Alat Bahan Kesimpulan Saran Lateks

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Alat

- Alat Creper Shanghai - Lab mill Spend Reducer - Wallace Punch Spend Reducer - Plastimeter Wallace - Mooney viskosimeter Sondes - Cawan Platina - Pembakar Listrik Karl Kolb - Oven Gallenkamp - Muffle furnace Sybron Termolir - Desikator - Beaker Glass Pyrex - Bunsen - Gelas Ukur Pyrex - Pipet Tetes - Kaki Tiga - Kawat Kasa - Neraca Analitis - Termometer Universitas Sumatera Utara

3.2. Bahan

- Lateks STIPAP, Sumatera Utara - Limbah Cair Tempe - Kertas Lakmus Indikator - Kertas Sigaret - Mineral Terpentin - Curio Ts Sol 36 -Amonia -Asam Formiat

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1. Pengambilan limbah cair tempe

Diambil limbah cair tempe sebanyak 600 mL, kemudian dimasukkan ke dalam wadah dan disaring limbah cair tempe lalu dimasukkan filtrat ke dalam beaker glass.

3.3.2 Pengambilan lateks

Diambil lateks sebanyak 1000 mL, kemudian disaring lateks, lalu dihomogenkan lateks.

3.3.3. Pengambilan Asam Formiat sebagai control

Diukur Asam Formiat 67 sebanyak 80 ml, kemudian diukur sebanyak 40 ml sebagai kontrol penggumpal tanpa amonia, lalu diukur sebanyak 40 ml sebagai kontrol penggumpal dengan amonia. Universitas Sumatera Utara

3.3.4. Pembuatan Amonia 2,5 sebagai anti koagulan

Diukur 50 ml amonia 25 , lalu dimasukkan kedalam labu takar 500 ml, kemudian dihomogenkan, lalu diambil amonia 2,5 sebanyak 10 ml. 3.3.5. Penggunaan limbah cair fermentasi tempe sebagai penggumpal lateks tanpa penambahan amonia Disediakan lateks sebanyak 1000 ml, kemudian masing-masing 100 ml lateks dimasukkan ke dalam 10 mangkok penggumpal, untuk mangkok 1; ditambahkan asam formiat sebanyak 40 ml, asam formiat digunakan sebagai kontrol, lalu untuk mangkok ke 2 sampai ke 4 ditambahkan limbah cair tempe dengan variasi volume penambahan 20 mL; 40 mL; dan 60 mL pada suhu 30 o C, lalu untuk mangkok ke 5 sampai ke 7 ditambahkan limbah cair tempe dengan variasi volume penambahan 20 mL; 40 mL; dan 60 mL dengan suhu dinaikkan menjadi 35 C , lalu untuk mangkok ke 8 sampai ke 10 ditambahkan limbah cair tempe dengan variasi volume penambahan 20 mL; 40 mL; dan 60 mL dengan suhu dinaikkan menjadi 40 C, kemudian masing-masing koagulum karet yang terbentuk digiling dengan alat creper sebanyak enam kali gilingan dan dikeringkan 7 hari sehingga menghasilkan karet kering, kemudian setelah itu masing-masing koagulum karet yang sudah kering digiling dengan lab mill sebanyak tiga kali, lalu karet kering yang dihasilkan diuji mutu karetnya yaitu Plastisitas Awal Po, Plastisitas Retensi Indeks PRI, Viskositas Mooney, Kadar Abu, Kadar Kotoran, Kadar Karet Kering KKK sesuai dengan ketentuan SIR Standar Indonesia Rubber. 3.3.6. Penggunaan limbah cair fermentasi tempe sebagai penggumpal lateks dengan penambahan amonia Disediakan lateks kebun sebanyak 1000 ml, kemudian ditambahkan amonia 2,5 sebanyak 10 ml kedalam 1000 ml lateks kebun, lalu di diamkan selama 5 jam, Universitas Sumatera Utara kemudian masing-masing 100 ml lateks dimasukkan ke dalam 10 mangkok penggumpal, untuk mangkok 1; ditambahkan asam formiat sebanyak 40 ml, asam formiat digunakan sebagai kontrol, lalu untuk mangkok ke 2 sampai ke 4 ditambahkan limbah cair tempe dengan variasi volume penambahan 20 mL; 40 mL; dan 60 mL pada suhu 30 o C, lalu untuk mangkok ke 5 sampai ke 7 ditambahkan limbah cair tempe dengan variasi volume penambahan 20 mL; 40 mL; dan 60 ml dengan suhu dinaikkan menjadi 35 C , lalu untuk mangkok ke 8 sampai ke 10 ditambahkan limbah cair tempe dengan variasi volume penambahan 20 mL; 40 mL; dan 60 mL dengan suhu dinaikkan menjadi 40 C, kemudian masing-masing koagulum karet yang terbentuk digiling dengan alat creper sebanyak enam kali gilingan dan dikeringkan 7 hari sehingga menghasilkan karet kering, kemudian setelah itu masing-masing koagulum karet yang sudah kering digiling dengan lab mill sebanyak tiga kali, lalu karet kering yang dihasilkan diuji mutu karetnya yaitu Plastisitas Awal Po, Plastisitas Retensi Indeks PRI, Viskositas Mooney, Kadar Abu, Kadar Kotoran, Kadar Karet Kering KKK sesuai dengan ketentuan SIR Standar Indonesia Rubber.

3.4 Pengujian Mutu Karet

3.4.1. Penetapan nilai Plastisitas Awal Po dan Plastisitas Retensi Index PRI

Ditimbang sekitar 15 gram lateks yang sudah dikeringkan, lalu digiling dengan gilingan laboratorium sebanyak tiga kali, lalu lembaran karet tersebut dilipat dua, ditekan perlahan-lahan dengan telapak tangan. Kemudian lembaran karet tersebut dipotong dengan alat wallace punch sebanyak enam buah potongan uji dengan diameter 13 mm. Universitas Sumatera Utara Adapun lembaran karet yang telah dipotong dengan alat Wallace punch dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut : Gambar 3.1 Lembaran Karet Setelah Dipotong dengan Alat Wallace Punch Untuk pengukuran plastisitas awal diambil potongan uji 1, sedangkan potongan uji 2 untuk pengukuran plastisitas setelah pemanasan. Diletakkan potongan uji 2 untuk pengukuran plastisitas setelah pengusangan di atas baki dan dimasukkan ke dalam oven pada suhu 140 C selama 30 menit. Lalu dikeluarkan kemudian didinginkan sampai suhu kamar. Sementara potongan uji 1 sebanyak tiga buah diletakkan satu persatu diantara dua lembar kertas sigaret yang berukuran 35 mm x 45 mm selanjutnya diletakkan di atas piringan plastimeter lalu piringan plastimeter tersebut ditutup. Setelah ketukan pertama piringan bawah plastimeter akan bergerak ke atas selama 15 detik dan menekan piringan atas. Dilanjutkan sampai ketukan berakhir yang ditandai dengan angka jarum mikrometer berhenti bergerak pada nilai plastisitas karet. Sedangkan potongan uji 2 setelah pengusangan tadi diukur dengan cara yang sama dan tiga potongan uji dari setiap contoh diambil angka rata-ratanya dan dibulatkan. 1 2 1 2 1 2 Universitas Sumatera Utara Plastisitas Retensi Index PRI dapat dihitung dengan persamaan 3.1 sebagai berikut : PRI = × 100 3.1 Dimana: Pa = Plastisitas setelah pemanasan Po = Plastisitas sebelum pemanasan

