mentah yang dihasilkan tidak mengandung terlalu banyak zat-zat kimia anorganik Asmir Harun, 1984. Tingginya kadar abu dapat disebabkan beberapa faktor
seperti tanah yang mengandung kalsium tinggi, musim gugur dimana daun akan membusuk. Kadar abu ini dapat tinggi akibat perlakukan yang tidak dianjurkan
misalnya penggumpalan lateks dengan menggunakan ammonium sulfat mengakibatkan kadar abu karet kering tinggi. Faktor pengolahan dapat
mempengaruhi kadar abu, dimana makin besar tinggkat pengolahan maka kadar abu semakin rendah, misalnya lateks yang digumpalkan tanpa pengenceran
mempunyai kadar abu yang lebih tinggi dari pada dengan pengenceran. Dengan kata lain semakin encer lateks yang digumpalkan maka semakin rendah kadar abu
karet yang diperoleh karena sebagian besar akan tercuci bersama serum Kartowardoyo, 1980.
Pada gambar 4.9 dan 4.10 tersebut, besarnya kadar abu dikarenakan adanya kandungan senyawa yang terdapat dalam limbah cair fermentasi tempe. Dimana
semakin besar volume limbah cair tempe maka kadar abu semakin meningkat.
4.2.6 Pengaruh Variasi Limbah Cair Fermentasi Tempe terhadap Nilai Kadar Karet Kering
Penambahan limbah cair fermentasi tempe yang bervariasi dan suhu yang berbeda dapat mempengaruhi nilai kadar karet kering yang digambarkan pada grafik di
bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.11. Hubungan nilai Kadar Karet Kering vs Volume Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu tanpa menggunakan Amonia
Gambar 4.12. Hubungan nilai Kadar Karet Kering vs Volume Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu dengan penambahan Amonia
Hasil penyadapan pohon karet berupa getah cair, KKK 20 – 40 , biasanya 25 – 35
di perkebunan besar dan 20 – 28 di perkebunan karet rakyat. KKK tergantung
pada musim,umur dan keadaan pohon, cara penyadapan dan lain lain.
5 10
15 20
25 30
35
30°C 35°C
40°C N
il a
i K
K K
t a
n p
a A
m o
n ia
Suhu
40 mL asam formiat
20 mL limbah cair tempe 40 mL limbah cair tempe
60 mL limbah cair tempe
5 10
15 20
25 30
30°C 35°C
40°C N
il a
i K
K K
d e
n g
a n
A m
o n
ia
Suhu
40 mL asam formiat 20 mL limbah cair tempe
40 mL limbah cair tempe 60 mL limbah cair tempe
Universitas Sumatera Utara
Lateks kebun mutu I mempunyai KKK 28 dan lateks kebun mutu II mempunyai KKK 20.
Pada gambar 4.11 KKK maksimum tanpa penambahan amonia pada volume 20 mL dan suhu 20
C sebesar 28,5631 . Sedangkan pada gambar 4.12 KKK maksimum dengan penambahan amonia sebesar 25,3458 . Hal ini terjadi
dikarenakan karena adanya penambahan amonia dalam limbah cair fermentasi tempe yang bertindak sebagai anti koagulan, dimana lateks lebih lama menggumpal
dan mempengaruhi berat dari KKK tersebut.
Zat anti koagulan berupa amonia yang termasuk banyak digunakan. Apabila segala sesuatunya dilakukan dengan benar dan cermat maka hasil yang didapat dengan
menggunakan amoniak akan memuaskan. Lateks yang akan diolah menjadi crepe hendaknya tidak diberi amoniak secara berlebihan karena berpengaruh terhadap
warna crepe yang jadi nantinya. Dosis amoniak yang dipakai untuk mencegah terjadinya prakoagulasi adalah 5-10 mL larutan amoniak 2,5 untuk setiap liter
lateks.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan