BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Alat
- Alat Creper Shanghai
- Lab mill Spend Reducer
- Wallace Punch Spend Reducer
- Plastimeter Wallace
- Mooney viskosimeter Sondes
- Cawan Platina
- Pembakar Listrik Karl Kolb
- Oven Gallenkamp
- Muffle furnace Sybron Termolir
- Desikator - Beaker Glass
Pyrex - Bunsen
- Gelas Ukur Pyrex
- Pipet Tetes - Kaki Tiga
- Kawat Kasa - Neraca Analitis
- Termometer
Universitas Sumatera Utara
3.2. Bahan
- Lateks STIPAP, Sumatera Utara
- Limbah Cair Tempe - Kertas Lakmus Indikator
- Kertas Sigaret - Mineral Terpentin
- Curio Ts Sol 36 -Amonia
-Asam Formiat
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1. Pengambilan limbah cair tempe
Diambil limbah cair tempe sebanyak 600 mL, kemudian dimasukkan ke dalam wadah dan disaring limbah cair tempe lalu dimasukkan filtrat ke dalam beaker glass.
3.3.2 Pengambilan lateks
Diambil lateks sebanyak 1000 mL, kemudian disaring lateks, lalu dihomogenkan lateks.
3.3.3. Pengambilan Asam Formiat sebagai control
Diukur Asam Formiat 67 sebanyak 80 ml, kemudian diukur sebanyak 40 ml sebagai kontrol penggumpal tanpa amonia, lalu diukur sebanyak 40 ml sebagai
kontrol penggumpal dengan amonia.
Universitas Sumatera Utara
3.3.4. Pembuatan Amonia 2,5 sebagai anti koagulan
Diukur 50 ml amonia 25 , lalu dimasukkan kedalam labu takar 500 ml, kemudian dihomogenkan, lalu diambil amonia 2,5 sebanyak 10 ml.
3.3.5. Penggunaan limbah cair fermentasi tempe sebagai penggumpal lateks tanpa penambahan amonia
Disediakan lateks sebanyak 1000 ml, kemudian masing-masing 100 ml lateks dimasukkan ke dalam 10 mangkok penggumpal, untuk mangkok 1; ditambahkan
asam formiat sebanyak 40 ml, asam formiat digunakan sebagai kontrol, lalu untuk mangkok ke 2 sampai ke 4 ditambahkan limbah cair tempe dengan variasi volume
penambahan 20 mL; 40 mL; dan 60 mL pada suhu 30
o
C, lalu untuk mangkok ke 5 sampai ke 7 ditambahkan limbah cair tempe dengan variasi volume penambahan 20
mL; 40 mL; dan 60 mL dengan suhu dinaikkan menjadi 35 C , lalu untuk mangkok
ke 8 sampai ke 10 ditambahkan limbah cair tempe dengan variasi volume penambahan 20 mL; 40 mL; dan 60 mL dengan suhu dinaikkan menjadi 40
C, kemudian masing-masing koagulum karet yang terbentuk digiling dengan alat creper
sebanyak enam kali gilingan dan dikeringkan 7 hari sehingga menghasilkan karet kering, kemudian setelah itu masing-masing koagulum karet yang sudah kering
digiling dengan lab mill sebanyak tiga kali, lalu karet kering yang dihasilkan diuji mutu karetnya yaitu Plastisitas Awal Po, Plastisitas Retensi Indeks PRI,
Viskositas Mooney, Kadar Abu, Kadar Kotoran, Kadar Karet Kering KKK sesuai dengan ketentuan SIR Standar Indonesia Rubber.
3.3.6. Penggunaan limbah cair fermentasi tempe sebagai penggumpal lateks dengan penambahan amonia
Disediakan lateks kebun sebanyak 1000 ml, kemudian ditambahkan amonia 2,5 sebanyak 10 ml kedalam 1000 ml lateks kebun, lalu di diamkan selama 5 jam,
Universitas Sumatera Utara
kemudian masing-masing 100 ml lateks dimasukkan ke dalam 10 mangkok penggumpal, untuk mangkok 1; ditambahkan asam formiat sebanyak 40 ml, asam
formiat digunakan sebagai kontrol, lalu untuk mangkok ke 2 sampai ke 4 ditambahkan limbah cair tempe dengan variasi volume penambahan 20 mL; 40 mL;
dan 60 mL pada suhu 30
o
C, lalu untuk mangkok ke 5 sampai ke 7 ditambahkan limbah cair tempe dengan variasi volume penambahan 20 mL; 40 mL; dan 60 ml
dengan suhu dinaikkan menjadi 35 C , lalu untuk mangkok ke 8 sampai ke 10
ditambahkan limbah cair tempe dengan variasi volume penambahan 20 mL; 40 mL; dan 60 mL dengan suhu dinaikkan menjadi 40
C, kemudian masing-masing koagulum karet yang terbentuk digiling dengan alat creper sebanyak enam kali
gilingan dan dikeringkan 7 hari sehingga menghasilkan karet kering, kemudian setelah itu masing-masing koagulum karet yang sudah kering digiling dengan lab
mill sebanyak tiga kali, lalu karet kering yang dihasilkan diuji mutu karetnya yaitu Plastisitas Awal Po, Plastisitas Retensi Indeks PRI, Viskositas Mooney, Kadar
Abu, Kadar Kotoran, Kadar Karet Kering KKK sesuai dengan ketentuan SIR Standar Indonesia Rubber.
3.4 Pengujian Mutu Karet
3.4.1. Penetapan nilai Plastisitas Awal Po dan Plastisitas Retensi Index PRI
Ditimbang sekitar 15 gram lateks yang sudah dikeringkan, lalu digiling dengan gilingan laboratorium sebanyak tiga kali, lalu lembaran karet tersebut dilipat dua,
ditekan perlahan-lahan dengan telapak tangan.
Kemudian lembaran karet tersebut dipotong dengan alat wallace punch sebanyak enam buah potongan uji dengan diameter 13 mm.
Universitas Sumatera Utara
Adapun lembaran karet yang telah dipotong dengan alat Wallace punch dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut :
Gambar 3.1 Lembaran Karet Setelah Dipotong dengan Alat Wallace Punch
Untuk pengukuran plastisitas awal diambil potongan uji 1, sedangkan potongan uji 2 untuk pengukuran plastisitas setelah pemanasan. Diletakkan
potongan uji 2 untuk pengukuran plastisitas setelah pengusangan di atas baki dan dimasukkan ke dalam oven pada suhu 140
C selama 30 menit. Lalu dikeluarkan
kemudian didinginkan sampai suhu kamar. Sementara potongan uji 1 sebanyak
tiga buah diletakkan satu persatu diantara dua lembar kertas sigaret yang berukuran 35 mm x 45 mm selanjutnya diletakkan di atas piringan plastimeter lalu piringan
plastimeter tersebut ditutup. Setelah ketukan pertama piringan bawah plastimeter akan bergerak ke atas selama 15 detik dan menekan piringan atas. Dilanjutkan
sampai ketukan berakhir yang ditandai dengan angka jarum mikrometer berhenti
bergerak pada nilai plastisitas karet. Sedangkan potongan uji 2 setelah pengusangan tadi diukur dengan cara yang sama dan tiga potongan uji dari setiap
contoh diambil angka rata-ratanya dan dibulatkan.