3.4.2. Penetapan Viskositas Mooney

Sebelum pengukuran dilakukan, alat viskosimeter terlebih dahulu dipanaskan selama 1 jam. Masing-masing lembaran contoh karet diambil 2 buah potongan uji dengan menggunakan alat wallace punch sehingga ukuran diameternya sama dengan ukuran diameter rotor lalu dimasukkan rotor ke contoh karet pertama yang telah diberi lubang dengan gunting lalu dimasukkan bersama-sama ke stator bawah. Contoh kedua diletakkan tepat di atas rotor kemudian ditutup stator atas dan setelah tertutup stopwatch dihidupkan. Setelah tepat satu menit, dijalankan rotor. Setiap setengah menit dilihat nilai viskositas pada alat penunjuk. Angka yang ditunjukkan jarum mikrometer setelah menit keempat adalah nilai viskositas karet. Nilai viskositas mooney dapat digunakan dengan menggunakan persamaan

3.2 sebagai berikut :

ML1+ 4 × 100 o C 3.2 Dimana : M = Pembacaan nilai viskositas setelah 4 menit L = Besar rotor yang digunakan Universitas Sumatera Utara 1 = 1 menit waktu pemanasan 4 = Waktu 4 menit lamanya pengujian 100 o C = Suhu pengujian .

3.4.3. Penentuan Kadar Kotoran

Ditimbang sample sebanyak 10 gram, kemudian dimasukkan kedalam Erlenmeyer yang telah diisi mineral terpentin sebanyak 230 mL dan Curio Ts Sol 36 sebanyak 1,2 ml. Dipanaskan pada box infrared dengan suhu 255 o C selama 2 jam dan selama pemanasan diguncang beberapa kali sampai larut dengan baik. Sebelumnya saringan ditimbang dalam keadaan kosong dan dicatat nomor saringannya. Setelah 2 jam kemudian larutan disaring, kemudian dibilas Erlenmeyer dengan washing bottle untuk membersihkan kotoran yang tinggal di dasar Erlenmeyer.Dikeringkan saringan di dalam oven selama 1 jam sampai mencapai suhu kamar 100 o C lalu didinginkan saringan beserta kotoran. Kemudian ditimbang dan dicatat berat saringan yang berisi kotoran kotoran. Kadar kotoran dapat dihitung dengan persamaan 3.3 sebagai berikut : Kadar kotoran = × 100 3.3 Dimana: A = bobot saringan + kotoran B = bobot saringan kosong C = bobot contoh

3.4.4. Penetapan Kadar Abu

Ditimbang masing-masing 5 gram contoh karet yang telah diseragamkan lalu dipotong-potong. Selanjutnya dimasukkan ke dalam cawan platina yang telah Universitas Sumatera Utara dikeringkan dan telah diketahui bobotnya. Masing-masing cawan yang berisi karet kemudian dipindahkan di atas pembakar listrikgas sampai tidak keluar asap. Lalu pemijaran diteruskan di dalam tanur pada suhu 550 C selama dua jam sampai tidak berjelaga lagi. Didinginkan cawan yang berisi abu di dalam desikator sampai suhu kamar selama 30 menit kemudian ditimbang. Kadar abu dapat dihitung dengan persamaan 3.4 sebagai berikut : Kadar Abu = × 100 3.4 Dimana: A = berat cawan platina + abu B = berat cawan platina C = berat contoh

3.4.5. Penentuan Kadar Karet Kering KKK

Ditimbang lateks untuk menentukan bobot lateks, kemudian digiling karet kering 25 kali dengan ketebalan 6,9 mm untuk membersihkan sampel dari kontaminan seperti potongan kulit karet, lumut, daun, pasir dan sebagainya, lalu digulung hasil gilingan dan ditimbang kembali untuk menentukan bobot karet kering. Kadar karet kering dapat dihitung dengan persamaan 3.5 sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara KKK = x 100 3.5

3.5 Bagan Penelitian

3.5.1 Penentuan limbah cair fermentasi tempe

Limbah Cair Tempe Diambil limbah dari pabrik tempe Dimasukkan ke dalam wadah Ditutup rapat Disaring Limbah Tempe Residu

3.5.2. Pengambilan lateks kebun

Lateks Kebun Diambil sebanyak 1000 mL Disaring dengan ukuran 40 mesh Dihomogenkan Lateks Bersih Universitas Sumatera Utara

3.5.3. Pengambilan Asam Formiat sebagai control

Asam Formiat 67 Diukur sebanyak 40 ml sebagai kontrol tanpa menggunakan amonia Diukur sebanyak 40 ml sebagai kontrol dengan menggunakan amonia Diukur sebanyak 80 ml Hasil

3.5.4. Pembuatan Amonia 2,5 sebagai anti koagulan

Amonia 25 Diukur 50 ml Dimasukkan kedalam labu takar 500 ml Dihomogenkan Amonia 2,5 Diukur 10 ml Hasil Universitas Sumatera Utara

3.5.5. Limbah cair fermentasi tempe digunakan sebagai penggumpal lateks tanpa penambahan amonia

Lateks Dimasukkan 100 mL kedalam mangkok penggumpal Ditambahkan 20 mL limbah cair fermentasi tempe Koagulum Digiling dengan alat creeper sebanyak 6 kali Creeper Dikeringkan selama 7 hari Karet Kering Digiling dengan lab mill sebanyak 3 kali Pengujian Mutu Karet Plastisitas Awal Po Plastisitas Retensi index PRI Viskositas Mooney Kadar Abu Kadar Kotoran KKK Disesuaikan pada suhu 30 o C Catatan : Perlakuan yang sama diulang dengan variasi volume limbah tempe 40 dan 60 ml dan variasi suhu 30 C ; 35 C ; dan 40 C. Universitas Sumatera Utara

