepala

c. sebelah kanan

B. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan benar!

1. Jelaskan pengertian berpakaian menurut ilmu fikih! 2. Jelaskan batas aurat wanita muslimah!

3. Jelaskan batas aurat laki laki muslim!

4. Apa hukumnya bagi laki laki yang memakai emas (perhiasan)?

5. Perintah memakai jilbab terdapat dalam Al Alqur’an. Sebutkan dalilnya! 6. Tuliskan hadis yang menjelaskan tentang larangan memperlihatkan tubuh! 7. Jelaskan bentuk pakaian lelaki yang memenuhi unsur kesopanan!

8. Berapa lama kewajiban menghormati tamu? 9. Jelaskan tatakram bertamu!

10.Jelaskan adab menyambut tamu! 11.Apakah pengertian tatakrama

12.Sebutkan fungsi pakaian bagi wanita! 13.Sebutkan syarat syarat berpakaian wanita!

14.Jelaskan menurut pendapatmu, alas an manusia berpakaian ditinjau dari segi agama dan kesehatan!