89
menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak bertentangan dengan syarat- syarat terciptanya perdamaian dalam keluarga maupun masyarakat Umar hasyim
1979:22. Hal ini juga disampaikan oleh salah satu informan dalam wawancara berikut:
“ waktu aku dulu nikah pun dulu sama abangmu ini dek, kami kan beda agama juga, aku dulu muslim, cuman aku masuk Kristen
lah, karna kan mesti ikut agama laki-laki, tapi, kalo kerumah mamak aku tetapnya pulang kalo lebaran gitu, terus kalo acara
gereja juga ku ikuti disini. Gak ada masalah sih soal itu, cuman dulunya mamak ku kurang terima lah aku masuk Kristen, tapi
karna lebaran pun aku tetap pulang, jadi dia ngerasa gak ada yang bedalah gitu samaku.” Dewi sartika, Oktober 2016
Berdasarkan wawancara di atas dapat kita ketahui bahwa, perkawinan Amalgamasi di Desa Tengah bukan hanya berdasarkan budaya berbeda saja tetapi
juga agama yang berbeda. Seperti wawancara dengan Bu Dewi sartika di atas, perkawinan beliau berdasarkan budaya dan agama yang berbeda, tetapi dengan
adanya sikap keterbukaan diri yang dimilikinya iya mengalah dan memilih masuk ke agama suaminya, tetapi dalam toleransi beragama yang dilakukannya, beliau
tetap menghargai agama suaminya dengan cara ikut serta dalam acara gereja, dan beliau juga tetap menjaga hubungannya dengan keluarganya yang notabene masih
beragama Islam, dengan cara tetap pulang kampung jika lebaran tiba. Hal ini menunjukkan bahwasanya perkawinan Amalgamsi yang berbeda agama di Desa
Tengah terjalin dalam keterbukaan keluarga satu sama lain dan toleransi masing- masing pasangan untuk menerima dan menghargai agama dan kepercayaan suami
dan istri dalam sebuah keluarga Amalgamasi.
4.8.2. Terjadi ProsesPengenalan budaya dalam Keluarga
Pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang berbeda kebudayaan pernikahan campuran tidaklah gampang dan berjalan mulus, banyak tantangan
Universitas Sumatera Utara
90
yang harus mereka hadapai ketika mereka memutuskan untuk menikah. Interaksi yang terjalin dalam keluarga yang berlatar belakang berbeda budaya tidak lepas
dari pengenalan masing-masing budaya yang dibawa oleh pasangannya untung saling mengenal dari segi, kebiasaan, Adat, Nilai, Masakan, Baju Adat, Kesenian
dan lainnya. Perkawinan Amalgamasi di Desa Tengah merupakan bentuk perkawinan yang dilakukan oleh Etnis pendatang Jawa.Batak, Melayu dengan
Etnis Karo di desa ini, berikut wawancara dengan salah satu informan dari keluarga Amalgamasi:
“ ya kalau kita menikah dengan beda suku udah resiko kita dek nerima budaya pasangan kita, kayak aku kan, aku
orang karo lakiku itu batak, aku dari keluarg yang kental kali adat, dia pun gitu dikeluarganya, tapi kalok ada pesta
batak dikampung suamiku, aku pasti ikut andil didalam, banyak perbedaanya kuliat, tata cara adatnya jauh kali
sama Karo, ulosnya dia beda beda mau dipake tergantung acaranya, persaudaran mereka pun erat dek, kutengok
yang kaya atau miskin disuku batak ini gadak beda, kalo ada keluarga org ini yang miskin pasti langsungnya
dibantu orang ini kayak ngasih kerja gituu.. beda sama karo kalilah adatnya”
Berdasarkan wawancara dengan salah satu informan di atas, bahwasanya pengenalan budaya yang terjalin lewat interaksi antara bu Ana dengan suaminya
menjadi salah satu bentuk cara individu dalam keluarga Amalgamasi untuk saling mengenal dan memperkenalkan budaya masing-masing pasangannya, dengan cara
mempelajari, dan ikut serta mengikuti prosesi acara adat dari pihak keluarga pasangannya dengan tanpa paksaan, karena kesadaran mereka naakn pentingnya
sikap untuk saling menerima budaya masing-masing tanpa kehilangan dan masih mempertahankan budayanya.
Universitas Sumatera Utara
91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di atas yakni, Amalgamasi dalam masyarakat Karo di Desa Tengah Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli
Serdang Provinsi Sumatra. Maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1.
Secara Adat, Perkawinan Amalgamasi pada pasangan yang berasal dari budaya karo dengan suku lain sebelum memutuskan untuk menikah secara
adat, melewati suatu prosesi adat Karo yaitu “pemberian marga” kepada si pasangan yang beretnis lain tersebut. margaberu yang diberikan oleh
pihak pengantin priawanita sesuai dengan ketentuan Marga beru yang seharusnya sesuai dengan silsilah kalimbubu-anakberu dan sembuyak
dalam adat Karo. Hal ini dilakukan demi mempersatu “rangkut sitelu” dalam masyarakat Karo.
2. Amalgamasi yang terjadi dilakukan oleeh masyarakat di Desa Tengah
secara sadar dan prosesnya dapat diperoleh melalui pencatuman budaya dan perkawinan campur. Penyesesuaian diri dan rasa saling menghormati
menjadikan perbedaan-perbedaan yang ada menjadi sesuatu yang bisa dihilangkan.
3. Hubungan interaksi antar masing-masing individu dalam keluarga
Amalgamasi menyebabkan terjadinya proses Akulturasi budaya di dalam keluarga inti maupun dalam kerabat dekat, dalam hal terjadinya perubahan
– perubahan kabiasaan dalam berkomunikasi, dan sikap keterbukaan serta toleransi antar suamiistri perkawinan , dan terjadi proses pengenalan
Universitas Sumatera Utara