3.5.6. Limbah cair fermentasi tempe digunakan sebagai penggumpal lateks dengan penambahan amonia

Lateks Dimasukkan 100 mL kedalam mangkok penggumpal Ditambahkan 20 mL limbah cair fermentasi tempe Koagulum Digiling dengan alat creeper sebanyak 6 kali Creeper Dikeringkan selama 7 hari Karet Kering Digiling dengan lab mill sebanyak 3 kali Pengujian Mutu Karet Plastisitas Awal Po Plastisitas Retensi index PRI Viskositas Mooney Kadar Abu Kadar Kotoran KKK Disesuaikan pada suhu 30 o C Ditambahkan 10 ml amonia 2,5 Didiamkan selama 5 jam Catatan : Perlakuan yang sama diulang dengan variasi volume limbah tempe 40 dan 60 ml dan variasi suhu 30 C ; 35 C ; dan 40 C. Universitas Sumatera Utara BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Pengujian Mutu Karet dalam Penetapan Nilai Plastisitas

Awal Po dan Plastisitas Retensi Indeks PRI Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengaruh penambahan limbah cair fermentasi tempe terhadap lateks dengan perbandingan tanpa penambahan amonia dan dengan penambahan amonia diperoleh nilai Plastisitas Awal Po dan Plastisitas Retensi Indeks PRI yang di paparkan pada tabel 4.1 dan 4.2. Tabel 4.1 Nilai Plastisitas Awal dan Plastisitas Retensi Indeks karet dengan Penggumpal Limbah Cair Fermentasi Tempe tanpa Penambahan Amonia Perlakuan Po Nilai Tengah P.30 Nilai Tengah PRI I II III I II III 40 ml asam formiat 46 47 47 46,667 33 34 32 33 70,714 20 ml limbah cair tempe suhu 30 C 44 43 42 43 29 30 29 29,333 68,216 40 ml limbah cair tempe suhu 30 C 39 40 41 40 27 26 28 27 67,5 60 ml limbah cair tempe suhu 30 C 41 38 38 39 27 26 26 26,333 67,521 20 ml limbah cair tempe suhu 35 C 41 41 41 41 27 28 26 27 65,854 40 ml limbah cair tempe suhu 35 C 38 39 38 38,333 25 25 25 25 65,218 60 ml limbah cair tempe suhu 35 C 37 38 36 37 23 21 23 22,333 60,359 20 ml limbah cair tempe suhu 40 C 39 39 40 39,333 25 25 25 25 63,56 40 ml limbah cair tempe suhu 40 C 38 38 38 38 21 24 22 22,333 58,771 60 ml limbah cair tempe suhu 40 C 36 37 37 36,667 19 20 22 20,333 55,453 Tabel 4.2 Nilai Plastisitas Awal dan Plastisitas Retensi Indeks karet dengan Universitas Sumatera Utara Penggumpal Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Penambahan Amonia Perlakuan Po Nilai Tengah P.30 Nilai Tengah PRI I II III I II III 40 ml asam formiat 41 41 41 41 30 30 31 30,333 73,984 20 ml limbah cair tempe suhu 30 C 41 42 40 41 26 26 26 26 63,415 40 ml limbah cair tempe suhu 30 C 39 38 40 39 24 25 23 24 61,538 60 ml limbah cair tempe suhu30 C 39 39 38 38,667 24 24 23 23,667 61,206 20 ml limbah cair tempe suhu 35 C 39 39 39 39 25 24 24 24,333 62,393 40 ml limbah cair tempe suhu 35 C 37 38 37 37,333 21 21 21 21 58,929 60 ml limbah cair tempe suhu35 C 39 39 39 39 22 21 21 21,333 54,7 20 ml limbah cair tempe suhu 40 C 40 38 39 39 21 21 21 21 53,846 40 ml limbah cair tempe suhu 40 C 37 37 36 36,667 19 18 18 18,333 49,107 60 ml limbah cair tempe suhu 40 C 37 36 36 36,333 19 19 18 18,667 51,377

4.1.2 Hasil Pengujian Mutu Karet Dalam Penetapan Viskositas Mooney

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengaruh penambahan limbah cair fermentasi tempe terhadap lateks dengan perbandingan tanpa penambahan amonia dan dengan penambahan amonia diperoleh nilai viskositas mooney yang di paparkan pada tabel 4.3 dan 4.4. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Nilai Viskositas Mooney dengan Penggumpal Limbah Cair Fermentasi Tempe tanpa Penambahan Amonia Perlakuan Menit Rata-rata 1.00 1.30 2.00 2.30 3.00 3.30 4.00 40 ml asam formiat 68 68 67 66 66 67 68 67,14286 20 ml limbah cair tempe suhu 30 C 82 80 80 80 79 79 78 79,71429 40 ml limbah cair tempe suhu 30 C 80 79 78 79 79 79 78 78,8572 60 ml limbah cair tempe suhu 30 C 74 64 65 63 63 65 64 65,4286 20 ml limbah cair tempe suhu 35 C 104 78 68 69 68 70 71 75,28571 40 ml limbah cair tempe suhu 35 C 82 79 79 78 67 67 66 74 60 ml limbah cair tempe suhu 35 C 80 78 79 77 74 67 66 74,4286 20 ml limbah cair tempe suhu 40 C 76 73 70 69 67 66 65 69,4286 40 ml limbah cair tempe suhu 40 C 59 60 61 61 61 61 60 60,4286 60 ml limbah cair tempe suhu 40 C 65 66 66 63 60 60 54 62 Tabel 4.4 Nilai Viskositas Mooney dengan Penggumpal Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Penambahan Amonia Perlakuan Menit Rata- rata 1.00 1.30 2.00 2.30 3.00 3.30 4.00 40 ml asam formiat 59 60 61 61 61 61 60 60,4286 20 ml limbah cair tempe suhu 30 C 70 64 65 62 63 65 64 64,7143 40 ml limbah cair tempe suhu 30 C 62 61 59 59 58 57 57 59 60 ml limbah cair tempe suhu 30 C 59 58 57 58 56 56 55 57 20 ml limbah cair tempe suhu 35 C 80 79 78 79 79 79 78 78,8571 40 ml limbah cair tempe suhu 35 C 76 73 70 69 67 66 65 69,4286 60 ml limbah cair tempe suhu 35 C 62 60 60 61 59 59 58 59,8571 20 ml limbah cair tempe suhu 40 C 84 82 80 80 79 79 78 80,2857 40 ml limbah cair tempe suhu 40 C 70 69 69 67 66 67 65 67,5714 60 ml limbah cair tempe suhu 40 C 60 59 60 61 62 61 60 60,4286 Universitas Sumatera Utara

