81
yang dimana etnis Melayu identik dengan “pemalas” dan jarang mau bekerja. Hal ini menjadi cara bagi etnis pendatang untuk menyesuaikan perilakunya
dengan keadaan di sekitarnya yang ia lihat, amati dan pelajari.
4.7.4. Penyesuaian Lingkungan
Penyesuaian dengan lingkungan yang dilakukan adalah meliputi pendekatan diri yang dilakukan Etnis pendatang terhadap si manteki kuta
bertujuan untuk menjalin komunikasi yang aktif satu sama lain. Harapannya agar tujuan kedatangan Etnis pendatang tersebut dapat diketahui oleh penduduk asli di
Desa Tengah. Dengan demikian mereka akan mengetahui apa alasan mereka pindah seperti, karena menikah dengan salah satu Etnis asli di Desa Tengah, maka
akan semakin baik respon yang berikan oleh Etnis Asli simanteki kuta dengan cara bersikap terbuka terhadapnya dan menganggap mereka sebagai keluarga di
desa Tersebut. berikut adalah upayaa yang dilakukan oleh Etnis pendatang untuk pendekatan diri dengan Penduduk setempat.
4.7.4.1.Sering Berkunjung Ke Rumah Penduduk Sekitar.
Tempat tinggal Etnis pendatang dengan penduduk lainnya memiliki jarak yang cukup dekat. Bisa dikatakan bahwa tempat tinggal mereka berbaur sehingga
sering melakukan interaksi. Seringnya mereka berkunjung ke rumah penduduk setempat yaitu dengan harapan selaku pendatang baru dilingkungan tersebut, Etnis
pendatang lebih mudah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru mereka. Berikut hasil wawancara dengan informan:
Universitas Sumatera Utara
82
“ pertama dulu kami pindah ke sini kan seringlah aku main-main ke rumah tetangga. Lama-lama jadi kenal lah sekampung. Kek gitu
lah baru enak tinggal di satu tempat. Apalagi kan keluarga suami semua disini, jadi pelan-pelan aku bisa dekat juga .Jadi enak dan
buat betah kita tinggal kalo udh dekat sama tetangga” Irawati Simanjuntak September 2016
Berdasarkan hasil wawancara dengan infroman di atas dapat kita lihat bahwa dengan usahanya sebagai Etnis Pendatang di lingkungan barunya untuk
mendekatkan diri dengan si manteki kuta, dan bu Irawati juga disambut dengan respon yang positif. Beliau jadi semakin saling mengenal antara masyarakat satu
sama lain, terlebih dengan keluarga dari pihak suaminya yang juga merupakan si manteki kuta. Hal yang sama juga dilakukan oleh Etnis pendatang yang lainnya
demi menjalin hubungan komunikasi yang lebih dekat dengan keluarga, dan masyarakat sekitar. Berikut wawancara infroman:
“ awalnya saya tinggal disini, saya sering silahturahmi dengan tetangga-tetangga, ditemani juga dengan kakaknya suamiku.
Kenal-kenalan, saya sering sapa-sapa. Dari situ lah saya belajar lingkungan sini. Terus makin lama makin kenal semua. Kami juga
jadi serinng ngerumpi jadi kalua doia mau minta bantuan saya jadi gak segan-segankan” Dewi Sartika, Oktoer 2016.
Dengan demikian maka hubungan etnis pendatang dengan si manteki kuta akan semakin mengenal lebih dekat satu sama lain. Berdasarkan hasil wawancara
maka baik Bu Dewi Sartika atau pun etnis pendatang lainnya berusaha untuk berbaur. Mereka berusaha belajar dan memahami karakter dari si manteki kuta.
Penduduk setempat juga terlihat memiliki rasa pertemanan yang tinggi. Mereka tidak menutup diri terhadap pendatang yang berasal dari etnis lain.
Intensitas pertemuan yang tinggi melalui silaturahmi yang kerap dilakukan oleh Etnis Jawa, Batak Toba, dan Melayu ke rumah penduduk setempat
menjadikan mereka saling mengenal baik karakter maupun pekerjaan. Hubungan
Universitas Sumatera Utara
83
yang dekat tersebut mengurangi rasa sungkan mereka jika ingin meminta bantuan satu sama lain. Strategi untuk mendekatkan diri yang diloakukan oleh Etnis
pendatang Jawa, Melayu dan Batak melalui seringnya berkunjung ke rumah- rumah penduduk si manteki kuta ternayta berdampak baik bagi keberadaan Etnis
pendatang dan juga si manteki kuta.
4.7.4.2. Memberi makanan kepada tetangga atau penduduk Sekitar
Memberi makanan kepada tetangga atau penduduk lokal yang ada di lingkungan tempat tinggal etnis pendatang adalah salah satu cara yang kerap
dilakukan guna untuk menyesesuaikan diri demi hubungan yang lebih dekat. Melihat dari keanekaragaman etnis yang tinggal di Kecamatan Pancur Batu Desa
Tengah otomatis juga memiliki makanan khas dari daerahetnis masing-masing. Orang karo memkaan nasi dan gulai sebagai bahan komsumsi mereka sehari-hari.
Daging dan ikan asin adalah makanan yang mewah. Dari sudut keragaman dan kelezatan makanan, mereka ketinggalan bila dibandingkan dengan makanan Jawa
Tarigan,2008:28. Etnis Jawa misalnya identik dengan rasa manis di setiap rasa masakannya.
Melayu memiliki sambal hijau atau rasa sambal lainnya di setiap masakannya, sedangkan Batak Toba, dan Karo identik dengan rasa pedas dan berlemak dalam
masakannya. Tidak mementingkan apa jenis dari mkanan tersebut baik itu berupa makanan ringan atau sayur yang hendak dimasak oleh etnis pendatang didalam
keluarganya atau untuk dibagikan ke tetangga-tetangga sekitar rumah. Berikut hasil wawancara dengan informan:
“Aku suka kali masak, kadang coba menu-menu baru juga dek, karna kan orang sini sukanya makanan yang rasanya tajam, kayak
Universitas Sumatera Utara
84
suamiku, kalau aku masak itu mesti pakai cekala andaliman biar tajam rasa masakan, tetanggaku disini juga ngajari aku, kadang
pun aku masak kubagikan juga sama orang-orang sini, kata orang ini enak, udah bisalah aku masak masakan karo kata orang sini,
kadang pun orang ini kan masakannya dibaginya juga ke aku hehe.” Bu Maria, Oktober 2016
Memberikan makanan kepada tetaangga ternyata berdampak baik bagi hubungan etnis pendatang dengan penduduk setetmpat. Berbagi makanan dan
meminta untuk diajari masakan khas Karo yang dilakukan Bu Maria untuk menyesuaikan dirinya dalam memasak sesuai dengan selera suaminya yang
beretnis Karo. Makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setiap hari dan makanan tersebut bisa menjembatani kedekatan hubungan antara Etnis pendatang
yaitu Jawa, Batak Toa dan Melayu dengan lingkungan setempat dan juga dapat mempererat hubungan kasih antara Etnis pendatang dengan pasangannya di dalam
keluarga Amalgamasi . hal yang sama juga dialami oleh etnis pendatang lain. Kemampuan etnis pendatang etnis Jawa, Batak Toba, dan Melayu juga
sering dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, terkhusus jika adanya perayaan pada pesta ulangtahun atau acra di rumah masyarakat setempat. Etnis pendatang
sering bersama si manteki kuta dipercayakan untuk mengelola konsumsi dan menghidangkan makanan.
4.7.5. Terjadinya perubahan Bahasa dalam komunikasi