1 2
1
2 1
2
Universitas Sumatera Utara
Plastisitas Retensi Index PRI dapat dihitung dengan persamaan 3.1 sebagai berikut :
PRI = × 100
3.1
Dimana: Pa = Plastisitas setelah pemanasan
Po = Plastisitas sebelum pemanasan
3.4.2. Penetapan Viskositas Mooney
Sebelum pengukuran dilakukan, alat viskosimeter terlebih dahulu dipanaskan
selama 1 jam. Masing-masing lembaran contoh karet diambil 2 buah potongan uji
dengan menggunakan alat wallace punch sehingga ukuran diameternya sama dengan ukuran diameter rotor lalu dimasukkan rotor ke contoh karet pertama yang
telah diberi lubang dengan gunting lalu dimasukkan bersama-sama ke stator bawah. Contoh kedua diletakkan tepat di atas rotor kemudian ditutup stator atas dan setelah
tertutup stopwatch dihidupkan. Setelah tepat satu menit, dijalankan rotor. Setiap setengah menit dilihat nilai viskositas pada alat penunjuk. Angka yang ditunjukkan
jarum mikrometer setelah menit keempat adalah nilai viskositas karet.
Nilai viskositas mooney dapat digunakan dengan menggunakan persamaan
3.2 sebagai berikut :
ML1+ 4
×
100
o
C
3.2
Dimana : M = Pembacaan nilai viskositas setelah 4 menit
L = Besar rotor yang digunakan
Universitas Sumatera Utara
1 = 1 menit waktu pemanasan 4 = Waktu 4 menit lamanya pengujian
100
o
C = Suhu pengujian .
3.4.3. Penentuan Kadar Kotoran
Ditimbang sample sebanyak 10 gram, kemudian dimasukkan kedalam Erlenmeyer yang telah diisi mineral terpentin sebanyak 230
mL dan Curio Ts Sol 36 sebanyak 1,2 ml. Dipanaskan pada box infrared dengan suhu 255
o
C selama 2 jam dan selama pemanasan diguncang beberapa kali sampai larut dengan baik. Sebelumnya saringan
ditimbang dalam keadaan kosong dan dicatat nomor saringannya. Setelah 2 jam kemudian larutan disaring, kemudian dibilas Erlenmeyer dengan washing bottle
untuk membersihkan kotoran yang tinggal di dasar Erlenmeyer.Dikeringkan saringan di dalam oven selama 1 jam sampai mencapai suhu kamar 100
o
C lalu didinginkan saringan beserta kotoran. Kemudian ditimbang dan dicatat berat
saringan yang berisi kotoran kotoran.
Kadar kotoran dapat dihitung dengan persamaan 3.3 sebagai berikut :
Kadar kotoran = × 100
3.3
Dimana: A = bobot saringan + kotoran
B = bobot saringan kosong C = bobot contoh
3.4.4. Penetapan Kadar Abu
Ditimbang masing-masing 5 gram contoh karet yang telah diseragamkan lalu dipotong-potong. Selanjutnya dimasukkan ke dalam cawan platina yang telah
Universitas Sumatera Utara
dikeringkan dan telah diketahui bobotnya. Masing-masing cawan yang berisi karet kemudian dipindahkan di atas pembakar listrikgas sampai tidak keluar
asap. Lalu pemijaran diteruskan di dalam tanur pada suhu 550 C selama dua jam
sampai tidak berjelaga lagi. Didinginkan cawan yang berisi abu di dalam desikator sampai suhu kamar selama 30 menit kemudian ditimbang.
Kadar abu dapat dihitung dengan persamaan 3.4 sebagai berikut :
Kadar Abu
= ×
100 3.4
Dimana: A = berat cawan platina + abu
B = berat cawan platina C = berat contoh
3.4.5. Penentuan Kadar Karet Kering KKK
Ditimbang lateks untuk menentukan bobot lateks, kemudian digiling karet kering 25 kali dengan ketebalan 6,9 mm untuk membersihkan sampel dari kontaminan
seperti potongan kulit karet, lumut, daun, pasir dan sebagainya, lalu digulung hasil gilingan dan ditimbang kembali untuk menentukan bobot karet kering.
Kadar karet kering dapat dihitung dengan persamaan 3.5 sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
KKK = x 100
3.5
3.5 Bagan Penelitian
3.5.1 Penentuan limbah cair fermentasi tempe
Limbah Cair Tempe
Diambil limbah dari pabrik tempe Dimasukkan ke dalam wadah
Ditutup rapat Disaring
Limbah Tempe Residu
3.5.2. Pengambilan lateks kebun
Lateks Kebun
Diambil sebanyak 1000 mL Disaring dengan ukuran 40 mesh
Dihomogenkan
Lateks Bersih
Universitas Sumatera Utara
3.5.3. Pengambilan Asam Formiat sebagai control
Asam Formiat 67
Diukur sebanyak 40 ml sebagai kontrol tanpa menggunakan amonia
Diukur sebanyak 40 ml sebagai kontrol dengan menggunakan amonia
Diukur sebanyak 80 ml
Hasil
3.5.4. Pembuatan Amonia 2,5 sebagai anti koagulan
Amonia 25 Diukur 50 ml
Dimasukkan kedalam labu takar 500 ml Dihomogenkan
Amonia 2,5 Diukur 10 ml
Hasil
Universitas Sumatera Utara
3.5.5. Limbah cair fermentasi tempe digunakan sebagai penggumpal lateks tanpa penambahan amonia
Lateks Dimasukkan 100 mL kedalam
mangkok penggumpal Ditambahkan 20 mL limbah cair
fermentasi tempe
Koagulum Digiling dengan alat creeper sebanyak 6 kali
Creeper Dikeringkan selama 7 hari
Karet Kering Digiling dengan lab mill sebanyak 3 kali
Pengujian Mutu Karet
Plastisitas Awal Po
Plastisitas Retensi
index PRI Viskositas
Mooney Kadar
Abu Kadar
Kotoran KKK
Disesuaikan pada suhu 30
o
C
Catatan : Perlakuan yang sama diulang dengan variasi volume limbah tempe 40 dan 60
ml dan variasi suhu 30 C
; 35 C
; dan 40 C.
Universitas Sumatera Utara
3.5.6. Limbah cair fermentasi tempe digunakan sebagai penggumpal lateks dengan penambahan amonia
Lateks
Dimasukkan 100 mL kedalam mangkok penggumpal
Ditambahkan 20 mL limbah cair fermentasi tempe
Koagulum Digiling dengan alat creeper sebanyak 6 kali
Creeper Dikeringkan selama 7 hari
Karet Kering Digiling dengan lab mill sebanyak 3 kali
Pengujian Mutu Karet
Plastisitas Awal Po
Plastisitas Retensi
index PRI Viskositas
Mooney Kadar
Abu Kadar
Kotoran KKK
Disesuaikan pada suhu 30
o
C Ditambahkan 10 ml amonia 2,5
Didiamkan selama 5 jam
Catatan : Perlakuan yang sama diulang dengan variasi volume limbah tempe 40 dan 60
ml dan variasi suhu 30 C
; 35 C
; dan 40 C.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Pengujian Mutu Karet dalam Penetapan Nilai Plastisitas
Awal Po dan Plastisitas Retensi Indeks PRI
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengaruh penambahan limbah cair fermentasi tempe terhadap lateks dengan perbandingan tanpa penambahan amonia
dan dengan penambahan amonia diperoleh nilai Plastisitas Awal Po dan Plastisitas Retensi Indeks PRI yang di paparkan pada tabel 4.1 dan 4.2.
Tabel 4.1 Nilai Plastisitas Awal dan Plastisitas Retensi Indeks karet dengan Penggumpal Limbah Cair Fermentasi Tempe tanpa Penambahan Amonia
Perlakuan Po
Nilai Tengah
P.30 Nilai
Tengah PRI
I II
III I
II III
40 ml asam formiat 46 47 47
46,667 33 34 32 33
70,714 20 ml limbah cair
tempe suhu 30 C
44 43 42 43
29 30 29 29,333
68,216 40 ml limbah cair
tempe suhu 30 C
39 40 41 40
27 26 28 27
67,5 60 ml limbah cair
tempe suhu 30 C
41 38 38 39
27 26 26 26,333
67,521 20 ml limbah cair
tempe suhu 35 C
41 41 41 41
27 28 26 27
65,854 40 ml limbah cair
tempe suhu 35 C
38 39 38 38,333
25 25 25 25
65,218 60 ml limbah cair
tempe suhu 35 C
37 38 36 37
23 21 23 22,333
60,359 20 ml limbah cair
tempe suhu 40 C
39 39 40 39,333
25 25 25 25
63,56 40 ml limbah cair
tempe suhu 40 C
38 38 38 38
21 24 22 22,333
58,771 60 ml limbah cair
tempe suhu 40 C
36 37 37 36,667
19 20 22 20,333
55,453
Tabel 4.2 Nilai Plastisitas Awal dan Plastisitas Retensi Indeks karet dengan
Universitas Sumatera Utara
Penggumpal Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Penambahan Amonia
Perlakuan Po
Nilai Tengah
P.30 Nilai
Tengah PRI
I II
III I
II III
40 ml asam formiat
41 41
41 41
30 30 31 30,333
73,984
20 ml limbah cair tempe suhu 30
C
41 42
40 41
26 26 26 26
63,415
40 ml limbah cair tempe suhu 30
C
39 38
40 39
24 25 23 24 61,538
60 ml limbah cair tempe suhu30
C
39 39
38 38,667 24 24 23
23,667 61,206
20 ml limbah cair tempe suhu 35
C
39 39
39 39
25 24 24 24,333
62,393
40 ml limbah cair tempe suhu 35
C
37 38
37 37,333
21 21 21 21
58,929
60 ml limbah cair tempe suhu35
C
39 39
39 39
22 21 21 21,333
54,7
20 ml limbah cair tempe suhu 40
C
40 38
39 39
21 21 21 21
53,846
40 ml limbah cair tempe suhu 40
C
37 37
36 36,667
19 18 18 18,333
49,107
60 ml limbah cair tempe suhu 40
C
37 36
36 36,333
19 19 18 18,667
51,377
4.1.2 Hasil Pengujian Mutu Karet Dalam Penetapan Viskositas Mooney
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengaruh penambahan limbah cair fermentasi tempe terhadap lateks dengan perbandingan tanpa penambahan amonia
dan dengan penambahan amonia diperoleh nilai viskositas mooney yang di paparkan pada tabel 4.3 dan 4.4.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Nilai Viskositas Mooney dengan Penggumpal Limbah Cair Fermentasi Tempe tanpa Penambahan Amonia
Perlakuan Menit
Rata-rata
1.00 1.30 2.00 2.30 3.00 3.30 4.00
40 ml asam formiat 68
68 67
66 66
67 68
67,14286
20 ml limbah cair tempe suhu 30
C
82 80
80 80
79 79
78 79,71429
40 ml limbah cair tempe suhu 30
C
80 79
78 79
79 79
78 78,8572
60 ml limbah cair tempe suhu 30
C
74 64
65 63
63 65
64 65,4286
20 ml limbah cair tempe suhu 35
C
104 78
68 69
68 70
71 75,28571
40 ml limbah cair tempe suhu 35
C
82 79
79 78
67 67
66 74
60 ml limbah cair tempe suhu 35
C
80 78
79 77
74 67
66 74,4286
20 ml limbah cair tempe suhu 40
C
76 73
70 69
67 66
65 69,4286
40 ml limbah cair tempe suhu 40
C
59 60
61 61
61 61
60 60,4286
60 ml limbah cair tempe suhu 40
C
65 66
66 63
60 60
54 62
Tabel 4.4 Nilai Viskositas Mooney dengan Penggumpal Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Penambahan Amonia
Perlakuan Menit
Rata- rata
1.00 1.30 2.00 2.30 3.00 3.30 4.00
40 ml asam formiat 59
60 61
61 61
61 60
60,4286
20 ml limbah cair tempe suhu 30
C
70 64
65 62
63 65
64 64,7143
40 ml limbah cair tempe suhu 30
C
62 61
59 59
58 57
57 59
60 ml limbah cair tempe suhu 30
C
59 58
57 58
56 56
55 57
20 ml limbah cair tempe suhu 35
C
80 79
78 79
79 79
78 78,8571
40 ml limbah cair tempe suhu 35
C
76 73
70 69
67 66
65 69,4286
60 ml limbah cair tempe suhu 35
C
62 60
60 61
59 59
58 59,8571
20 ml limbah cair tempe suhu 40
C
84 82
80 80
79 79
78 80,2857
40 ml limbah cair tempe suhu 40
C
70 69
69 67
66 67
65 67,5714
60 ml limbah cair tempe suhu 40
C
60 59
60 61
62 61
60 60,4286
Universitas Sumatera Utara
4.1.3 Hasil Pengujian Mutu Karet Dalam Penetapan Kadar Kotoran
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengaruh penambahan limbah cair fermentasi tempe terhadap lateks dengan perbandingan tanpa penambahan amonia
dan dengan penambahan amonia diperoleh nilai kadar kotoran yang di paparkan pada tabel 4.5 dan 4.6.
Tabel 4.5 Nilai Kadar Kotoran dengan Penggumpal Limbah Cair Fermentasi Tempe tanpa Penambahan Amonia
Perlakuan Berat
Karet Berat
Saringa n
Saringan + Berat
Kotoran Berat
Kotora n
Kadar Kotoran
40 ml asam formiat 10,0021
18,3806 18,3812
0,0006 0,006
20 ml limbah cair tempe suhu 30
C 10,0034
18,4223 18,4257
0,0034 0,034
40 ml limbah cair tempe suhu 30
C 10,0013
18,1216 18,1283
0,0067 0,067
60 ml limbah cair tempe suhu 30
C 10,0062
18,6821 18,6950
0,0129 0,129
20 ml limbah cair tempe suhu 35
C 10,0059
18,7296 18,7322
0,0026 0,026
40 ml limbah cair tempe suhu 35
C 10,0018
18,3224 18,3256
0,0032 0,032
60 ml limbah cair tempe suhu 35
C 10,0072
18,1987 18,2043
0,0056 0,056
20 ml limbah cair tempe suhu 40
C 10,0074
18,6445 18,6466
0,0021 0,021
40 ml limbah cair tempe suhu 40
C 10,0024
18,3239 18,3322
0,0083 0,083
60 ml limbah cair tempe suhu 40
C 10,0037
18,8254 18,8348
0,0094 0,094
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Nilai Kadar Kotoran dengan Penggumpal Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Penambahan Amonia
Perlakuan Berat
Karet Berat
Saringa n
Saringan + Berat
Kotoran Berat
Kotora n
Kadar Kotoran
40 ml asam formiat 10,0006
18,9775 18,9792
0,0017 0,017
20 ml limbah cair tempe suhu 30
C 10,0016
18,6817 18,6875
0,0058 0,058
40 ml limbah cair tempe suhu 30
C 10,0057
18,8140 18,8212
0,0072 0,072
60 ml limbah cair tempe suhu 30
C 10,0091
18,3267 18,3412
0,0145 0,145
20 ml limbah cair tempe suhu 35
C 10,0002
18,5470 18,5535
0,0065 0,065
40 ml limbah cair tempe suhu 35
C 10,0004
18,3494 18,3541
0,0047 0,047
60 ml limbah cair tempe suhu 35
C 10,0049
18,6249 18,6347
0,0098 0,098
20 ml limbah cair tempe suhu 40
C 10,0033
18,3697 18,3773
0,0076 0,076
40 ml limbah cair tempe suhu 40
C 10,0031
18,9288 18,9380
0,0092 0,092
60 ml limbah cair tempe suhu 40
C 10,0057
18,7607 18,7887
0,0128 0,128
4.1.4 Hasil Pengujian Mutu Karet Dalam Penetapan Kadar Abu
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengaruh penambahan limbah cair fermentasi tempe terhadap lateks dengan perbandingan tanpa menggunakan amonia
dan menggunakan amonia diperoleh nilai kadar abu yang di paparkan pada tabel 4.7 dan 4.8
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Nilai Kadar Abu dengan Penggumpal Limbah Cair Fermentasi Tempe tanpa Penambahan Amonia
Perlakuan Berat
Karet g
Berat Cawan
g Berat
Cawan + Abu g
Berat Abu
g
Kadar Abu
20 ml asam formiat 5,0027
29,7509 29,7740
0,0231 0,461
20 ml limbah cair tempe suhu 30
C 5,0092
27,2171 27,2357
0,0186 0,372
40 ml limbah cair tempe suhu 30
C 5,0034
27,6285 27,6482
0,0197 0,394
60 ml limbah cair tempe suhu 30
C 5,0018
27,4558 27,4906
0,0348 0,695
20 ml limbah cair tempe suhu 35
C 5,0096
28,9153 28,9389
0,0236 0,472
40 ml limbah cair tempe suhu 35
C 5,0013
28,3379 28,3575
0,0196 0,392
60 ml limbah cair tempe suhu 35
C 5,0001
28,1403 28,1810
0,0407 0,813
20 ml limbah cair tempe suhu 40
C 5,0056
28,4998 28,5136
0,0138 0,276
40 ml limbah cair tempe suhu 40
C 5,0038
29,9816 29,9831
0,0386 0,772
60 ml limbah cair tempe suhu 40
C 5,0058
29,6246 29,6684
0,0438 0,875
Tabel 4.8 Nilai Kadar Abu dengan Penggumpal Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Penambahan Amonia
Perlakuan Berat
Karet g
Berat Cawan
g Berat
Cawan + Abu g
Berat Abu
g
Kadar Abu
20 ml asam formiat 5,0012
28,7652 28,7915
0,0263 0,526
20 ml limbah cair tempe suhu 30
C 5,0036
28,2102 28,2169
0,0067 0,134
40 ml limbah cair tempe suhu 30
C 5,0008
28,5529 28,6001
0,0236 0,472
60 ml limbah cair tempe suhu 30
C 5,0076
28,3216 28,3513
0,0297 0,593
20 ml limbah cair tempe suhu 35
C 5,0029
27,9328 27,9523
0,0195 0,390
40 ml limbah cair tempe suhu 35
C 5,0081
27,0219 27,0577
0,0358 0,714
60 ml limbah cair tempe suhu 35
C 5,0032
28,5410 28,5826
0,0416 0,832
20 ml limbah cair tempe suhu 40
C 5,0037
28,5521 28,5644
0,0123 0,246
40 ml limbah cair tempe suhu 40
C 5,0086
28,9174 28,9593
0,0419 0,837
60 ml limbah cair tempe suhu 40
C 5,0017
27,2289 27,2739
0,0450 0,899
Universitas Sumatera Utara
4.1.5 Hasil Pengujian Mutu Karet Dalam Penetapan Kadar Karet Kering
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengaruh penambahan limbah cair fermentasi tempe terhadap lateks dengan perbandingan tanpa menggunakan amonia
dan menggunakan amonia diperoleh nilai kadar karet kering yang di paparkan pada tabel 4.9 dan 4.10
Tabel 4.9 Nilai Kadar Karet Kering dengan Penggumpal Limbah Cair Fermentasi Tempe tanpa Penambahan Amonia
Perlakuan
Berat Mangkuk
Berat Mangkuk
+ Lateks Berat
Lateks Berat
Karet Kering
Kadar Karet
Kering
20 ml asam formiat 25,6392
159,9094 134,2702
38,1237 28,3933
20 ml limbah cair tempe suhu 30
C 25,7172
156,6409 130,9237
36,1661 27,6238
40 ml limbah cair tempe suhu 30
C 25,6523
174,9259 149,2376
36,0024 24,1242
60 ml limbah cair tempe suhu 30
C 25,7475
187,4607 161,7132
35,4533 21,9237
20 ml limbah cair tempe suhu 35
C 25,9300
157,1684 131,2384
37,4858 28,5631
40 ml limbah cair tempe suhu 35
C 25,9833
175,9066 149,9233
37,3798 24,9326
60 ml limbah cair tempe suhu 35
C 26,1581
188,3630 162,2049
35,8857 22,1237
20 ml limbah cair tempe suhu 40