4.1.3 Hasil Pengujian Mutu Karet Dalam Penetapan Kadar Kotoran

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengaruh penambahan limbah cair fermentasi tempe terhadap lateks dengan perbandingan tanpa penambahan amonia dan dengan penambahan amonia diperoleh nilai kadar kotoran yang di paparkan pada tabel 4.5 dan 4.6. Tabel 4.5 Nilai Kadar Kotoran dengan Penggumpal Limbah Cair Fermentasi Tempe tanpa Penambahan Amonia Perlakuan Berat Karet Berat Saringa n Saringan + Berat Kotoran Berat Kotora n Kadar Kotoran 40 ml asam formiat 10,0021 18,3806 18,3812 0,0006 0,006 20 ml limbah cair tempe suhu 30 C 10,0034 18,4223 18,4257 0,0034 0,034 40 ml limbah cair tempe suhu 30 C 10,0013 18,1216 18,1283 0,0067 0,067 60 ml limbah cair tempe suhu 30 C 10,0062 18,6821 18,6950 0,0129 0,129 20 ml limbah cair tempe suhu 35 C 10,0059 18,7296 18,7322 0,0026 0,026 40 ml limbah cair tempe suhu 35 C 10,0018 18,3224 18,3256 0,0032 0,032 60 ml limbah cair tempe suhu 35 C 10,0072 18,1987 18,2043 0,0056 0,056 20 ml limbah cair tempe suhu 40 C 10,0074 18,6445 18,6466 0,0021 0,021 40 ml limbah cair tempe suhu 40 C 10,0024 18,3239 18,3322 0,0083 0,083 60 ml limbah cair tempe suhu 40 C 10,0037 18,8254 18,8348 0,0094 0,094 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6 Nilai Kadar Kotoran dengan Penggumpal Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Penambahan Amonia Perlakuan Berat Karet Berat Saringa n Saringan + Berat Kotoran Berat Kotora n Kadar Kotoran 40 ml asam formiat 10,0006 18,9775 18,9792 0,0017 0,017 20 ml limbah cair tempe suhu 30 C 10,0016 18,6817 18,6875 0,0058 0,058 40 ml limbah cair tempe suhu 30 C 10,0057 18,8140 18,8212 0,0072 0,072 60 ml limbah cair tempe suhu 30 C 10,0091 18,3267 18,3412 0,0145 0,145 20 ml limbah cair tempe suhu 35 C 10,0002 18,5470 18,5535 0,0065 0,065 40 ml limbah cair tempe suhu 35 C 10,0004 18,3494 18,3541 0,0047 0,047 60 ml limbah cair tempe suhu 35 C 10,0049 18,6249 18,6347 0,0098 0,098 20 ml limbah cair tempe suhu 40 C 10,0033 18,3697 18,3773 0,0076 0,076 40 ml limbah cair tempe suhu 40 C 10,0031 18,9288 18,9380 0,0092 0,092 60 ml limbah cair tempe suhu 40 C 10,0057 18,7607 18,7887 0,0128 0,128

4.1.4 Hasil Pengujian Mutu Karet Dalam Penetapan Kadar Abu

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengaruh penambahan limbah cair fermentasi tempe terhadap lateks dengan perbandingan tanpa menggunakan amonia dan menggunakan amonia diperoleh nilai kadar abu yang di paparkan pada tabel 4.7 dan 4.8 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7 Nilai Kadar Abu dengan Penggumpal Limbah Cair Fermentasi Tempe tanpa Penambahan Amonia Perlakuan Berat Karet g Berat Cawan g Berat Cawan + Abu g Berat Abu g Kadar Abu 20 ml asam formiat 5,0027 29,7509 29,7740 0,0231 0,461 20 ml limbah cair tempe suhu 30 C 5,0092 27,2171 27,2357 0,0186 0,372 40 ml limbah cair tempe suhu 30 C 5,0034 27,6285 27,6482 0,0197 0,394 60 ml limbah cair tempe suhu 30 C 5,0018 27,4558 27,4906 0,0348 0,695 20 ml limbah cair tempe suhu 35 C 5,0096 28,9153 28,9389 0,0236 0,472 40 ml limbah cair tempe suhu 35 C 5,0013 28,3379 28,3575 0,0196 0,392 60 ml limbah cair tempe suhu 35 C 5,0001 28,1403 28,1810 0,0407 0,813 20 ml limbah cair tempe suhu 40 C 5,0056 28,4998 28,5136 0,0138 0,276 40 ml limbah cair tempe suhu 40 C 5,0038 29,9816 29,9831 0,0386 0,772 60 ml limbah cair tempe suhu 40 C 5,0058 29,6246 29,6684 0,0438 0,875 Tabel 4.8 Nilai Kadar Abu dengan Penggumpal Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Penambahan Amonia Perlakuan Berat Karet g Berat Cawan g Berat Cawan + Abu g Berat Abu g Kadar Abu 20 ml asam formiat 5,0012 28,7652 28,7915 0,0263 0,526 20 ml limbah cair tempe suhu 30 C 5,0036 28,2102 28,2169 0,0067 0,134 40 ml limbah cair tempe suhu 30 C 5,0008 28,5529 28,6001 0,0236 0,472 60 ml limbah cair tempe suhu 30 C 5,0076 28,3216 28,3513 0,0297 0,593 20 ml limbah cair tempe suhu 35 C 5,0029 27,9328 27,9523 0,0195 0,390 40 ml limbah cair tempe suhu 35 C 5,0081 27,0219 27,0577 0,0358 0,714 60 ml limbah cair tempe suhu 35 C 5,0032 28,5410 28,5826 0,0416 0,832 20 ml limbah cair tempe suhu 40 C 5,0037 28,5521 28,5644 0,0123 0,246 40 ml limbah cair tempe suhu 40 C 5,0086 28,9174 28,9593 0,0419 0,837 60 ml limbah cair tempe suhu 40 C 5,0017 27,2289 27,2739 0,0450 0,899 Universitas Sumatera Utara

