52
4.4. Orang Tua Dari Pasangan Perkawinan Campuran
Setiap pasnagan mudamudi yang sepakat untuk bersama dan menikah tentunya akan membutuhkan sebuah persetujuan atau dapat disebut restu dari
orang tua masing-masing pasangan yang berlatar beakang memiliki adat yang berbeda
Menurut mereka, perkawinan yang telah dilakukan oleh anak-anak mereka adalah pilihan dari anak mereka masing-masing, saya merasa mereka sudah
dewasa dan tau mana yang baik dan mana yang tidak bagi kehidupan mereka, kita sebagai orang tua hanya dapat mengarahkan yang baik dan memberikan nasehat,
tapi jika mereka sudah yakin dan menentukan pilihannya sendiri saya sebagai orang tua hanya dapat mendoakan. Menurut informan, perkawinan yang berbeda
etnis yang dilakukan anak aaknya memang mendapati sedikit ketidak relaan. Saya memang menyetujui pernikahan mereka asalkan mereka dapat bahgaisa dan hidup
rukun, tetapi jika boleh jujur saya inginnya anak saya menikah dengan yang semarga karna akan tetap terjaga silsilah keluarga, tapi jika itu sudah menjadi
pilihannya saya hanya berharap keluarga mereka dapat menjadi keluaarga yang hidup rukun dan bahagia.
4.5. Sistem Kekerabatan dan Perkawinan pada Etnis Karo
Perkawinan menurut etnis karo ialah ikatan lahir batin, mendapatkan keturunan, memperkuat tali kekerabatan dan hak waris jatuh kepada anak laki-laki
langsung, tidak akhirnya kepada orang lain, walau masih saudara senenek misalnya. Demikian juga bila ditinjau secara sosiologis maka tujuan perkawinan
bagi etnis Karo adalah guna memperoleh pengakuan dari kerabatnya dan masyarakat sekitar tempat kejadian, dimana upacar perkawinan berlangsung.
Universitas Sumatera Utara
53
Sesuai dengan tujuan perkawinan diatas, dalam adat istiadat masyarakat Batak Karo telah digarsikan suatu aturan yang berkaitan dengan “siapa boleh
kawin dengan siapa dan siapa yang tidak boleh dikawini.” Dalam tatanan adat msyarakat Batak Karo, telah di gariskan beberapa aturan berupa larangan kawin
pembatasan jodoh. Aturan –aturan tersebut antara lain seorang laki-laki dan gadis yang sekuturan margaa, sama sekali tidak dapat dibenarkan kawin, kecuali
cabang anak marga Peranginangin Sebayang dapat kawin dengan marga lain dari margaa induk marga Peranginangin, misalnya marga Bangun dan marga
Singarimbun diperbolehkan dengan marga Sebayang dimana marga ini sama- sama anak cabang dari marga induk Peranginangin, demikian juga dengan seluruh
anak cabangdari marga Peranginangin lain. Beberapa cabang induk marga Sembiring juga ada yang dapat dibenarkan saling kawin, misalnya antara
Sembiring Meilala dengan Sembiring Gurukinayan. Kecuali lainnya yang sudah merupakan tradisi bagi masyarakat Batak Karo adalah laki-laki atau gadis dari
marga Sebayang tidak dibenrkan kawin dengan marga Sitepu dari induk marga Karo-karo. Jadi walaupun mereka ini berbeda marga tetapi mereka tidak boleh
saling kawin, hal ini sudah ada sejak zaman nenek moyang orang karo. Sistem kekerabatan dan perkawinan begitu memnetukan keberlangsungan
tatanan adat- istiadat struktur sosialnya secara harmonis. Dalam mempertahankan perkawinan yang ideal masyarakat Batak Karo memiliki tradisi yaitu, si pemuda
atau si gadis wajib menikahi impal-nya pasangan idealnya. Aturan main dalam perkawinan ideal masyarakat Batak Karo adalah pernikahan sepupu-silang.
Salah satu syarat pernikahan sepupu-silang ini ialah pasangan ideal atau impal si pria adalah harus anak perempuan dari saudara laki-laki ibu. Sementara
Universitas Sumatera Utara
54
impal bagi si gadis adalah anak laki-laki dari saudara perempuan ayah. Larangan berlaku bila si pria ingin menikahi anak perempuan dari saudara perempuan ayah,
hal ini lantaran anak dari saudara perempuan ayah dianggap sebagai turang impal atau dianggap tabu di kawini. Alasannya karena masyarakat karo menghindari
dari hubungan timbal-balik atay saling tukar pada arah pertukaran gadis di tiap klen. Hal ini nantinya berkiatan dengan benda yang dipertukarkan saat ritual
perkawinan, serta hak dan kewajian yang ditanggung oleh kelompok kerabat dalam kehidupan sosialnya sehar-hari.
Bagan: Perkawinan yang ideal pada masyarakat Karo
Demikianlah bahwa perkawinan ideal pada masyarakat karo adalah perkawinan yang dilakukan dnegan cross-cousin cross-cousin dari matrilateral
dan tidak pernah dilakukan dengan cross-cousin dari pihak ayah, karena dianggap masih sedarah. Pandangan bahwa saudara laki laki ibunya impal merupakan
Kakek dan Nenek Bulang ras Nini
Ayah dan Ibu Bapa ras Nande
Anak laki-laki
Anak perempuan
Paman dan Bibik Mama ras Mami
Menikah Anak
laki-laki Anak
perempuan
Universitas Sumatera Utara
55
pasangan yang ideal juga tercermin dalam kehidupan sehari-hari mereka, misalya orang-orang tua melontarkan godaan terhadap seorang gadis dengan mengatakan
bahwa orang tersebut akan mengawinkan anaknya dengan gadis itu. Bahkan kalua orang ingin mempermainkan gadis kecil supaya mennagis, mereka menggukan
cara menakut-takuti bahwa impalnya yang merupakan pasnagan idealnya ingin kawin dengan orang lain.
Dalam masyarakat khususnya batak karo sendiri berupapaya untuk mensosialisasikan adat istiadatnya kepada anak-anaknya dalam sistem perkawinan
adat agar sesuai dengan harapan masyarakat batak karo. Misalnya, cara ertutur kenalan hingga menemukan suatu ikatan hubungan kekerabatan diantara
mereka. Contph, sorang laki-laki marga Tarigan bebera Ginting berkenalan dengan seorang perempuan yang berbere Br Ginting berbere Karo, maka
berdasarkan system kekerabatan dqalam maasyarakat Batak Karo hubungan kekerabatan diantara mereka adalah impal. Setiap orang tua akan
mensosialisasikan pada anak-anaknya bahwa orang yang dapat mereka nikahi adalah mereka yang masuk dalam tutur impal walaupun bukan impal kandung.
Sama seperti yang dikemukakan informan: “Perkawinan yang paling sesuai dengan adat Batak Karo yaitu
perkawinan impal yang sesuai dengan rakut sitelu” Bp. Drs S. Alamsyah Sebayang, lai-laki umur 61 tahunWawancara September
2016
Hal yang sama juga dikemukakan oleh informan berikut: “Perkawinan yang baik itu adalah perkawinan yang tidak melanggar
adat istiadat Batak Karo yitu perkawinan impal” Bp. Joseph Gurusinga, laki-laki 68 tahun. Wawancara Oktober 2016.
Sama juga yag dikemukakan oleh informan ini:
Universitas Sumatera Utara
56
“………..Perkawinan yang menurut adat yaitu perkawinan berdasarkan Impal agar masih terjaga adat istiadat kita,
pelaksanannya yaitu kayak nungkuni mbaba belo selambarmeminang, ngantik manuk membawa luahmuduri dan
pesta adat. “ Bu Ana Bangun. Perempuan 57 tahun. Wawancara oktober 2016.
Jika hal tersebut di langgar, maka artinya relasi klen kalimbubu-anak beru kerabat pemberi gadis-kerabat penerima gadis akan berubah tiap generassi dan
melahirkan struktur sosial lain pada masyarakat Karo. Hubungan kalimbubu- anakberu di mengerti sebagai relasi antar dua klen karena perkawinan yang terjadi
antara pria-gadis lintas klen.Bagi masyarakat Karo perkawinan seperti disebutkan di atas dianggap sesuai dengan keteraturan alam natural order of things ini
tercermin dalam ritual perkawinan sepupu-silang yang matrilateral. Disamping itu, masyarakat Karo juga melarang pernikahan saudara sekandung senina dan
kerabat kain yang termasuk katefori senina-senina kerabat dekat. Kategori senina ini dilihat dari keturunan satu ayah atau satu kakek Ahimsa-Putra, 1986.
Larangan lainnya ialah ketika terjadi suatu situasi dimana seorang pemuda A hendak menikahi gadis B yang saudara pria sekandungnya telah menikahi saudara
perempuan sekandung si pemuda A. Kedua larangan itu diterapkan secara ketat dan tidak boleh dilanggar sama
sekali untuk menjaga pranata dan relasi sosial yang fundamental dalam masyarakat Karo. Yitu Sangkep Sitelu. Sangkep sitelu atau tiga yang utuh ini
terdiri dari unsur kelompok anakberu-senina-kalimbubu yang berfungsi sebagai media pemersatu dalam pertalian kekerabtan Etnis Karo. Ketiga unsur dalam
sangkep sitelu menjadi kunci dasar penggerak kehidupan adat dan system ini mewujud secara fungsional dalam upacara adat seperti perkawinan, kematian, dan
Universitas Sumatera Utara
57
penyeleaian pertikaian. Apabila aturan ini diabaikan maka akana terjadi ialah kekacauan dalam masyrakat Karo.