C 25,7135
157,5807 131,8672
37,9635 28,7892
40 ml limbah cair tempe suhu 40
C 25,9384
176,0749 150,1365
37,6877 25,1023
60 ml limbah cair tempe suhu 40
C 25,8632
188,2098 162,3466
37,1391 22,8764
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 Nilai Kadar Karet Kering dengan Penggumpal Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan penambahan amonia
Perlakuan
Berat Mangkuk
Berat Mangkuk
+ Lateks Berat
Lateks Berat
Karet Kering
Kadar Karet
Kering
20 ml asam formiat 25,6392
162,6132 136,9740
37,4196 27,3188
20 ml limbah cair tempe suhu 30
C 25,7172
159,5626 133,8454
33,1370 24,7577
40 ml limbah cair tempe suhu 30
C 25,6523
180,1100 154,4577
33,8499 21,9153
60 ml limbah cair tempe suhu 30
C 25,7475
197,5670 171,8195
33,6451 19,5817
20 ml limbah cair tempe suhu 35
C 25,9300
161,3002 135,3702
33,5382 24,7752
40 ml limbah cair tempe suhu 35
C 25,9833
179,6984 153,7151
33,7363 21,9473
60 ml limbah cair tempe suhu 35
C 26,1581
198,3482 172,1901
34,0281 19,7619
20 ml limbah cair tempe suhu 40
C 25,7135
160,9802 135,2667
34,2845 25,3458
40 ml limbah cair tempe suhu 40
C 25,9384
177,9580 152,0196
34,2816 22,5508
60 ml limbah cair tempe suhu 40
C 25,8632
197,6376 171,7744
34,8219 20,2719
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Variasi Limbah cair fermentasi tempe terhadap nilai Plastisitas Awal Po
Penambahan limbah cair fermentasi tempe yang bervariasi dan suhu yang berbeda dapat mempengaruhi nilai Plastisitas Awal Po yang digambarkan pada gambar di
bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Hubungan nilai Plastisitas Awal Po vs Volume Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu dengan penambahan Amonia
Gambar 4.2 Hubungan nilai Plastisitas Awal Po vs VolumeLimbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu dengan Penambahan Amonia
Plastisitas Awal Po adalah plastisitas karet mentah yang langsung diuji tanpa perlakuan khusus sebelumnya. Syarat uji minimum Po = 30 untuk semua jenis SIR.
Pada gambar 4.1 dan 4.2 menunjukkan bahwa semakin banyak volume limbah cair
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
30°C 35°C
40°C N
il a
i P
o t
a n
p a
A m
o n
ia
Suhu
40 mL asam formiat
20 mL limbah cair tempe 40 mL limbah cair tempe
60 mL limbah cair tempe
5 10
15 20
25 30
35 40
45
30°C 35°C
40°C
Nil ai
P o
d en
gan Am
on ia
Suhu
40 mL asam formiat 20 mL limbah cair tempe
40 mL limbah cair tempe
60 mL limbah cair tempe
Universitas Sumatera Utara
tempe yang ditambahkan pada lateks memberikan nilai Po yang semakin rendah dan suhu yang semakin tinggi mengakibatkan nilai Po yang juga semakin rendah.
Hal ini disebabkan karena konsentrasi senyawa anti oksidan alamiah dalam karet semakin kecil, yang teradsorbsi ke dalam serum yang menjadikan nilai Po
menurun. Adanya lipid yang terdapat dalam lateks akan terhidrolisa menghasilkan asam lemak bebas dan teradsorbsi ke dalam karet sehingga nilai Po menurun.
Di dalam lateks, selain hidrokarbon karet polimer poliisoprena, terkandung juga berbagai senyawa penting antara lain lipid dan protein. Lipid berperan sebagai
antioksidan, yakni bahan pencegah terjadinya oksidasi terhadap molekul karet. Sedangkan protein, selain berfungsi sebagai penstabil sistem koloid lateks juga
berperan sebagai bahan yang mempercepat proses vulkanisasi pada pembuatan barang jadi karet. Masuknya kontaminan ke dalam karet, akan merusak bahan-
bahan alami tersebut . Kontaminasi terhadap sesuatu produk diartikan sebagai pencemaran. Dengan demikian kontaminan bisa didefinisikan sebagai zat
pencemar, karena berdampak buruk terhadap mutu Riset, 2004.
Penambahan volume limbah cair fermentasi tempe tanpa penambahan amonia dengan perbandingan 20:100 vv karet dan suhu 30
o
C yang menghasilkan nilai Plastisitas Awal yang maksimum sebesar 43. Sedangkan Penambahan volume
limbah cair fermentasi tempe dengan penambahan amonia dengan perbandingan 20:100 vv karet dan suhu 30
o
C yang menghasilkan nilai Plastisitas Awal yang maksimum sebesar 41.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2 Pengaruh Variasi Limbah Cair Fermentasi Tempe terhadap Nilai Plastisitas Retensi Indeks PRI
Penambahan limbah cair fermentasi tempe yang bervariasi dan suhu yang berbeda dapat mempengaruhi nilai Plastisitas Retensi Indeks PRI yang digambarkan pada
gambar di bawah ini :
Gambar 4.3 Hubungan nilai Plastisitas Retensi Indeks PRI vs Volume Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu tanpa penambahan
Amonia
10 20
30 40
50 60
70
80
30°C 35°C
40°C N
il a
i P
R I
ta n
p a
A m
o n
ia
Suhu
40 mL asam formiat 20 mL limbah cair tempe
40 mL limbah cair tempe 60 mL limbah cair tempe
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4 Hubungan nilai Plastisitas Retensi Indeks PRI vs VolumeLimbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu dengan
penambahan Amonia
Terjadinya reaksi oksidasi pada molekul karet dikarenakan adanya ikatan rangkap. Oksidasi karet oleh udara O
2
terjadi pada ikatan rangkap yang akan berakhir dengan pemutusan ikatan rangkap, sehingga rantai polimer akan semakin pendek.