4.1.5 Hasil Pengujian Mutu Karet Dalam Penetapan Kadar Karet Kering

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengaruh penambahan limbah cair fermentasi tempe terhadap lateks dengan perbandingan tanpa menggunakan amonia dan menggunakan amonia diperoleh nilai kadar karet kering yang di paparkan pada tabel 4.9 dan 4.10 Tabel 4.9 Nilai Kadar Karet Kering dengan Penggumpal Limbah Cair Fermentasi Tempe tanpa Penambahan Amonia Perlakuan Berat Mangkuk Berat Mangkuk + Lateks Berat Lateks Berat Karet Kering Kadar Karet Kering 20 ml asam formiat 25,6392 159,9094 134,2702 38,1237 28,3933 20 ml limbah cair tempe suhu 30 C 25,7172 156,6409 130,9237 36,1661 27,6238 40 ml limbah cair tempe suhu 30 C 25,6523 174,9259 149,2376 36,0024 24,1242 60 ml limbah cair tempe suhu 30 C 25,7475 187,4607 161,7132 35,4533 21,9237 20 ml limbah cair tempe suhu 35 C 25,9300 157,1684 131,2384 37,4858 28,5631 40 ml limbah cair tempe suhu 35 C 25,9833 175,9066 149,9233 37,3798 24,9326 60 ml limbah cair tempe suhu 35 C 26,1581 188,3630 162,2049 35,8857 22,1237 20 ml limbah cair tempe suhu 40 C 25,7135 157,5807 131,8672 37,9635 28,7892 40 ml limbah cair tempe suhu 40 C 25,9384 176,0749 150,1365 37,6877 25,1023 60 ml limbah cair tempe suhu 40 C 25,8632 188,2098 162,3466 37,1391 22,8764 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10 Nilai Kadar Karet Kering dengan Penggumpal Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan penambahan amonia Perlakuan Berat Mangkuk Berat Mangkuk + Lateks Berat Lateks Berat Karet Kering Kadar Karet Kering 20 ml asam formiat 25,6392 162,6132 136,9740 37,4196 27,3188 20 ml limbah cair tempe suhu 30 C 25,7172 159,5626 133,8454 33,1370 24,7577 40 ml limbah cair tempe suhu 30 C 25,6523 180,1100 154,4577 33,8499 21,9153 60 ml limbah cair tempe suhu 30 C 25,7475 197,5670 171,8195 33,6451 19,5817 20 ml limbah cair tempe suhu 35 C 25,9300 161,3002 135,3702 33,5382 24,7752 40 ml limbah cair tempe suhu 35 C 25,9833 179,6984 153,7151 33,7363 21,9473 60 ml limbah cair tempe suhu 35 C 26,1581 198,3482 172,1901 34,0281 19,7619 20 ml limbah cair tempe suhu 40 C 25,7135 160,9802 135,2667 34,2845 25,3458 40 ml limbah cair tempe suhu 40 C 25,9384 177,9580 152,0196 34,2816 22,5508 60 ml limbah cair tempe suhu 40 C 25,8632 197,6376 171,7744 34,8219 20,2719

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengaruh Variasi Limbah cair fermentasi tempe terhadap nilai Plastisitas Awal Po

Penambahan limbah cair fermentasi tempe yang bervariasi dan suhu yang berbeda dapat mempengaruhi nilai Plastisitas Awal Po yang digambarkan pada gambar di bawah ini : Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1 Hubungan nilai Plastisitas Awal Po vs Volume Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu dengan penambahan Amonia Gambar 4.2 Hubungan nilai Plastisitas Awal Po vs VolumeLimbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu dengan Penambahan Amonia Plastisitas Awal Po adalah plastisitas karet mentah yang langsung diuji tanpa perlakuan khusus sebelumnya. Syarat uji minimum Po = 30 untuk semua jenis SIR. Pada gambar 4.1 dan 4.2 menunjukkan bahwa semakin banyak volume limbah cair 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 30°C 35°C 40°C N il a i P o t a n p a A m o n ia Suhu 40 mL asam formiat 20 mL limbah cair tempe 40 mL limbah cair tempe 60 mL limbah cair tempe 5 10 15 20 25 30 35 40 45 30°C 35°C 40°C Nil ai P o d en gan Am on ia Suhu 40 mL asam formiat 20 mL limbah cair tempe 40 mL limbah cair tempe 60 mL limbah cair tempe Universitas Sumatera Utara tempe yang ditambahkan pada lateks memberikan nilai Po yang semakin rendah dan suhu yang semakin tinggi mengakibatkan nilai Po yang juga semakin rendah. Hal ini disebabkan karena konsentrasi senyawa anti oksidan alamiah dalam karet semakin kecil, yang teradsorbsi ke dalam serum yang menjadikan nilai Po menurun. Adanya lipid yang terdapat dalam lateks akan terhidrolisa menghasilkan asam lemak bebas dan teradsorbsi ke dalam karet sehingga nilai Po menurun. Di dalam lateks, selain hidrokarbon karet polimer poliisoprena, terkandung juga berbagai senyawa penting antara lain lipid dan protein. Lipid berperan sebagai antioksidan, yakni bahan pencegah terjadinya oksidasi terhadap molekul karet. Sedangkan protein, selain berfungsi sebagai penstabil sistem koloid lateks juga berperan sebagai bahan yang mempercepat proses vulkanisasi pada pembuatan barang jadi karet. Masuknya kontaminan ke dalam karet, akan merusak bahan- bahan alami tersebut . Kontaminasi terhadap sesuatu produk diartikan sebagai pencemaran. Dengan demikian kontaminan bisa didefinisikan sebagai zat pencemar, karena berdampak buruk terhadap mutu Riset, 2004. Penambahan volume limbah cair fermentasi tempe tanpa penambahan amonia dengan perbandingan 20:100 vv karet dan suhu 30 o C yang menghasilkan nilai Plastisitas Awal yang maksimum sebesar 43. Sedangkan Penambahan volume limbah cair fermentasi tempe dengan penambahan amonia dengan perbandingan 20:100 vv karet dan suhu 30 o C yang menghasilkan nilai Plastisitas Awal yang maksimum sebesar 41. Universitas Sumatera Utara 4.2.2 Pengaruh Variasi Limbah Cair Fermentasi Tempe terhadap Nilai Plastisitas Retensi Indeks PRI Penambahan limbah cair fermentasi tempe yang bervariasi dan suhu yang berbeda dapat mempengaruhi nilai Plastisitas Retensi Indeks PRI yang digambarkan pada gambar di bawah ini : Gambar 4.3 Hubungan nilai Plastisitas Retensi Indeks PRI vs Volume Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu tanpa penambahan Amonia 10 20 30 40 50 60 70 80 30°C 35°C 40°C N il a i P R I ta n p a A m o n ia Suhu 40 mL asam formiat 20 mL limbah cair tempe 40 mL limbah cair tempe 60 mL limbah cair tempe Universitas Sumatera Utara Gambar 4.4 Hubungan nilai Plastisitas Retensi Indeks PRI vs VolumeLimbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu dengan penambahan Amonia Terjadinya reaksi oksidasi pada molekul karet dikarenakan adanya ikatan rangkap. Oksidasi karet oleh udara O 2 terjadi pada ikatan rangkap yang akan berakhir dengan pemutusan ikatan rangkap, sehingga rantai polimer akan semakin pendek. Terjadinya pemutusan rantai polimer menyebabkan sifat viskositas dan PRI dan Po karet menurun.Ompusunggu, 1987. Nilai PRI yang tinggi menunjukkan bahwa karet tahan terhadap oksidasi khususnya pada suhu tinggi, sebaliknya karet dengan nilai PRI rendah akan peka terhadap oksidasi dan pada suhu tinggi cepat lunak. Faktor utama yang mempengaruhi nilai PRI adalah perimbangan prooksidan dan anti oksidan dalam karet Wadah, 1991. Kandungan ion – ion logam adalah zat pro-oksidasi yang dalam bentuk ion merupakan katalis reaksi oksidasi pada karet sehingga dalam jumlah yang melewati batas konsentrasinya akan merusak mutu karet, sehingga oksidasi dipercepat dan mengakibatkan nilai PRI karet menjadi rendah. Reaksi oksidasi yang menyebabkan karet menjadi lunak. Limbah cair fermentasi tempe mengandung ion besi Fe yang sedikit sehingga karet yang dihasilkan lebih tahan terhadap oksidasi. Pada gambar 10 20 30 40 50 60 70 80 30°C 35°C 40°C N il a i P R I d e n g a n A m o n ia Suhu 40 mL asam formiat 20 mL limbah cair tempe 40 mL limbah cair tempe 60 mL limbah cair tempe Universitas Sumatera Utara 4.3 menunjukkan nilai PRI maksimum tanpa penambahan amonia pada perbandingan variasi volume 20 mL dan suhu 30 o C yaitu sebesar 68,216. Sedangkan pada gambar 4.4 limbah cair fermentasi tempe dengan penambahan amonia mengalami penurunan yaitu PRI maksimum pada perbandingan variasi volume 20 mL dan suhu 30 o C sebesar 63,415, dikarenakan adanya penambahan amonia yang menyebabkan nilai PRI mengalami penurunan.