A. Unsur dari sangkep sitelu ini adalah sebagai berikut:
1. Kalimbubu, ialah kelompok pihak pemberi wanita dan sangat
dihormati dalam system kekerabatan masyarakat karo. Masyarakat karo meyakini bahwa kalimbubu adalah pembawa berkat sehingga
kalimbubu itu disebut juga dengan Dibata Ni Idah Tuhan yang Nampak. Sikap menentang dan menyakiti hati kalimbubu sangat
dicela. Kalimbubu dapat dibagi atas 2 yaitu:
a. Kalimbubu berdasarkan tutur
1. Kalimbubu Bena-bena disebut juga kalimbubu tua adalah
kelompok keluarga pemberi gadis kepada keluarga tertentu yang dianggap sebagai keluarga pemberi anak gadis awal dari keluarga
itu. Dikategorikan kalimbubu Bena-bena, karena kelompok ini telah berfungsi sebagai pemberi dara gadis sekurang-kurangnya
tiga generasi. 2.
Kalimbubu Simanjek Lulang adalah golongan kalimbubu yang ikut mendirikan kampung. Status kalimbubu ini selamanya dan
diwariskan secara turun menurun. b.
Kalimbubu erdasarkan kekerabatan perkawinan a.
Kalimbubu SimupusSimada Dareh adalah pihak pemberi wanita terhadap generasi ayah, atau pihak klen semarga dari ibu
kandung paman kandung
Universitas Sumatera Utara
58
b. Kalimbubu I Perdemui atau kalimbubu si erkimbang, adalah
pihak kelompok dari mertua, bapak mertua beserta seluruh senina dan sembuyaknya dengan ketentuan bahwa si pemberi wanita ini
tidak tergolong kepada tipe Kalimbubu Bena-bena dan kalimbubu Si Mada Dareh.
c. Puang kalimbubu adalah kalimbubu dari kalimbubu yaitu pihak
subklen pemberi anak dara terhadap kalimbubu tersebut. d.
Kalimbubu senina, golongan kalimbubu ini berhubungan erat dengan jalur senina dari kalimbubu yang bersangkutan, perannya
adalah sebagai juru bicara bagi kelompok subklen kalimbubu yang bersangkutan.
e. Kalimbubu SendalanenSepengalon, golongan kalimbubu ini
berhubungan erat dengan kekerabatan dalam jalur kalimbubu dari senina sendalanen, sepengalon pemilik pesta.
2.Anak Beru adalah pihak pengambil anak dara atau penerima anak gadis untuk diperistri. Anak beru itu diumpamakan sebagai yudikatif, kekuasaan
peradilan. Hal ini maka nakberu disebut pula hakim moral, karena bila terjadi perselisihan dalam keluarga kalimbubunya, tugasnyalah mendamaikan
perselisihan tersebut. Anak beru di bagi atas dua yaitu:
1. Anak beru berdasarkan tutur
a. Anakberu tua adalah pihak penerima anak wanita dalam tingkatan
nenek moyang yang secara bertingkat terus menerus minimal tiga generasi.
Universitas Sumatera Utara
59
b. Anakberu Taneh adalah penerima wanita pertama, ketika sebuah
kampung selesai didirikan. 2.
Anakberu berdasarkan kekerabatan a.
Anakberu Jabu Cekoh Baka tutup, dan Cekoh Baka Buka. Cekoh Baka artinya orang yang langsung boleh mengambil barang simpanan
kalimbubunya. Dipercaya dan diberi kekuasaan seperti ini karena dia merupakan anak kandung saudara perempuan ayah.
b. Anakberu Langkip adalah penerima wanita yang menciptakan jalinan
keluarga yang pertama karena di atas generasinya belum pernah mengambil anak wanita dari pihak kalimbubunya yang sekarang.
Anakberu ini disebut juga anakberu langsung karena dia lngsung mengawini anak wanita dari keluarga teretentu.
c. Anakberu menteri adalah anakberu dari anakberu. Fungsinya menjaga
penyimpangan-penyimpangan adat baik dalam bermusyawarah maupun ketika acara adat sedang berlangsung. Anakberu menteri ini
memberi dukungan kepada kalimbubu yaitu anakberu dari pemilik acara adat.
3. Senina sembuyak, hubungan perkerabatan senina disebabkan seklen atau
hubungan laina yang berdasarkan kekerabatan Senina dapat dibagi dua:
1. Senina berdasarkan tutur yaitu senina semerga. Mereka bersaudara
karena saty klen merga 2.
Senina berdasarkan kekerabatan
Universitas Sumatera Utara
60
a. Senina Siparibanen, mereka yang berkerabat karena ibu mereka
saling bersaudara, sehingga mereka mempunyai bebere beru clan ibu yang sama
b. Senina Sepengalon sindalanen, persaudaraan karena pemberi
wanita yang berbeda merga dan berada dalam kaitan wanita yang sama. Atau mereka yang bersaudara karena satu subclan beru istri
mereka sama. Tetapi, dibedakan berdasarkan jauh dekatnya hubungan mereka dengan clan istri. Dalam musyawarah adat
mereka tidak akan memberikan tanggapan atau pendapat apabila tidak diminta.
c. Senina Secimbangen, untuk wanita mereka yang bersenina
karena suami mereka sesubclan bersembuyak.
4.6. Amalgamasi pada Etnis Karo