Terjadinya pemutusan rantai polimer menyebabkan sifat viskositas dan PRI dan Po karet menurun.Ompusunggu, 1987.
Nilai PRI yang tinggi menunjukkan bahwa karet tahan terhadap oksidasi khususnya pada suhu tinggi, sebaliknya karet dengan nilai PRI rendah akan peka terhadap
oksidasi dan pada suhu tinggi cepat lunak. Faktor utama yang mempengaruhi nilai PRI adalah perimbangan prooksidan dan anti oksidan dalam karet Wadah, 1991.
Kandungan ion – ion logam adalah zat pro-oksidasi yang dalam bentuk ion
merupakan katalis reaksi oksidasi pada karet sehingga dalam jumlah yang melewati batas konsentrasinya akan merusak mutu karet, sehingga oksidasi dipercepat dan
mengakibatkan nilai PRI karet menjadi rendah. Reaksi oksidasi yang menyebabkan karet menjadi lunak. Limbah cair fermentasi tempe mengandung ion besi Fe yang
sedikit sehingga karet yang dihasilkan lebih tahan terhadap oksidasi. Pada gambar
10 20
30 40
50 60
70 80
30°C 35°C
40°C N
il a
i P
R I
d e
n g
a n
A m
o n
ia
Suhu
40 mL asam formiat 20 mL limbah cair tempe
40 mL limbah cair tempe 60 mL limbah cair tempe
Universitas Sumatera Utara
4.3 menunjukkan nilai PRI maksimum tanpa penambahan amonia pada perbandingan variasi volume 20 mL dan suhu 30
o
C yaitu sebesar 68,216. Sedangkan pada gambar 4.4 limbah cair fermentasi tempe dengan penambahan
amonia mengalami penurunan yaitu PRI maksimum pada perbandingan variasi volume 20 mL dan suhu 30
o
C sebesar 63,415, dikarenakan adanya penambahan amonia yang menyebabkan nilai PRI mengalami penurunan.
4.2.3 Pengaruh Variasi Limbah Cair Fermentasi Tempe terhadap Nilai Viskositas Mooney
Penambahan limbah cair fermentasi tempe yang bervariasi dan suhu yang berbeda dapat mempengaruhi nilai viskositas mooney yang digambarkan pada gambar di
bawah ini :
Gambar 4.5 Hubungan nilai Viskositas Mooney vs Volume Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu tanpa penambahan Amonia
10 20
30 40
50 60
70 80
90
30°C 35°C
40°C N
il a
i V
M ta
n p
a A
m o
n ia
Suhu
40 mL asam formiat 20 mL limbah cair tempe
40 mL limbah cair tempe 60 mL limbah cair tempe
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.6 Hubungan nilai Viskositas Mooney vs Volume Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu dengan menggunakan Amonia
Viskositas Mooney menunjukkan pangjangnya rantai molekul karet atau berat molekul serta derajat pengikatan silang rantai molekulnya. Pada umumnya semakin
tinggi berat molekul BM hidrokarbon karet semakin panjang rantai molekul dan semakin tinggi tahanan terhadap aliran, dengan kata lain karet nya semakin viskous
dan keras.
Apabila berat molekul tinggi maka viskositas mooney akan naik sehingga karetmenjadi viskous dan keras sehingga energi yang dibutuhkan untuk melumat
karet sangat besar maka akan kurang menguntungkan maka hal itu tidak dikehendaki oleh konsumen. Sebaliknya apabila viskositasnya rendah hidrokarbon
karet dengan berat molekul yang rendah membutuhkan energi yang lebih sedikit jumlahnya, tetapi sifat fisika yang dihasilkan kurang baik.Oleh karena itu karet
alam dengan berat molekul yang medium dapat memberikan titik temu antara energi yang hemat dengan sifat fisika yang unggul. Derajat pengikat silang rantai
molekul yang tinggi menyatakan semakin banyak reaksi ikatan silang cross linking reaction yang terjadi, sehingga akan meningkatkan nilai viskositas
Mooney karet alam Reffrizon. 2003.
10 20
30 40
50 60
70 80
90
30°C 35°C
40°C N
il a
i V
M d
e n
g a
n A
m o
n ia
Suhu
40 mL asam formiat
20 mL limbah cair tempe 40 mL limbah cair tempe
60 mL limbah cair tempe
Universitas Sumatera Utara
Penggumpalan dengan asam formiat menghasilkan nilai viskositas rendah dibandingkan dengan cara mikrobiologi, panas maupun alami. Penggumpalan
secara alami menyebabkan nilai viskositas tinggi dan tidak seragam karena proses penggumpalannya tidak serentak dan merata.
Pada gambar 4.5 menunjukkan bahwa nilai viskositas mooney tanpa penambahan amonia dengan asam formiat yang lebih kecil sebesar 67,143, sedangkan nilai
maksimum visoksitas mooney tanpa penambahan amonia pada volume 20 mL suhu 30
C sebesar 79,714. Sedangkan pada gambar 4.6 menunjukkan bahwa nilai viskositas mooney tanpa penambahan amonia dengan asam formiat yang lebih
kecil sebesar 60,428, sedangkan nilai maksimum visoksitas mooney tanpa penambahan amonia pada volume 20 mL suhu 40
C sebesar 80,285. Dengan adanya penambahan asam formiat menyebabkan nilai viskositas mooney semakin
kecil.