4.2.3 Pengaruh Variasi Limbah Cair Fermentasi Tempe terhadap Nilai Viskositas Mooney

Penambahan limbah cair fermentasi tempe yang bervariasi dan suhu yang berbeda dapat mempengaruhi nilai viskositas mooney yang digambarkan pada gambar di bawah ini : Gambar 4.5 Hubungan nilai Viskositas Mooney vs Volume Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu tanpa penambahan Amonia 10 20 30 40 50 60 70 80 90 30°C 35°C 40°C N il a i V M ta n p a A m o n ia Suhu 40 mL asam formiat 20 mL limbah cair tempe 40 mL limbah cair tempe 60 mL limbah cair tempe Universitas Sumatera Utara Gambar 4.6 Hubungan nilai Viskositas Mooney vs Volume Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu dengan menggunakan Amonia Viskositas Mooney menunjukkan pangjangnya rantai molekul karet atau berat molekul serta derajat pengikatan silang rantai molekulnya. Pada umumnya semakin tinggi berat molekul BM hidrokarbon karet semakin panjang rantai molekul dan semakin tinggi tahanan terhadap aliran, dengan kata lain karet nya semakin viskous dan keras. Apabila berat molekul tinggi maka viskositas mooney akan naik sehingga karetmenjadi viskous dan keras sehingga energi yang dibutuhkan untuk melumat karet sangat besar maka akan kurang menguntungkan maka hal itu tidak dikehendaki oleh konsumen. Sebaliknya apabila viskositasnya rendah hidrokarbon karet dengan berat molekul yang rendah membutuhkan energi yang lebih sedikit jumlahnya, tetapi sifat fisika yang dihasilkan kurang baik.Oleh karena itu karet alam dengan berat molekul yang medium dapat memberikan titik temu antara energi yang hemat dengan sifat fisika yang unggul. Derajat pengikat silang rantai molekul yang tinggi menyatakan semakin banyak reaksi ikatan silang cross linking reaction yang terjadi, sehingga akan meningkatkan nilai viskositas Mooney karet alam Reffrizon. 2003. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 30°C 35°C 40°C N il a i V M d e n g a n A m o n ia Suhu 40 mL asam formiat 20 mL limbah cair tempe 40 mL limbah cair tempe 60 mL limbah cair tempe Universitas Sumatera Utara Penggumpalan dengan asam formiat menghasilkan nilai viskositas rendah dibandingkan dengan cara mikrobiologi, panas maupun alami. Penggumpalan secara alami menyebabkan nilai viskositas tinggi dan tidak seragam karena proses penggumpalannya tidak serentak dan merata. Pada gambar 4.5 menunjukkan bahwa nilai viskositas mooney tanpa penambahan amonia dengan asam formiat yang lebih kecil sebesar 67,143, sedangkan nilai maksimum visoksitas mooney tanpa penambahan amonia pada volume 20 mL suhu 30 C sebesar 79,714. Sedangkan pada gambar 4.6 menunjukkan bahwa nilai viskositas mooney tanpa penambahan amonia dengan asam formiat yang lebih kecil sebesar 60,428, sedangkan nilai maksimum visoksitas mooney tanpa penambahan amonia pada volume 20 mL suhu 40 C sebesar 80,285. Dengan adanya penambahan asam formiat menyebabkan nilai viskositas mooney semakin kecil.

4.2.4 Pengaruh Variasi Limbah Cair Fermentasi Tempe terhadap Nilai Kadar Kotoran

Penambahan limbah cair fermentasi tempe yang bervariasi dan suhu yang berbeda dapat mempengaruhi nilai kadar kotoran yang digambarkan pada grafik di bawah ini : Universitas Sumatera Utara Gambar 4.7 Hubungan nilai Kadar Kotoran vs Volume Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu dengan penambahan Amonia Gambar 4.8 Hubungan nilai Kadar Kotoran vs VolumeLimbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu dengan penambahan Amonia Kotoran adalah benda asing yang tidak larut dan tidak dapat melalui saringan 325 mesh. Adanya kotoran didalam karet yang relatif tinggi dapat mengurangi sifat dinamika yang unggul darl vulkanisat karet alam antara lain kalor timbul dan ketahanan retak lenturnya. Kotoran tersebut juga mengganggu pada pembuatan 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 30°C 35°C 40°C N il a i K K t a n p a A m o n ia Suhu 40 mL asam formiat 20 mL limbah cair tempe 40 mL limbah cair tempe 60 mL limbah cair tempe 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16 30°C 35°C 40°C N il a i K K d e n g a n A m o n ia Suhu 40 mL asam formiat 20 mL limbah cair tempe 40 mL limbah cair tempe 60 mL limbah cair tempe Universitas Sumatera Utara vulkanisat tipis Potongan uji untuk penetapan kadar kotoran perlu ditipiskan lagi untuk memudahkan pelarutan. Potongan uji yang telah digiling ulang, dilarutkan didalam pelarut yang mempunyai titik didih tinggi, disertai penambahan suatu zat untuk memudahkan larutnya karet rubber peptiser. Pada gambar 4.7 menunjukkan bahwa kadar kotoran maksimum tanpa penambahan amonia dengan perbandingan variasi volume 60 ml suhu 30 C sebesar 0,129. Sedangkan pada gambar 4.8 menunjukkan bahwa kadar kotoran maksimum dengan penambahan amonia dengan perbandingan variasi volume 60 ml suhu 30 C sebesar 0,145. Melalui perbandingan tersebut dapat dilihat bahwa semakin banyak volume limbah cair tempe yang digunakan maka kadar kotoran semakin meningkat. Untuk mengeluarkan zat pengotor tersebut diperlukan serangkaian proses pengecilan dan pencucian yang banyak memerlukan air, listrik dan waktu proses. Dengan demikian, kontaminan tidak hanya berpengaruh langsung terhadap mutu produk, namun juga memerlukan biaya ekstrak untuk membersihkan nya.

4.2.5 Pengaruh Variasi Limbah Cair Fermentasi Tempe terhadap Nilai Kadar Abu

Penambahan limbah cair fermentasi tempe yang bervariasi dan suhu yang berbeda dapat mempengaruhi nilai kadar abu yang digambarkan pada grafik di bawah ini : Universitas Sumatera Utara Gambar 4.9 Hubungan nilai Kadar Abu vs Volume Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu tanpa penambahan Amonia Gambar 4.10 Hubungan nilai Kadar Abu vs Volume Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu dengan penambahan Amonia Kadar abu dalam karet mentah dapat mengurangi sifat-sifat dinamika yang baik dari vulkanisasi karet alam. Didalam karet mentah terdiri dari oksida, fosfat, karbonat, magnesium, natrium dan beberapa unsur lain dalam perbandingan yang berbeda-beda. Syarat uji untuk kadar abu ini bertujuan untuk menjamin agar karet 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 30°C 35°C 40°C N il a i K A t a n p a A m o n ia Suhu 40 mL asam formiat 20 mL limbah cair tempe 40 mL limbah cair tempe 60 mL limbah cair tempe 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 30°C 35°C 40°C N il a i K A d e n g a n A m o n ia Suhu 40 mL asam formiat 20 mL limbah cair tempe 40 mL limbah cair tempe 60 mL limbah cair tempe Universitas Sumatera Utara mentah yang dihasilkan tidak mengandung terlalu banyak zat-zat kimia anorganik Asmir Harun, 1984. Tingginya kadar abu dapat disebabkan beberapa faktor seperti tanah yang mengandung kalsium tinggi, musim gugur dimana daun akan membusuk. Kadar abu ini dapat tinggi akibat perlakukan yang tidak dianjurkan misalnya penggumpalan lateks dengan menggunakan ammonium sulfat mengakibatkan kadar abu karet kering tinggi. Faktor pengolahan dapat mempengaruhi kadar abu, dimana makin besar tinggkat pengolahan maka kadar abu semakin rendah, misalnya lateks yang digumpalkan tanpa pengenceran mempunyai kadar abu yang lebih tinggi dari pada dengan pengenceran. Dengan kata lain semakin encer lateks yang digumpalkan maka semakin rendah kadar abu karet yang diperoleh karena sebagian besar akan tercuci bersama serum Kartowardoyo, 1980. Pada gambar 4.9 dan 4.10 tersebut, besarnya kadar abu dikarenakan adanya kandungan senyawa yang terdapat dalam limbah cair fermentasi tempe. Dimana semakin besar volume limbah cair tempe maka kadar abu semakin meningkat.

4.2.6 Pengaruh Variasi Limbah Cair Fermentasi Tempe terhadap Nilai Kadar Karet Kering

Penambahan limbah cair fermentasi tempe yang bervariasi dan suhu yang berbeda dapat mempengaruhi nilai kadar karet kering yang digambarkan pada grafik di bawah ini : Universitas Sumatera Utara Gambar 4.11. Hubungan nilai Kadar Karet Kering vs Volume Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu tanpa menggunakan Amonia Gambar 4.12. Hubungan nilai Kadar Karet Kering vs Volume Limbah Cair Fermentasi Tempe dengan Variasi Suhu dengan penambahan Amonia Hasil penyadapan pohon karet berupa getah cair, KKK 20 – 40 , biasanya 25 – 35 di perkebunan besar dan 20 – 28 di perkebunan karet rakyat. KKK tergantung pada musim,umur dan keadaan pohon, cara penyadapan dan lain lain. 5 10 15 20 25 30 35 30°C 35°C 40°C N il a i K K K t a n p a A m o n ia Suhu 40 mL asam formiat 20 mL limbah cair tempe 40 mL limbah cair tempe 60 mL limbah cair tempe 5 10 15 20 25 30 30°C 35°C 40°C N il a i K K K d e n g a n A m o n ia Suhu 40 mL asam formiat 20 mL limbah cair tempe 40 mL limbah cair tempe 60 mL limbah cair tempe Universitas Sumatera Utara Lateks kebun mutu I mempunyai KKK 28 dan lateks kebun mutu II mempunyai KKK 20. Pada gambar 4.11 KKK maksimum tanpa penambahan amonia pada volume 20 mL dan suhu 20 C sebesar 28,5631 . Sedangkan pada gambar 4.12 KKK maksimum dengan penambahan amonia sebesar 25,3458 . Hal ini terjadi dikarenakan karena adanya penambahan amonia dalam limbah cair fermentasi tempe yang bertindak sebagai anti koagulan, dimana lateks lebih lama menggumpal dan mempengaruhi berat dari KKK tersebut. Zat anti koagulan berupa amonia yang termasuk banyak digunakan. Apabila segala sesuatunya dilakukan dengan benar dan cermat maka hasil yang didapat dengan menggunakan amoniak akan memuaskan. Lateks yang akan diolah menjadi crepe hendaknya tidak diberi amoniak secara berlebihan karena berpengaruh terhadap warna crepe yang jadi nantinya. Dosis amoniak yang dipakai untuk mencegah terjadinya prakoagulasi adalah 5-10 mL larutan amoniak 2,5 untuk setiap liter lateks. Universitas Sumatera Utara BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang kami lakukan, dapatlah diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Bahwa kandungan asam nitrat dalam limbah cair fermentasi tempe dapat digunakan sebagai penggumpal lateks yang memenuhi Standar Indonesia Rubber SIR yaitu SIR 20. 2. Mutu SIR dari lateks yang digumpalkan dengan limbah cair fermentasi tempe pada volume 20 mL dan suhu 30 C tanpa penambahan amonia menghasilkan mutu karet yang memenuhi Standar Indonesia Rubber SIR 20. 3. Mutu SIR dari lateks yang digumpalkan dengan limbah cair fermentasi tempe pada volume 20 mL dan suhu 30 C dengan penambahan amonia menghasilkan mutu karet yang memenuhi Standar Indonesia Rubber SIR 20.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang diperoleh maka disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan pengolahan terlebih dahulu terhadap bahan penggumpal alami yang digunakan dan menambahkan bahan pengawet pada lateks yang digunakan. Serta menggunakan uji – uji terhadap sifat fisik lain seperti kadar zat menguap, kadar nitrogen, ASHT dan FTIR. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lateks