4.2.4 Pengaruh Variasi Limbah Cair Fermentasi Tempe terhadap Nilai Kadar Kotoran
Penambahan limbah cair fermentasi tempe yang bervariasi dan suhu yang berbeda dapat mempengaruhi nilai kadar kotoran yang digambarkan pada grafik di bawah
ini :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.7 Hubungan nilai Kadar Kotoran vs Volume Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu dengan penambahan Amonia
Gambar 4.8 Hubungan nilai Kadar Kotoran vs VolumeLimbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu dengan penambahan Amonia
Kotoran adalah benda asing yang tidak larut dan tidak dapat melalui saringan 325 mesh. Adanya kotoran didalam karet yang relatif tinggi dapat mengurangi sifat
dinamika yang unggul darl vulkanisat karet alam antara lain kalor timbul dan ketahanan retak lenturnya. Kotoran tersebut juga mengganggu pada pembuatan
0,02 0,04
0,06 0,08
0,1 0,12
0,14
30°C 35°C
40°C N
il a
i K
K t
a n
p a
A m
o n
ia
Suhu
40 mL asam formiat
20 mL limbah cair tempe 40 mL limbah cair tempe
60 mL limbah cair tempe
0,02 0,04
0,06
0,08
0,1 0,12
0,14 0,16
30°C 35°C
40°C N
il a
i K
K d
e n
g a
n A
m o
n ia
Suhu
40 mL asam formiat 20 mL limbah cair tempe
40 mL limbah cair tempe 60 mL limbah cair tempe
Universitas Sumatera Utara
vulkanisat tipis Potongan uji untuk penetapan kadar kotoran perlu ditipiskan lagi untuk memudahkan pelarutan. Potongan uji yang telah digiling ulang, dilarutkan
didalam pelarut yang mempunyai titik didih tinggi, disertai penambahan suatu zat untuk memudahkan larutnya karet rubber peptiser.
Pada gambar 4.7 menunjukkan bahwa kadar kotoran maksimum tanpa penambahan amonia dengan perbandingan variasi volume 60 ml suhu 30
C sebesar 0,129. Sedangkan pada gambar 4.8 menunjukkan bahwa kadar kotoran maksimum dengan
penambahan amonia dengan perbandingan variasi volume 60 ml suhu 30 C
sebesar 0,145. Melalui perbandingan tersebut dapat dilihat bahwa semakin banyak volume limbah cair tempe yang digunakan maka kadar kotoran semakin
meningkat. Untuk mengeluarkan zat pengotor tersebut diperlukan serangkaian proses pengecilan dan pencucian yang banyak memerlukan air, listrik dan waktu
proses. Dengan demikian, kontaminan tidak hanya berpengaruh langsung terhadap mutu produk, namun juga memerlukan biaya ekstrak untuk membersihkan nya.
4.2.5 Pengaruh Variasi Limbah Cair Fermentasi Tempe terhadap Nilai Kadar Abu
Penambahan limbah cair fermentasi tempe yang bervariasi dan suhu yang berbeda dapat mempengaruhi nilai kadar abu yang digambarkan pada grafik di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.9 Hubungan nilai Kadar Abu vs Volume Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu tanpa penambahan Amonia
Gambar 4.10 Hubungan nilai Kadar Abu vs Volume Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu dengan penambahan Amonia
Kadar abu dalam karet mentah dapat mengurangi sifat-sifat dinamika yang baik
dari vulkanisasi karet alam. Didalam karet mentah terdiri dari oksida, fosfat, karbonat, magnesium, natrium dan beberapa unsur lain dalam perbandingan yang
berbeda-beda. Syarat uji untuk kadar abu ini bertujuan untuk menjamin agar karet
0,1 0,2
0,3 0,4
0,5 0,6
0,7
0,8 0,9
1
30°C 35°C
40°C N
il a
i K
A t
a n
p a
A m
o n
ia
Suhu
40 mL asam formiat
20 mL limbah cair tempe 40 mL limbah cair tempe
60 mL limbah cair tempe
0,1 0,2
0,3 0,4
0,5 0,6
0,7 0,8
0,9 1
30°C 35°C
40°C N
il a
i K
A d
e n
g a
n A
m o
n ia
Suhu
40 mL asam formiat 20 mL limbah cair tempe
40 mL limbah cair tempe
60 mL limbah cair tempe
Universitas Sumatera Utara
mentah yang dihasilkan tidak mengandung terlalu banyak zat-zat kimia anorganik Asmir Harun, 1984. Tingginya kadar abu dapat disebabkan beberapa faktor
seperti tanah yang mengandung kalsium tinggi, musim gugur dimana daun akan membusuk. Kadar abu ini dapat tinggi akibat perlakukan yang tidak dianjurkan
misalnya penggumpalan lateks dengan menggunakan ammonium sulfat mengakibatkan kadar abu karet kering tinggi. Faktor pengolahan dapat
mempengaruhi kadar abu, dimana makin besar tinggkat pengolahan maka kadar abu semakin rendah, misalnya lateks yang digumpalkan tanpa pengenceran
mempunyai kadar abu yang lebih tinggi dari pada dengan pengenceran. Dengan kata lain semakin encer lateks yang digumpalkan maka semakin rendah kadar abu
karet yang diperoleh karena sebagian besar akan tercuci bersama serum Kartowardoyo, 1980.
Pada gambar 4.9 dan 4.10 tersebut, besarnya kadar abu dikarenakan adanya kandungan senyawa yang terdapat dalam limbah cair fermentasi tempe. Dimana
semakin besar volume limbah cair tempe maka kadar abu semakin meningkat.
4.2.6 Pengaruh Variasi Limbah Cair Fermentasi Tempe terhadap Nilai Kadar Karet Kering
Penambahan limbah cair fermentasi tempe yang bervariasi dan suhu yang berbeda dapat mempengaruhi nilai kadar karet kering yang digambarkan pada grafik di
bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.11. Hubungan nilai Kadar Karet Kering vs Volume Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu tanpa menggunakan Amonia
Gambar 4.12. Hubungan nilai Kadar Karet Kering vs Volume Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu dengan penambahan Amonia
Hasil penyadapan pohon karet berupa getah cair, KKK 20 – 40 , biasanya 25 – 35
di perkebunan besar dan 20 – 28 di perkebunan karet rakyat. KKK tergantung
pada musim,umur dan keadaan pohon, cara penyadapan dan lain lain.
5 10
15 20
25 30
35
30°C 35°C
40°C N
il a
i K
K K
t a
n p
a A
m o
n ia
Suhu
40 mL asam formiat
20 mL limbah cair tempe 40 mL limbah cair tempe
60 mL limbah cair tempe
5 10
15 20
25 30
30°C 35°C
40°C N
il a
i K
K K
d e
n g
a n
A m
o n
ia
Suhu
40 mL asam formiat 20 mL limbah cair tempe
40 mL limbah cair tempe 60 mL limbah cair tempe
Universitas Sumatera Utara
Lateks kebun mutu I mempunyai KKK 28 dan lateks kebun mutu II mempunyai KKK 20.
Pada gambar 4.11 KKK maksimum tanpa penambahan amonia pada volume 20 mL dan suhu 20
C sebesar 28,5631 . Sedangkan pada gambar 4.12 KKK maksimum dengan penambahan amonia sebesar 25,3458 . Hal ini terjadi
dikarenakan karena adanya penambahan amonia dalam limbah cair fermentasi tempe yang bertindak sebagai anti koagulan, dimana lateks lebih lama menggumpal
dan mempengaruhi berat dari KKK tersebut.
Zat anti koagulan berupa amonia yang termasuk banyak digunakan. Apabila segala sesuatunya dilakukan dengan benar dan cermat maka hasil yang didapat dengan
menggunakan amoniak akan memuaskan. Lateks yang akan diolah menjadi crepe hendaknya tidak diberi amoniak secara berlebihan karena berpengaruh terhadap
warna crepe yang jadi nantinya. Dosis amoniak yang dipakai untuk mencegah terjadinya prakoagulasi adalah 5-10 mL larutan amoniak 2,5 untuk setiap liter
lateks.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang kami lakukan, dapatlah diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa kandungan asam nitrat dalam limbah cair fermentasi tempe dapat
digunakan sebagai penggumpal lateks yang memenuhi Standar Indonesia Rubber SIR yaitu SIR 20.
2. Mutu SIR dari lateks yang digumpalkan dengan limbah cair fermentasi
tempe pada volume 20 mL dan suhu 30 C tanpa penambahan amonia
menghasilkan mutu karet yang memenuhi Standar Indonesia Rubber SIR 20.
3. Mutu SIR dari lateks yang digumpalkan dengan limbah cair fermentasi
tempe pada volume 20 mL dan suhu 30 C dengan penambahan amonia
menghasilkan mutu karet yang memenuhi Standar Indonesia Rubber SIR 20.
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang diperoleh maka disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan pengolahan terlebih
dahulu terhadap bahan penggumpal alami yang digunakan dan menambahkan bahan pengawet pada lateks yang digunakan. Serta menggunakan uji
– uji terhadap sifat fisik lain seperti kadar zat menguap, kadar nitrogen, ASHT dan
FTIR.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lateks
Tanaman karet Hevea Brasiliensis adalah tanaman yang tumbuh subur padaiklimtropis. Tanaman ini dapat tumbuh subur pada temperatur rata-rata 80
o
F 27
o
C dan mengalami penurunan hujan tahunan sebanyak 80 inci Blackley, 1997.
Karet alam yang berwujud cair disebut lateks. Lateks merupakan suatu cairan yang berwarna putih atau putih kekuning-kuningan, yang terdiri atas
partikel karet dan bahan non karet yang terdispersi di dalam air Triwiyoso,dkk. 1995.
Lateks karet alam yang diperoleh dari lateks Hevea brasiliensis adalahberupa cairan putih seperti susu yang diperoleh dari proses penyadapan
batang pohon karet. Cairan ini mengandung 30-40 partikel-partikel hidrokarbon karet yang terkandung di dalam serum dan mengandung partikel-partikel seperti
protein, karbohidrat dan lainnya Ong et al,1998. Sementara itu, menurut Goutara, et al 1985, lateks merupakan suatu sistem koloid dengan partikel karet
yang dilapisi oleh protein dan fosfolipid yang terdispersi di dalam air.
Lateks segar pada umumnya berupa cairan susu, tetapi kadang-kadang sedikit berwarna, tergantung dari klon varietas tanaman karet. Lateks atau getah
karet terdapat di dalam pembuluh-pembuluh lateks yang letaknya menyebar secara melingkar di bagian luar lapisan kambium. Lateks diperoleh dengan membuka
atau menyayat lapisan korteks. Penyayatan lapisan korteks tanaman karet dikenal sebagai proses penyadapan, yaitu suatu tindakan membuka pembuluh lateks agar
lateks yang terdapat di dalam tanaman dapat keluar. Faktor-faktor yang
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi produksi lateks adalah penyadapan, arah dan sudut kemiringan irisan sadap, panjang irisan sadap, letak bidang sadap, kedalaman irisan sadap,
frekuensi penyadapan dan waktu penyadapan. Lateks hasil penyadapan dikenal dengan nama lateks kebun Junaidi, 1996.
Lateks segar ketika baru disadap dari pohon bersifat sedikit basa atau netral. Lateks segar dapat dengan cepat berubah menjadi asam akibat kerja
bakteri. Pembentukan asam organik menetralisasi muatan negatif pada partikel karet dan lateks terkoagulasi secara otomotis. Akan tetapi hal ini harus dicegah,
biasanya dengan penambahan 0,7 amoniak Loganathan, 1998.
Telah diketahui bahwa material karet dalam aplikasinya tidak terdiri dari komponen tunggal. Biasanya, ditambahkan satu atau lebih material dasar
kompon yang terdiri atas elastomer bersama dengan pemvulkanisasi, pengisi, pemplastisasi, antioksidan, pigmen dan lain-lain. Bahan dasar yang diubah
menjadi karet pada campuran diatas terntunya adalah polimer, suatu bahan yang memiliki massa molekul tinggi. Polimer jenis ini yang telah dikenal dan telah
lama digunakan adalah karet alam. Karet alam terdiri dari rantai linier cis-1,4- poliisoprena yang bermassa molekul tinggi, yang terjadi secara alami sebagai
partikel koloid yang terdispersi pada lateks dari spesies tanaman tertentu. Sejauh ini, spesies yang paling penting adalah Hevea brasiliensis. Ketertarikan yang
tinggi pada produksi karet alam terjadi pada akhir abad 19 dan awal abad 20 disebabkan perkembangan industry motor. Dari periode perang dunia I, terjadi
ketertarikan pada produksi karet sintetis sebagai alternatif karet alam. Polimer karet tersebut dihasilkan dari polimerisasi monomer yang biasanya diperolehdari
minyak tanah Lovell, 1997.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi kualitas lateks yaitu :
1. Iklim Musim hujan akan mendorong terjadinya prokogulasi, sedangkan musim
kemarau akan menyebabkan keadaan lateks tidak stabil.
Universitas Sumatera Utara
2. Alat-alat yang digunakan untuk penyadapan, pengumpulan, dan pengangkutan. Peralatan yang digunakan harus bersih untuk menjaga kualitas lateks.
3. Pengaruh pH Pengaruh pH dapat terjadi karena adanya penambahan asam, basa ataupun
elektrolit sehingga membuat lateks tidak stabil dan menggumpal.
4. Pengaruh jasad renik Jasad renik yang berasal dari udara maupun dari peralatan yang digunakan akan
menyerang karbohidrat terutama gula yang terdapat dalam serum lateks yang menghasilkan asam sehingga membuat lateks menggumpal.
5. Pengaruh mekanis Pengaruh mekanis ini dapat disebabkan oleh proses pengangkutan yang
menyebabkan guncangan-guncangan sehingga partikel akan bertubrukan satu sama lain yang dapat menyebabkan terpecahnya lapisan pelindung, dan
mengakibatkan penggumpalan Ompusunggu, 1987.
2.2 Komposisi Lateks