Tanaman karet Hevea Brasiliensis adalah tanaman yang tumbuh subur padaiklimtropis. Tanaman ini dapat tumbuh subur pada temperatur rata-rata 80 o F 27 o C dan mengalami penurunan hujan tahunan sebanyak 80 inci Blackley, 1997. Karet alam yang berwujud cair disebut lateks. Lateks merupakan suatu cairan yang berwarna putih atau putih kekuning-kuningan, yang terdiri atas partikel karet dan bahan non karet yang terdispersi di dalam air Triwiyoso,dkk. 1995. Lateks karet alam yang diperoleh dari lateks Hevea brasiliensis adalahberupa cairan putih seperti susu yang diperoleh dari proses penyadapan batang pohon karet. Cairan ini mengandung 30-40 partikel-partikel hidrokarbon karet yang terkandung di dalam serum dan mengandung partikel-partikel seperti protein, karbohidrat dan lainnya Ong et al,1998. Sementara itu, menurut Goutara, et al 1985, lateks merupakan suatu sistem koloid dengan partikel karet yang dilapisi oleh protein dan fosfolipid yang terdispersi di dalam air. Lateks segar pada umumnya berupa cairan susu, tetapi kadang-kadang sedikit berwarna, tergantung dari klon varietas tanaman karet. Lateks atau getah karet terdapat di dalam pembuluh-pembuluh lateks yang letaknya menyebar secara melingkar di bagian luar lapisan kambium. Lateks diperoleh dengan membuka atau menyayat lapisan korteks. Penyayatan lapisan korteks tanaman karet dikenal sebagai proses penyadapan, yaitu suatu tindakan membuka pembuluh lateks agar lateks yang terdapat di dalam tanaman dapat keluar. Faktor-faktor yang Universitas Sumatera Utara mempengaruhi produksi lateks adalah penyadapan, arah dan sudut kemiringan irisan sadap, panjang irisan sadap, letak bidang sadap, kedalaman irisan sadap, frekuensi penyadapan dan waktu penyadapan. Lateks hasil penyadapan dikenal dengan nama lateks kebun Junaidi, 1996. Lateks segar ketika baru disadap dari pohon bersifat sedikit basa atau netral. Lateks segar dapat dengan cepat berubah menjadi asam akibat kerja bakteri. Pembentukan asam organik menetralisasi muatan negatif pada partikel karet dan lateks terkoagulasi secara otomotis. Akan tetapi hal ini harus dicegah, biasanya dengan penambahan 0,7 amoniak Loganathan, 1998. Telah diketahui bahwa material karet dalam aplikasinya tidak terdiri dari komponen tunggal. Biasanya, ditambahkan satu atau lebih material dasar kompon yang terdiri atas elastomer bersama dengan pemvulkanisasi, pengisi, pemplastisasi, antioksidan, pigmen dan lain-lain. Bahan dasar yang diubah menjadi karet pada campuran diatas terntunya adalah polimer, suatu bahan yang memiliki massa molekul tinggi. Polimer jenis ini yang telah dikenal dan telah lama digunakan adalah karet alam. Karet alam terdiri dari rantai linier cis-1,4- poliisoprena yang bermassa molekul tinggi, yang terjadi secara alami sebagai partikel koloid yang terdispersi pada lateks dari spesies tanaman tertentu. Sejauh ini, spesies yang paling penting adalah Hevea brasiliensis. Ketertarikan yang tinggi pada produksi karet alam terjadi pada akhir abad 19 dan awal abad 20 disebabkan perkembangan industry motor. Dari periode perang dunia I, terjadi ketertarikan pada produksi karet sintetis sebagai alternatif karet alam. Polimer karet tersebut dihasilkan dari polimerisasi monomer yang biasanya diperolehdari minyak tanah Lovell, 1997. Faktor-Faktor yang mempengaruhi kualitas lateks yaitu : 1. Iklim Musim hujan akan mendorong terjadinya prokogulasi, sedangkan musim kemarau akan menyebabkan keadaan lateks tidak stabil. Universitas Sumatera Utara 2. Alat-alat yang digunakan untuk penyadapan, pengumpulan, dan pengangkutan. Peralatan yang digunakan harus bersih untuk menjaga kualitas lateks. 3. Pengaruh pH Pengaruh pH dapat terjadi karena adanya penambahan asam, basa ataupun elektrolit sehingga membuat lateks tidak stabil dan menggumpal. 4. Pengaruh jasad renik Jasad renik yang berasal dari udara maupun dari peralatan yang digunakan akan menyerang karbohidrat terutama gula yang terdapat dalam serum lateks yang menghasilkan asam sehingga membuat lateks menggumpal. 5. Pengaruh mekanis Pengaruh mekanis ini dapat disebabkan oleh proses pengangkutan yang menyebabkan guncangan-guncangan sehingga partikel akan bertubrukan satu sama lain yang dapat menyebabkan terpecahnya lapisan pelindung, dan mengakibatkan penggumpalan Ompusunggu, 1987.

2.2 Komposisi Lateks